Pasuruan
Kain batik yang diproduksi para perajin di Kalirejo, Bangil, Kab. Pasuruan, Jawa Timur dengan menggunakan pewarna organik, sangat diminati konsumen lokal maupun internasional.
Ferry Sugeng Santosa (21), seorang perajin di Kalirejo Bangil, kepada Antara, menjelaskan, kain batik yang diproduksinya menggunakan pewarna getah daun mangga, karena Pasuruan merupaka produsen mangga terbesar di Jawa Timur.
Sugeng Santosa menjelaskan, meski pewarna yang digunakan getah daun mangga, kain batik yang dihasilnya bisa beraneka warna. Mulai dari warna hijau muda, kuning keemasan, hingga coklat muda maupun tua.
Untuk mendapatkan gradasi dan kedalaman warna, lanjutnya, tergantung proses fiksasinya, menggunakan kapur, tawas, atau batu tunjung.
Ia juga mengungkapkan, kain batik yang menggunakan pewarna organik sangat diminati konsumen. Selain warnanya "cool" dan alami, kain yang dihasilkan tidak mengandung zat kimia apapun.
Kain batik organik harganya menjadi lebih mahal, karena prosesnya menjadi lebih lama. Jika kain batik yang menggunakan pewarna kimia, sekitar dua pekan bisa jadi. Namun jika menggunakan pewarna organik, prosesnya bisa mencapai antara satu sampai dua bulan. "Tergantung kedalaman warna yang diinginkan," kata Ferry menjelaskan.
Kain batik organik harganya berkisar antara Rp300 ribu hingga Rp4 juta per lembar. Tergantung motif serta kain yang digunakan, kain mori, atau sutera ATBM (alat tenun bukan mesin).
Kain batik yang diproduksi para perajin di Kalirejo, Bangil, Kab. Pasuruan, Jawa Timur dengan menggunakan pewarna organik, sangat diminati konsumen lokal maupun internasional.
Ferry Sugeng Santosa (21), seorang perajin di Kalirejo Bangil, kepada Antara, menjelaskan, kain batik yang diproduksinya menggunakan pewarna getah daun mangga, karena Pasuruan merupaka produsen mangga terbesar di Jawa Timur.
Sugeng Santosa menjelaskan, meski pewarna yang digunakan getah daun mangga, kain batik yang dihasilnya bisa beraneka warna. Mulai dari warna hijau muda, kuning keemasan, hingga coklat muda maupun tua.
Untuk mendapatkan gradasi dan kedalaman warna, lanjutnya, tergantung proses fiksasinya, menggunakan kapur, tawas, atau batu tunjung.
Ia juga mengungkapkan, kain batik yang menggunakan pewarna organik sangat diminati konsumen. Selain warnanya "cool" dan alami, kain yang dihasilkan tidak mengandung zat kimia apapun.
Kain batik organik harganya menjadi lebih mahal, karena prosesnya menjadi lebih lama. Jika kain batik yang menggunakan pewarna kimia, sekitar dua pekan bisa jadi. Namun jika menggunakan pewarna organik, prosesnya bisa mencapai antara satu sampai dua bulan. "Tergantung kedalaman warna yang diinginkan," kata Ferry menjelaskan.
Kain batik organik harganya berkisar antara Rp300 ribu hingga Rp4 juta per lembar. Tergantung motif serta kain yang digunakan, kain mori, atau sutera ATBM (alat tenun bukan mesin).
0 komentar:
Posting Komentar