Oleh: Wayan Nita
Pemberian nama pada suatu warung makan bisa menjadi ciri khas yang berbeda. Seperti warung makan 'Cak Mar' asli Surabaya dengan spesial menu bebek goreng dan sambal 'setan'. Nama tersebut mampu menarik banyak pengunjung. Tak lepas pula dengan kelezatan dan harga yang pas untuk konsumen. Sajian bebek goreng yang empuk dan rasa bumbunya hingga ke tulangnya mampu menggoyang lidah. Ditambah dengan sambal cabai rawit tulen yang rasanya sangat membakar lidah. Menambah kenikmatan saat makan di warung Cak Mar yang terletak di bilangan Jl Sudirman, Denpasar ini.
Menurut RA Harini, istri dari Cak Mar, pemberian nama sambal 'setan' bukan tidak ada artinya. Karena sambalnya menggunakan cabe rawit murni membuat rasa sambal sangat pedas. Sehingga tanpa sengaja saat makan, konsumen mengumpat dengan sebutan 'setan' karena saking pedasnya.
Warung makan Cak Mar sebenarnya sudah lebih dari tujuh tahun berdiri, hanya saja awalnya cuma menu nasi soto dan rawon. Baru satu tahun ini warung Cak Mar menyajikan menu bebek goreng sambal 'setan'. Awalnya, sebut Rini, panggilan akrab Harini, bebek goreng merupakan menu yang biasa tersedia di rumah makan Surabaya. Apalagi saat Lebaran tiba dan semua anggota keluarga pulang kampung, makanan ini menjadi hidangan wajib. "Karena di Bali masih jarang ada warung makan dengan menu bebek goreng, makanya saya coba buka usaha ini," ungkap ibu empat putri dan satu putra ini bangga.
Rini melihat selera masyarakat Bali tak jauh beda dengan masyarakat Surabaya. Makanan sedikit asin (gurih) dan suka pedas masih menjadi favorit. Tak heran warung Cak Mar selalu ramai pengunjung. Sebagian besar pengunjungnya adalah masyarakat Bali. Bahkan yang datang ke warung Cak Mar adalah para pejabat Pemkab Denpasar. Citarasa yang tersaji memang menggugah selera dan sesuai dengan pangsa pasar lidah orang Bali. Resep yang digunakan untuk membumbui bebek diperoleh Rini dari orangtuanya, yang juga diwariskan secara turun temurun. Tanpa menghilangkan satupun bumbu yang sudah teracik dari awalnya. Bumbu ini digunakan untuk merebus bebek selama tiga jam. Setelah matang, sebut Rini, bebek didiamkan dalam bumbu semalaman. Keesokan paginya baru digoreng untuk dijual. Minyak yang ada di permukaan bumbu setelah proses perebusan bebek tidak dibuang.
"Minyak tersebut ditaburkan di atas nasi hangat yang akan disajukan pada tamu. Aroma dan rasa gurih akan timbul dari nasi yang ditetesi minyak tersebut," terang nenek tujuh cucu ini membuka rahasia.
Ciri khas bebek yang amis dapat hilang di tangannya, hanya dengan mencampurkan daun jeruk dan kunyit pada saat bebek direbus. Dalam sehari, warung Cak Mar bisa menghabiskan 40 hingga 100 ekor bebek. Bebek tersebut didatangkan khusus dari Banyuwangi setiap dua hari sekali. Dan sekali mengirim sebanyak 200 ekor bebek potong siap masak. “Kami tidak berani mengambil bebek lokal karena harganya sangat mahal, jadi hasil jualan tidak menutupi,” ujarnya.
Warung Cak Mar tutup paling malam jam tujuh, bukan karena capek tapi persediaan bebek gorengnya sudah habis. Meskipun citarasanya mewah tapi harganya cukup terjangkau. Satu porsi Rp 15 ribu, sedangkan satu mangkuk gulai kepala bebek harganya tujuh ribu.
