KIPRAH: Agrinex Expo 2008
OLEH: AGUS SALAM
Pemerintah memberikan tiga macam kredit untuk memancing para investor terjun ke sektor pertanian. Pasalnya, selama ini sektor pertanian dipandang sebelah mata, meski 60 persen penduduk Indonesia masih tergantung hidupnya di sektor ini.
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian, Hasanuddin Ibrahim,
mengatakan ketiga kredit tersebut adalah Kredit Usaha Rakyat dengan penjamin dari Askrindo, Kredit Ketahanan Pangan (KKP) senilai Rp 10,8 triliun dengan subsidi bunga dari pemerintah sekitar 7-8 persen per tahun. Kemudian kredit pengembangan dan revitalisasi perkebunan yakni memberikan subsidi 10 persen untuk sektor sawit, karet dan kakao.
Upaya menarik investor sebanyak-banyaknya di sektor pertanian karena sektor ini belum dipandang sebagai sektor yang menjanjikan, baik bagi investornya sendiri maupun pihak perbankan. Padahal, pemerintah telah melakukan pendekatan pada perbankan agar bersedia mengeluarkan kredit untuk pertanian,’’ kata Hasanuddin dalam sebuah talk show di acara Agrinex Expo di Jakarta.
Sejumlah perusahaan besar ambil bagian memberikan dukungan suksesnya Agrinex Ekspo 2008, seperti Sampoerna Agro, Wilmar, Sinar Mas, Heinz ABC dan Provident, serta sejumlah sponsor lain di dunia pertanian. Departemen Pertanian (Deptan), Departemen Kehutanan (Dephut), Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP),
HIPMI, Dekopin, dan IPB juga ikut ambil bagian.
Direktur Utama Performex, penyelenggara pameran, Rifda Ammarina mengatakan, Pameran ini menggagas cetak biru (blue print) agribisnis Indonesia, serta mempertemukan sejumlah investor (buyers) dengan kelompok tani yang dibidani Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) maupun Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).
Menurut Rifda, tujuan acara tersebut membangun paradigma baru pertanian Indonesia dalam konteks agribisnis dan agroindustri. Dengan bangkitnya agribisnis maka ada kemandirian pangan, bioenergi, lapangan kerja, pemerataan ekonomi, kenyamanan sosial dan meningkatnya martabat bangsa karena mampu menggali potensinya secara optimal
Ketua Umum HIPMI, Sandiaga Uno, mengakui, jumlah pengusaha yang terjun di sektor pertanian sangat minim. Dari 25 ribu anggota HIPMI se-Indonesia, pengusaha yang terjun di sektor agrobisnis hanya lima persen. Tahun ini, pihaknya menargetkan jumlah pengusaha yang merambah sektor pertanian bertambah menjadi 10-15 persen.
Menurut Sandiago, masih minimnya sektor pertanian dilirik pengusaha, karena insentif yang diberikan pemerintah masih minim. Selain itu, kata dia, kultur pengusaha yang memandang sektor pertanian bukan lahan bisnis yang menarik. ‘’'Pengusaha umumnya gengsi kalau punya pabrik atau tempat usaha besar, dibanding memiliki sawah atau perkebunan. Tapi dari pertemuan pengusaha beberapa kali, sudah banyak anggota HIPMI yang mulai merambah bisnis agrobisnis, seperti di sawit di Sumatera, karet dan kako di Kalimantan, dan jagung di Sulawesi,’’ katanya.
Ketua Umum BPP HIPMI juga menilai, prospek dunia pertanian Indonesia terus meningkat. Pasalnya, bangsa Indonesia memiliki sumber daya alam serta sumber daya manusia yang sangat besar untuk sektor pertanian.
OLEH: AGUS SALAM
Pemerintah memberikan tiga macam kredit untuk memancing para investor terjun ke sektor pertanian. Pasalnya, selama ini sektor pertanian dipandang sebelah mata, meski 60 persen penduduk Indonesia masih tergantung hidupnya di sektor ini.
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian, Hasanuddin Ibrahim,

Upaya menarik investor sebanyak-banyaknya di sektor pertanian karena sektor ini belum dipandang sebagai sektor yang menjanjikan, baik bagi investornya sendiri maupun pihak perbankan. Padahal, pemerintah telah melakukan pendekatan pada perbankan agar bersedia mengeluarkan kredit untuk pertanian,’’ kata Hasanuddin dalam sebuah talk show di acara Agrinex Expo di Jakarta.
Sejumlah perusahaan besar ambil bagian memberikan dukungan suksesnya Agrinex Ekspo 2008, seperti Sampoerna Agro, Wilmar, Sinar Mas, Heinz ABC dan Provident, serta sejumlah sponsor lain di dunia pertanian. Departemen Pertanian (Deptan), Departemen Kehutanan (Dephut), Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP),
HIPMI, Dekopin, dan IPB juga ikut ambil bagian.
Direktur Utama Performex, penyelenggara pameran, Rifda Ammarina mengatakan, Pameran ini menggagas cetak biru (blue print) agribisnis Indonesia, serta mempertemukan sejumlah investor (buyers) dengan kelompok tani yang dibidani Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) maupun Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).
Menurut Rifda, tujuan acara tersebut membangun paradigma baru pertanian Indonesia dalam konteks agribisnis dan agroindustri. Dengan bangkitnya agribisnis maka ada kemandirian pangan, bioenergi, lapangan kerja, pemerataan ekonomi, kenyamanan sosial dan meningkatnya martabat bangsa karena mampu menggali potensinya secara optimal
Ketua Umum HIPMI, Sandiaga Uno, mengakui, jumlah pengusaha yang terjun di sektor pertanian sangat minim. Dari 25 ribu anggota HIPMI se-Indonesia, pengusaha yang terjun di sektor agrobisnis hanya lima persen. Tahun ini, pihaknya menargetkan jumlah pengusaha yang merambah sektor pertanian bertambah menjadi 10-15 persen.
Menurut Sandiago, masih minimnya sektor pertanian dilirik pengusaha, karena insentif yang diberikan pemerintah masih minim. Selain itu, kata dia, kultur pengusaha yang memandang sektor pertanian bukan lahan bisnis yang menarik. ‘’'Pengusaha umumnya gengsi kalau punya pabrik atau tempat usaha besar, dibanding memiliki sawah atau perkebunan. Tapi dari pertemuan pengusaha beberapa kali, sudah banyak anggota HIPMI yang mulai merambah bisnis agrobisnis, seperti di sawit di Sumatera, karet dan kako di Kalimantan, dan jagung di Sulawesi,’’ katanya.
Ketua Umum BPP HIPMI juga menilai, prospek dunia pertanian Indonesia terus meningkat. Pasalnya, bangsa Indonesia memiliki sumber daya alam serta sumber daya manusia yang sangat besar untuk sektor pertanian.
0 komentar:
Posting Komentar