Home » » Sorgum, Pangan Serba Guna Yang Bisa Gantikan Padi

Sorgum, Pangan Serba Guna Yang Bisa Gantikan Padi

Oleh: Dewanti Lestari
Bentuknya bulat-bulat seukuran nasi, warnanya tidak putih dan jika dikunyah tidak sepulen nasi, orang Jawa bilang kemerotok (pera/keras). Rasanya seperti nasi tapi sedikit gurih. Cara memasak juga sama dengan nasi, tetapi hanya memasak dengan Magic Jar, sorgum memerlukan air lebih banyak untuk membuatnya lebih pulen agar enak dimakan bersama sayur dan lauk.
Makanan pokok asal Afrika ini dikenal sebagian masyarakat Indonesia dengan nama "cantel" atau dalam bahasa latin terkenal dengan nama Sorghum.
Meskipun sorgum sudah biasa dipakai sebagai bahan baku industri makanan seperti saos, mayonais, pasta, dan lain-lain, namun industri dalam negeri selama ini mendapatkannya dengan mengimpor. Sebab petani biasanya menanamnya hanya secara tumpang sari dengan tanaman pangan lainnya, sehingga produksinya masih sangat rendah, bahkan belum tersedia di pasar-pasar.
Konsumsi sorgum pada masyarakat Indonesia kebanyakan hanya untuk pakan ternak, padahal sebenarnya sorgum memiliki banyak spesies di antaranya adalah sorghum bicolor dan sorghum vulgare yang merupakan jenis sorgum yang sangat layak dimakan manusia. Sorgum memang diketahui sebagai "saudaranya" gandum atau jagung, tanaman biji-bijian (serelia) yang kaya kalori, sehingga dipertimbangkan sebagai salah satu jenis pangan pokok substitusi beras, selain jagung, singkong, atau sagu.
Selama ini, kata Kabag Perencanaan Badan Litbang Deptan, Joni Munarso, masyarakat Indonesia terlalu tergantung pada beras. Tercatat produksi beras dalam negeri 2007 cukup besar sebanyak 35.799 ton, sementara konsumsinya mencapai 37.891 ton sehingga masih kekurangan sekitar dua ton yang dipenuhi dengan mengimpor. Angka konsumsi beras tersebut, ujarnya, harus dikurangi dengan sumber pangan lain. "Tetapi jangan menggantinya dengan makan mi dan roti yang berbahan baku gandum, karena pasokan gandum yang sudah mencapai 4 juta ton per tahun, 100 persen diimpor," katanya.
Sorgum menurut dia, adalah pilihan yang baik, bukan saja karena layak menggantikan nasi, tetapi juga karena sorgum sangat adaptif terhadap alam dan iklim Indonesia sehingga tidak sulit untuk membudidayakannya. "Ini berbeda sekali dengan gandum yang sampai sekarang belum bisa juga ditanam massal, karena gandum hanya bisa ditanam di tempat-tempat dengan temperatur tinggi dan kering," katanya.
Lahan Marginal
Menurut Pakar Sorgum dari Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Dr Soeranto Human, sorgum mudah dibudidayakan karena dapat ditanam di hampir semua jenis lahan termasuk di lahan marjinal yang kering yang tak bisa ditumbuhi tanaman pertanian lain. Total lahan kering di Indonesia, ujarnya, diperkirakan seluas 143,9 juta hektar yang pada umumnya bersifat masam dan merupakan ciri khas sebagian besar wilayah Indonesia dan mempunyai tingkat kesuburan tanah yang rendah.
Dari luasan tersebut, 31,5 juta hektare berupa lahan kering dengan topografi yang datar berombak (kemiringan lereng kurang dari delapan persen) dan sesuai untuk dibangun perkebunan sorgum, tambahnya. "Secara fisiologis, permukaan daunnya yang mengandung lilin dan sistem perakaran yang ekstensif dan dalam, cenderung membuat tanaman efisien dalam absorbsi," ujarnya.
Hasil studi menunjukkan bahwa untuk menghasilkan 1 kg akumulasi bahan kering sorgum hanya memerlukan 332 kg air, padahal jagung memerlukan 368 kg air, ujarnya. Selain memiliki daya adaptasi yang luas, sorgum juga tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tahan terhadap genangan air, terhadap kadar garam tinggi dan keracunan aluminium.
