Bisnis jamur merang di Kabupaten Cirebon mempunyai prospek cerah terbukti dengan semakin banyaknya kumbung atau rumah jamur yang dibangun para petani, bahkan sekarang limbah budidaya jamur merang sudah mulai digunakan untuk pembuatan pupuk organik. Dirta (58), salah satu pembudidaya jamur asal Desa Girinata, Cirebon kepada ANTARA mengungkapkan, saat ini jumlah pembudidaya jamur sudah 50 orang dengan total kumbung sekitar 150 buah. Jumlah masih akan terus bertambah seriring terus meningkatnya permintaan jamur di pasaran. "Jumlah kumbung akan semakin banyak karena produksi masih kalah dibanding permintaan, sementara harga jual jamur juga terus naik," katanya.
Saat ini, harga jual jamur di tingkat petani sekitar Rp13.500/Kg, sementara di pasar tradisional harga eceran sudah mencapai Rp20.000/Kg, sehingga mendorong petani untuk terus membudidayakan jamur. Selain dorongan harga jual, juga adanya hasil sampingan yang bisa dimanfaatkan yaitu pupuk organik yang diolah dari limbah media jamur merang. "Satu kumbung limbah media jamur minimal mencapai dua ton sehingga jika diolah menjadi pupuk organik maka ada pendapatan tambahan," kata Ketua Kelompok Tani Giri Sejahtera ini.
Ia menjelaskan, saat ini ada insentif bagi pembuat pupuk organik dimana harga jual kepada petani Rp500/Kg, tetapi produsen pupuk organik mendapat insentif Rp500 per kilogram, artinya pembudidaya jamur bisa mendapat tambahan kotor Rp2 juta per kumbung karena mendapat Rp1.000/Kg pupuk organik. Menurut Dirta, pihaknya akan mengadakan pelatihan budidaya jamur yang ternyata cukup banyak diminati para petani karena sudah terbukti mampu mensejahterakan keluarga. "Jika satu keluarga tani mempunyai empat kumbung maka minimal pendapatannya bisa mencapai Rp2,5 juta per bulan. Ini salah satu model untuk menambah pendapatan petani," katanya yang mulai budidaya jamur sejak tahun 2004.
Sekarang, sebut Dirta, petani sudah mempunyai teknologi untuk mendapat hasil optimal, yakni media limbah kapas 100% tanpa jerami. Sebelumnya, dengan media jerami petani sedikit mengalami kesulitan mencari formula media yang tepat. Tetapi dengan limbah kapas ternyata tidak banyak kendala dan jamur merang lebih putih dan bersih dibanding media jerami. (Antara)
Saat ini, harga jual jamur di tingkat petani sekitar Rp13.500/Kg, sementara di pasar tradisional harga eceran sudah mencapai Rp20.000/Kg, sehingga mendorong petani untuk terus membudidayakan jamur. Selain dorongan harga jual, juga adanya hasil sampingan yang bisa dimanfaatkan yaitu pupuk organik yang diolah dari limbah media jamur merang. "Satu kumbung limbah media jamur minimal mencapai dua ton sehingga jika diolah menjadi pupuk organik maka ada pendapatan tambahan," kata Ketua Kelompok Tani Giri Sejahtera ini.
Ia menjelaskan, saat ini ada insentif bagi pembuat pupuk organik dimana harga jual kepada petani Rp500/Kg, tetapi produsen pupuk organik mendapat insentif Rp500 per kilogram, artinya pembudidaya jamur bisa mendapat tambahan kotor Rp2 juta per kumbung karena mendapat Rp1.000/Kg pupuk organik. Menurut Dirta, pihaknya akan mengadakan pelatihan budidaya jamur yang ternyata cukup banyak diminati para petani karena sudah terbukti mampu mensejahterakan keluarga. "Jika satu keluarga tani mempunyai empat kumbung maka minimal pendapatannya bisa mencapai Rp2,5 juta per bulan. Ini salah satu model untuk menambah pendapatan petani," katanya yang mulai budidaya jamur sejak tahun 2004.
Sekarang, sebut Dirta, petani sudah mempunyai teknologi untuk mendapat hasil optimal, yakni media limbah kapas 100% tanpa jerami. Sebelumnya, dengan media jerami petani sedikit mengalami kesulitan mencari formula media yang tepat. Tetapi dengan limbah kapas ternyata tidak banyak kendala dan jamur merang lebih putih dan bersih dibanding media jerami. (Antara)
0 komentar:
Posting Komentar