Produksi tanaman obat di Jawa Tengah hingga saat ini masih rendah sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan pasar, padahal permintaan pasar dunia dan lokal cukup besar. "Budi daya tanaman obat di Jateng belum digarap secara profesional, baru sebatas sampingan belaka sehingga produksinya belum sesuai harapan," kata Gunawan Hartono (56), produsen dan pengekspor tanaman obat, di Semarang, Juni lalu.
Sebenarnya, kebutuhan tanaman obat yang biasa digunakan untuk bahan baku farmasi, minuman kesehatan, fitofarmaka, jamu, kosmetika dan bumbu masak di pasar dunia maupun lokal cukup besar. "Para petani harus bisa menangkap peluang ini untuk meraih devisa. Apalagi negara kita terkenal sebagai gudangnya tanaman obat sehingga peluang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya," katanya.
Ratusan jenis tanaman obat di Jateng kini telah dimanfaatkan untuk bahan baku jamu, minuman kesehatan, fitofarmaka, farmasi, kosmetika dan bumbu masak. Namun potensi itu belum dimanfaatkan maksimal dengan cara pembudidayaan besar-besaran. Karena itu, Gunawan meminta Jateng harus menggalakkan budi daya tanaman obat untuk memenuhi kebutuhan pasar internasional dan lokal. Dengan begitu, Jateng bisa memenuhi permintaan pasar domestik dan dunia. Budi daya tanaman obat di Jateng hingga saat ini masih dilakukan secara tradisional, baik menyangkut pemupukan dan penanaman sehingga hasilnya belum optimal.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng, dr Hartanto mengatakan, industri farmasi, jamu, minuman kesehatan, fitofarmaka, dan kosmetika telah memanfaatkan 283 spesies tanaman obat yang tumbuh di provinsi ini. "Banyak tumbuhan di Jateng yang berpotensi untuk tanaman obat. Peluang ini harus bisa dimanfaatkan optimal. Apalagi di Jateng kini berdiri 12 industri obat tradsional (IOT), 200 industri kecil obat tradisional (IKOT), dan 25 industri farmasi yang mampu menyerap tanaman obat dalam jumlah cukup besar," katanya.
Hartanto mengakui, kuantitas bahan baku obat tradisional di provinsi ini masih terbatas karena lemahnya teknologi penanaman, budi daya tanaman obat rendah, petani tidak berminat menanam tanaman obat, dan kualitas tanaman obat belum memenuhi standar. Karena itu, instansi terkait perlu menjalin kemitraan dengan para petani tanaman obat di Jateng menyangkut bantuan teknologi, kucuran dana, penampungan produksi dan pemasaran. (Antara)
Sebenarnya, kebutuhan tanaman obat yang biasa digunakan untuk bahan baku farmasi, minuman kesehatan, fitofarmaka, jamu, kosmetika dan bumbu masak di pasar dunia maupun lokal cukup besar. "Para petani harus bisa menangkap peluang ini untuk meraih devisa. Apalagi negara kita terkenal sebagai gudangnya tanaman obat sehingga peluang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya," katanya.
Ratusan jenis tanaman obat di Jateng kini telah dimanfaatkan untuk bahan baku jamu, minuman kesehatan, fitofarmaka, farmasi, kosmetika dan bumbu masak. Namun potensi itu belum dimanfaatkan maksimal dengan cara pembudidayaan besar-besaran. Karena itu, Gunawan meminta Jateng harus menggalakkan budi daya tanaman obat untuk memenuhi kebutuhan pasar internasional dan lokal. Dengan begitu, Jateng bisa memenuhi permintaan pasar domestik dan dunia. Budi daya tanaman obat di Jateng hingga saat ini masih dilakukan secara tradisional, baik menyangkut pemupukan dan penanaman sehingga hasilnya belum optimal.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng, dr Hartanto mengatakan, industri farmasi, jamu, minuman kesehatan, fitofarmaka, dan kosmetika telah memanfaatkan 283 spesies tanaman obat yang tumbuh di provinsi ini. "Banyak tumbuhan di Jateng yang berpotensi untuk tanaman obat. Peluang ini harus bisa dimanfaatkan optimal. Apalagi di Jateng kini berdiri 12 industri obat tradsional (IOT), 200 industri kecil obat tradisional (IKOT), dan 25 industri farmasi yang mampu menyerap tanaman obat dalam jumlah cukup besar," katanya.
Hartanto mengakui, kuantitas bahan baku obat tradisional di provinsi ini masih terbatas karena lemahnya teknologi penanaman, budi daya tanaman obat rendah, petani tidak berminat menanam tanaman obat, dan kualitas tanaman obat belum memenuhi standar. Karena itu, instansi terkait perlu menjalin kemitraan dengan para petani tanaman obat di Jateng menyangkut bantuan teknologi, kucuran dana, penampungan produksi dan pemasaran. (Antara)
0 komentar:
Posting Komentar