Hasil riset sorgum di Indonesia, urainya lagi, memiliki produktivitas tinggi dengan rata-rata 7-9 ton per ha, lebih tinggi dari pada padi, gandum dan jagung. Bahkan produktivitas sorgum bisa mencapai 11 ton per ha jika kelembaban tanah tidak menjadi penghalang. Soeranto juga mengatakan, sorgum memang sangat potensial dijadikan makanan pokok kedua untuk orang Indonesia setelah beras karena memiliki gizi cukup tinggi.
"Sorgum selain bentuk dan rasanya mirip nasi, juga bergizi tinggi. Jika dilihat dari tabel Direktorat izi Depkes kandungan nutrisinya lebih tinggi dibanding makanan pokok lain seperti beras, terigu (gandum -red), jagung dan singkong," katanya.
Kalori sorgum sebesar 332 cal per 100 gram , lanjut dia, sedikit lebih rendah dari beras (360), terigu (365) dan jagung (361) dan kandungan karbohidrat sorgum sebesar 73 per 100 gram juga lebih sedikit dibanding beras (78,9) dan terigu (77,3). Namun biji-bijian ini mempunyai kandungan protein yang tinggi (11 per 100 gram) dibanding terigu (8,9), beras (6,8), jagung (8,7) atau bahkan singkong (1,2), ujarnya.
Belum lagi kandungan kalsiumnya (28 mg per 100 gram), besi (4,4B mg), Fosfor (287 mg), vitamin B1 (0,38 mg), tambahnya. Jadi, kandungan protein satu gram sorgum adalah 1,6 kali lipat ketimbang beras. Sorgum juga memiliki kandungan besi 5,5 kali lipat ketimbang beras, 2,05 kali lipat fosfor, 3,1 kali lipat vitamin B1, 4,7 kali lipat lemak dan 4,6 kali lipat kalsium. Bahan pangan dunia nomor lima setelah gandum, padi, jagung dan barley ini juga memiliki kandungan fenol dan tannin dengan komposisi tinggi. Dua senyawa ini mampu melawan radikal bebas penyebab kanker.
Iradiasi
Beberapa galur harapan sorgum yang sesuai ditanam di tanah air, urai Soeranto, sudah diperoleh Batan dan bisa segera disebarkan ke seluruh petani untuk ditanam setelah disertifikasi. "Batan meneliti sorgum sejak 1996 dengan meningkatkan keragaman genetik sorgum dari varietas Durra melalui iradiasi dengan sinar Gamma pada rentang dosis optimal 300-500 Gy, sehingga diharapkan muncul benih-benih mutan," katanya.
Efek fisiologinya, ujarnya, kemudian dipelajari pada generasi pertama, sedangkan keragaman genetik dan seleksi individualnya dimulai pada generasi kedua. "Sebanyak 170 tanaman terseleksi dari metode PEG itu kemudian ditransplantasi ke lapangan di Gunung Kidul, Yogyakarta untuk perbanyakan benih dan menghasilkan generasi ketiga, keempat, kelima dan keenam," katanya.
Dari hasil pengujian itu, katanya, diperoleh galur-galur (varietas baru yang belum dilepas -red) mutan sorgum yang teridentifikasi tahan kekeringan, bahkan menunjukkan peningkatan hasil biji 20-30 persen dibanding varietas induk. Sorgum hasil pengujian tersebut kemudian dilakukan uji multilokasi di beberapa provinsi seperti Jabar, Jateng, DIY, Jatim, NTB, NTT, Sultra, Sulut, and Gorontalo dengan tujuan melepas varietas unggul sorgum nasional, tambahnya. "Intinya, sorgum bisa menjawab permasalahan ketersediaan pangan di masa depan, karena mudah ditanam di tempat yang bagi tanaman lain sulit, berproduktivitas tinggi dan bergizi tinggi pula," katanya.
Selama ini, lanjut dia, yang jadi hambatan adalah ketidaktahuan petani tentang sorgum, bagaimana proses menanam dan bagaimana pengolahan pasca panennya. Ketidaktahuan masyarakat tentang baiknya sorgum sebagai pangan pokok, bagaimana cara mengolahnya hingga bisa disediakan di atas meja makan dan faktor rasa, menurut dia, juga masih merupakan hambatan. Jika masyarakat tetap enggan memakan sorgum, tambah Soeranto, menanam sorgum tetap menguntungkan petani karena sorgum selain diketahui baik untuk pakan ternak, yang lebih penting, sorgum sangat potensial dimanfaatkan sebagai bioetanol. (Antara/Pumpunan)
Thanks for reading Sorgum, Pangan Serba Guna Yang Bisa Gantikan Padi

0 komentar:

Posting Komentar