Perjalanan spiritual dalam kemasan paket wisata (Tirtayatra) ke India, Malaysia, Nepal, Thailand, Kamboja dan Vietnam, mulai diminati masyarakat Bali maupun umat Hindu dari berbagai daerah di Indonesia.
"Untuk bulan September dan Oktober 2008 akan memberangkatkan dua rombongan masing-masing beranggotakan 40 orang dan 20 orang," kata Direktur Biro Perjalanan Wisata "Krisnanda Gita Jaya" Drs Gde Sara Sastra kepada Antara di Denpasar.
Ia mengatakan, selama enam bulan tahun ini juga telah memberangkatkan tiga kali rombongan beranggotakan 80 orang. Kegiatan perjalanan suci ke Malaysia, Thailand, Nepal dan India selama dua pekan, mengunjungi sejumlah obyek antara lain pura atau candi umat Hindu yang ada di masin-masing negara tersebut.
Di India mereka mengunjungi Sungai Gangga, sungai yang disucikan dan dikeramatkan umat Hindu di negara tersebut. Air sungai Gangga berasal dari salju (gletser) dan tidak pernah kering dimusim kemarau. Sepanjang alur sungai itu sangat dijaga kelestariannya oleh masyarakat maupun wisatawan yang berkunjung ke sana.
Sara Sastra menjelaskan, anggota rombongan Tirtayatra sebelum berangkat ke India diberikan penjelasan dan pembekalan mengenai larangan serta hal-hal lain yang patut dipatuhi selama berada di India.
Selama tahun 2007 menangani sekitar 210 orang dalam delapan kali perjalanan ke luar negeri, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 175 orang.
Rintisan menjual paket wisata ke India dan lima negara lainnya dilakukan sejak 15 tahun silam atas dorongan mantan Dubes Indonesia untuk India, Prof Doktor Ida Bagus Mantra (almarhum) dan Doktor I Made Titib, dosen Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar yang kala itu tugas belajar di India.
Selain itu juga dilandasi atas ketertarikannya terhadap berbagai informasi mengenai India, khususnya sungai Gangga, yang belum banyak diketahui secara pasti oleh masyarakat Hindu di Nusantara.
Sara Sastra yang juga dosen Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar, memiliki latar belakang sebagai pramuwisata (guide) memantapkan rencana itu dengan menghubungi beberapa rekannya yang sedang melanjutkan jenjang pendidikan strata dua (S-2) dan S-3 di India.
Gagasan itu akhirnya terealisasi sejak pertengahan Februari 1993, dengan pemberangkatan perdana sebanyak 27 orang dan jumlah itu terus bertambah hingga kini tidak kurang dari 210 orang setiap tahunnya, ujar Sara Sastra.
"Untuk bulan September dan Oktober 2008 akan memberangkatkan dua rombongan masing-masing beranggotakan 40 orang dan 20 orang," kata Direktur Biro Perjalanan Wisata "Krisnanda Gita Jaya" Drs Gde Sara Sastra kepada Antara di Denpasar.
Ia mengatakan, selama enam bulan tahun ini juga telah memberangkatkan tiga kali rombongan beranggotakan 80 orang. Kegiatan perjalanan suci ke Malaysia, Thailand, Nepal dan India selama dua pekan, mengunjungi sejumlah obyek antara lain pura atau candi umat Hindu yang ada di masin-masing negara tersebut.
Di India mereka mengunjungi Sungai Gangga, sungai yang disucikan dan dikeramatkan umat Hindu di negara tersebut. Air sungai Gangga berasal dari salju (gletser) dan tidak pernah kering dimusim kemarau. Sepanjang alur sungai itu sangat dijaga kelestariannya oleh masyarakat maupun wisatawan yang berkunjung ke sana.
Sara Sastra menjelaskan, anggota rombongan Tirtayatra sebelum berangkat ke India diberikan penjelasan dan pembekalan mengenai larangan serta hal-hal lain yang patut dipatuhi selama berada di India.
Selama tahun 2007 menangani sekitar 210 orang dalam delapan kali perjalanan ke luar negeri, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 175 orang.
Rintisan menjual paket wisata ke India dan lima negara lainnya dilakukan sejak 15 tahun silam atas dorongan mantan Dubes Indonesia untuk India, Prof Doktor Ida Bagus Mantra (almarhum) dan Doktor I Made Titib, dosen Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar yang kala itu tugas belajar di India.
Selain itu juga dilandasi atas ketertarikannya terhadap berbagai informasi mengenai India, khususnya sungai Gangga, yang belum banyak diketahui secara pasti oleh masyarakat Hindu di Nusantara.
Sara Sastra yang juga dosen Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar, memiliki latar belakang sebagai pramuwisata (guide) memantapkan rencana itu dengan menghubungi beberapa rekannya yang sedang melanjutkan jenjang pendidikan strata dua (S-2) dan S-3 di India.
Gagasan itu akhirnya terealisasi sejak pertengahan Februari 1993, dengan pemberangkatan perdana sebanyak 27 orang dan jumlah itu terus bertambah hingga kini tidak kurang dari 210 orang setiap tahunnya, ujar Sara Sastra.
0 komentar:
Posting Komentar