Home » , » Meretas Industri Pertanian Terkonsep

Meretas Industri Pertanian Terkonsep

Bukit Sandeh dan perkampungan Tempek Lobong, dua nama tempat yang tidak terdaftar dalam mesin pencarian Google maupun Yahoo!. Sejak Bukit Sandeh berganti nama menjadi Bukit Hexon, kawasan perbukitan yang terletak Desa Lemukih, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng mulai ramai dikunjungi pencinta gasstrack hingga diresmikan sebagai kawasan agrowisata Bali utara oleh Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Jend (Purn) H Wiranto, SH.
Penamaan Bukit Hexon seiring dengan penemuan produk teranyar PT Pak Oles & Biotor Technology dalam bidang otomotif, HEXON (Herbal Extract Antioxidant), Vitamin Oli Mesin. Tekad Dr Ir GN Wididana, M.Agr alias Pak Oles membangun Bukit Hexon yang terletak di daerah terpencil di Desa Lemukih, Sawan, Buleleng sejak November 2005 silam sebagai daerah agrowisata dan garden track, lahir dari sepercik impian motivasi yang berbasis Membangun Desa, Membangun Bangsa. "Seorang pengusaha yang tidak memiliki visi pemberdayaan masyarakat pedesaan tidak akan berani berinvestasi di daerah terpencil," ujar produsen obat tradisional Ramuan Pak Oles itu.
Di atas lahan seluas 8 hektar itu, Pak Oles ingin menanam berbagai jenis tanaman potensial yang dikandung dalam perut bumi daerah tersebut seperti markisa, strawbery, asparagus, wortel dan kentang dengan menerapkan pertanian organik berbasis teknologi EM yang ramah lingkungan. Masyarakat sekitar pun diberdayakan untuk mempelajari pertanian organik 'modern' dan mereka dilibatkan dalam pengembangan pertanian berskala industri.
Pak Oles melihat, ke depan bisa ada usaha produk turunan yang bisa dikembangkan. Sebuah misi mulia yang bermodal nekad. Tidak heran, banyak kalangan yang menyebut ide menyulap bukit tersebut sebagai sebuah Ide Gila yang digelontor seorang Pak Oles. Ide Gila itu juga sempat menghantui pikiran banyak karyawan terutama soal dana yang harus dipasok untuk mensuport pelbagai aktivitas pembangunan Bukit Hexon.
Sebutan Ide Gila itu ada benarnya, bila merunut pada lalu lintas pengalaman dan pemikiran tentang seputar hari kemarin dan hari ini. Namun jauh lebih benar lagi, kala Ide-Ide Gila itu ditempatkan pada rajutan pembangunan di bentangan litani hari esok. Itulah mental sejati seorang pemikir, peneliti, pengusaha dan investor yang visioner. Jadi, benar adanya bila hidup hari ini karena ada hidup dan kehidupan pada hari kemarin, dan hidup hari esok karena sudah ada hidup dan kehidupan yang dititi sejak hari ini.
Pada jagat refrektif demikian, bisa tersemai ragam pertanyaan dari siapapun, dari manapun, di manapun dan kapanpun. Namun bagi Pak Oles, pertanyaan terpenting adalah bukan soal dari mana uang untuk membangun Bukit Hexon, tetapi produk apa yang harus lahir dari dinding-dinding Bukit Hexon.
Jika pemberdayaan masyarakat ini berjalan, maka dengan sendirinya potensi daerah lain akan tumbuh, termasuk pengembangan potensi agrowisata. "Selama masyarakat tidak diberdayakan dalam aksi-aksi pembangunan nyata, jelas tidak akan ada kemajuan di suatu daerah terpencil termasuk roda industri dan pariwisatanya," tegas pria yang gemar membaca ini.
Agropolitan Praksis ala Pak Oles
Secara reflektif, ada sebuah guratan obsesi Pak Oles untuk membangun sebuah bukit di daerah terpencil dengan masyarakatnya yang lugu, miskin dan terbelakang dalam akses informasi sebagai tantangan spesifik memahat implementasi visi Membangun Desa, Membangun Bangsa.
Salah satu akar keterpurukan pembangunan di Indonesia dalam perspektif penemu Minyak Oles Bokashi ini adalah minimnya metode pengelolaan ruang kawasan sentra produksi pangan nasional dan daerah (agropolitan). Hal ini terkait erat dengan ketidakseriusan manusia Indonesia dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada, khususnya pengembangan pertanian mikro menuju pertanian makro di desa.
Agropolitan, diartikan sebagai upaya pengembangan kawasan pertanian yang tumbuh dan berkembang karena sistem dan usaha agribisnis yang berjalan. Tentu berbias pada pelayanan dan dorongan terhadap berbagai kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Sebagai pengusaha swasta yang bergerak di bidang industri pertanian, pengolahan limbah dan kesehatan, pria kelahiran Buleleng, 48 tahun silam itu memendam obsesi pemberdayaan masyarakat pedesaan yang jauh dari sentuhan program pembangunan maupun akses informasi.
Apalagi di berbagai desa di Bali, masih ditemukan banyak lahan produktif yang tidak diolah untuk berbagai kegiatan berbasis pertanian. Hal ini terjadi karena masyarakat masih menerapkan pola pertanian tradisional dan pemerintah daerah "kurang" memiliki visi membangun sentra pertanian menuju praksis kegiatan agribisnis, agroindustri dan agrowisata.
Bercermin pada potensi lahan seluas 8 hektar tersebut, siap dibangun obyek pariwisata berupa areal agrowisata yang terkonsep. Di dalamnya ada areal Garden Track bagi para pecandu dunia otomotif sepanjang 2,5 km. Areal ini membuat nyali para mania otomotif benar-benar diuji. Selain itu, dibangun gedung wantilan sebagai tempat pertemuan, pementasan kesenian dan hiburan, beberapa Villa VIP, Guestroom, tempat meditasi bernuansa alami, tempat berdoa. Untuk mengembangkan industri pertanian, telah dibudidayakan berbagai tanaman dengan penerapan Teknologi Efective Microorganism (EM). Antara lain tanaman perdagangan, obat-obatan, sayur mayur dan buah-buahan seperti strawbery, markisa, asparagus, wortel dan kentang. Semua jenis tanaman ini dibangun dalam skala industri.
Thanks for reading Meretas Industri Pertanian Terkonsep

0 komentar:

Posting Komentar