Home » , » Optimalisasi Bidan Desa Atasi Tingkat Kematian Bayi

Optimalisasi Bidan Desa Atasi Tingkat Kematian Bayi

Gubernur Jawa Barat (Jabar), Achmad Heryawan mengakui tingkat kematian bayi dan ibu melahirkan di Jawa Barat masih tinggi, sekitar 42 bayi meninggal dunia dari 1.000 kelahiran. "Guna menurunkan tingkat kematian bayi di Jawa Barat, Pemda Jabar akan segera menerapkan program bidan desa, guna mengoptimalisasi peran bidan desa dan mempercepat proses kelahiran di desa-desa," kata Heryawan pada acara Peringatan Fusi Persatuan Umat Islam (PUI) ke-56, di Balaikota Bogor belum lama ini.
Jawa Barat pada tahun anggaran 2008, akan membiayai pendidikan 1.000 warga desa untuk menjadi bidan dan setelah tamat ditempatkan kembali di desanya. Pendidikan bidan diberikan kepada satu orang dari setiap desa melalui proses seleksi. Jalur pendidikan ini dilirik karena berdasarkan survei, dari sekitar 5.500 desa (kelurahan) di Jawa Barat, tidak semua memiliki bidan desa. Desa-desa yang memiliki bidan desa, juga tidak bekerja maksimal. "Sebagian bidan yang ditempatkan di desa-desa di Jawa Barat, berasal dari kota dan tidak terlalu betah tinggal di desa sehingga tugasnya tidak maksimal," tegas Heryawan.
Persoalan lain, fasilitas persalinan di desa juga tidak memadai. Puskesmas di desa tidak memiliki fasilitas rawat inap dan peralatannya. Apalagi, jika di desa itu tidak ada bidan desa atau bidan desanya sedang libur ke kota. Kalau terjadi sesuatu pada proses persalinan, harus dibawa ke rumah sakit yang berada di kota. Sarana transportasi dari desa ke kota kondisin ya berbeda-beda dan membutuhkan waktu cukup lama, sehingga terjadi resiko kematian pada bayi dan ibu melahirkan.
Pendidikan bidan desa dilakukan secara bertahap sampai semua desa di Jawa Barat memiliki bidan desa sehingga bisa menurunkan tingkat kematian bayi dan ibu melahirkan. Berdasarkan data Departemen Kesehatan 2006, tingkat kematian bayi rata-rata secara nasional 32 bayi meninggal dari 1.000 kelahiran
Dari Bantul, Yogyakarta dilaporkan, pada tahun 2008, jumlah ibu hamil di Kabupaten Bantul tercatat sekitar 8.000 orang, dan yang beresiko tinggi 450 orang. Penyebab kehamilan beresiko tinggi, biasanya sang ibu memiliki penyakit bawaan seperti asma dan jantung atau jarak kehamilan terlalu dekat. Kepala Dinas Kesehatan Bantul, Siti Noor Zaenab menegaskan, mulai tahun ini pihaknya menggalakkan program bapak asuh di setiap kecamatan. "Jadi kecamatan harus mengetahui berapa jumlah ibu hamil di daerahnya, berapa jarak kelahiran tiap keluarga dan harus stand by setiap saat untuk fasilitasi ibu hamil yang akan periksa kehamilan atau mau melahirkan," kata Zaenab.
Thanks for reading Optimalisasi Bidan Desa Atasi Tingkat Kematian Bayi

0 komentar:

Posting Komentar