Pemberian nama pada suatu warung makan bisa menjadi ciri khas yang berbeda. Seperti warung makan 'Cak Mar' asli Surabaya dengan spesial menu bebek goreng dan sambal 'setan'. Nama tersebut mampu menarik banyak pengunjung. Tak lepas pula dengan kelezatan dan harga yang pas untuk konsumen. Sajian bebek goreng yang empuk dan rasa bumbunya hingga ke tulangnya mampu menggoyang lidah. Ditambah dengan sambal cabai rawit tulen yang rasanya sangat membakar lidah. Menambah kenikmatan saat makan di warung Cak Mar yang terletak di bilangan Jl Sudirman, Denpasar ini.
Menurut RA Harini, istri dari Cak Mar, pemberian nama sambal 'setan' bukan tidak ada artinya. Karena sambalnya menggunakan cabe rawit murni membuat rasa sambal sangat pedas. Sehingga tanpa sengaja saat makan, konsumen mengumpat dengan sebutan 'setan' karena saking pedasnya.
Warung makan Cak Mar sebenarnya sudah lebih dari tujuh tahun berdiri, hanya saja awalnya cuma menu nasi soto dan rawon. Baru satu tahun ini warung Cak Mar menyajikan menu bebek goreng sambal 'setan'. Awalnya, sebut Rini, panggilan akrab Harini, bebek goreng merupakan menu yang biasa tersedia di rumah makan Surabaya. Apalagi saat Lebaran tiba dan semua anggota keluarga pulang kampung, makanan ini menjadi hidangan wajib. "Karena di Bali masih jarang ada warung makan dengan menu bebek goreng, makanya saya coba buka usaha ini," ungkap ibu empat putri dan satu putra ini bangga.
Rini melihat selera masyarakat Bali tak jauh beda dengan masyarakat Surabaya. Makanan sedikit asin (gurih) dan suka pedas masih menjadi favorit. Tak heran warung Cak Mar selalu ramai pengunjung. Sebagian besar pengunjungnya adalah masyarakat Bali. Bahkan yang datang ke warung Cak Mar adalah para pejabat Pemkab Denpasar. Citarasa yang tersaji memang menggugah selera dan sesuai dengan pangsa pasar lidah orang Bali. Resep yang digunakan untuk membumbui bebek diperoleh Rini dari orangtuanya, yang juga diwariskan secara turun temurun. Tanpa menghilangkan satupun bumbu yang sudah teracik dari awalnya. Bumbu ini digunakan untuk merebus bebek selama tiga jam. Setelah matang, sebut Rini, bebek didiamkan dalam bumbu semalaman. Keesokan paginya baru digoreng untuk dijual. Minyak yang ada di permukaan bumbu setelah proses perebusan bebek tidak dibuang.
"Minyak tersebut ditaburkan di atas nasi hangat yang akan disajukan pada tamu. Aroma dan rasa gurih akan timbul dari nasi yang ditetesi minyak tersebut," terang nenek tujuh cucu ini membuka rahasia.
Ciri khas bebek yang amis dapat hilang di tangannya, hanya dengan mencampurkan daun jeruk dan kunyit pada saat bebek direbus. Dalam sehari, warung Cak Mar bisa menghabiskan 40 hingga 100 ekor bebek. Bebek tersebut didatangkan khusus dari Banyuwangi setiap dua hari sekali. Dan sekali mengirim sebanyak 200 ekor bebek potong siap masak. “Kami tidak berani mengambil bebek lokal karena harganya sangat mahal, jadi hasil jualan tidak menutupi,” ujarnya.
Warung Cak Mar tutup paling malam jam tujuh, bukan karena capek tapi persediaan bebek gorengnya sudah habis. Meskipun citarasanya mewah tapi harganya cukup terjangkau. Satu porsi Rp 15 ribu, sedangkan satu mangkuk gulai kepala bebek harganya tujuh ribu.
0 komentar:
Posting Komentar