PENGANTAR REDAKSI: Angka pengangguran di Indonesia terus bertambah. Disinyalir lulusan perguruan tinggi pun banyak mengganggur. Ternyata masih banyak kurikulum sekolah formal yang tidak berorientasi ketrampilan di bidang tertentu. Lembaga pendidikan formal dianjurkan untuk lebih terbuka membangun kemitraan dengan dunia industri agar kurikulum pendidikan terus diperbaharui, termasuk dalam soal aplikasi teknologi mutakhir (digital) yang berkembang pesat. Sementara lembaga-lembaga kursus atau pelatihan yang memenuhi kebutuhan “pasar kerja” akan terus bertumbuh.
Ada Peluang, Tapi SDM Cekak
Oleh: Wayan Nita
Pendidikan yang tinggi tak menjamin seseorang bisa mendapatkan pekerjaan sesuai keinginan. Apalagi saat ini pertumbuhan lapangan pekerjaan amat lamban. Semua orang dituntut untuk bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Selain itu, mencari ilmu di luar bangku sekolah juga tidak diharamkan, semua bertujuan agar bisa dapat pekerjaan. Hal ini membuka peluang bagi sebagian masyarakat menyediakan lembaga kursus yang langsung mencetak tenaga kerja siap pakai.
Salah satunya adalah Santi Sastra Production yang dirintis Putu Suprapti Santi Sastra sejak tahun 2001 bersama dua puterinya Putu Dessy Fridayanthi, ST (28) dan Made Meyta Riana, SE (25). Awalnya SS Production bergerak di bidang event organizer yang eksis hingga kini. Berlatar belakang kecintaan Santi Sastra pada dunia siaran radio dan MC yang digelutinya sejak tahun 1986. Ia pun terdorong untuk berbagi pengalaman dan ilmu untuk orang banyak. Karena wanita kelahiran Banyuwangi, 18 Juni 1961 melihat profesi penyiar dan MC masih dianggap pekerjaan kelas dua. SS Production selain mengelola event organizer, juga membuka kursus pelatihan MC dan penyiar bagi kaum muda dan masyarakat umum. Kursus ini memberikan ketrampilan pada masyarakat yang ingin menggeluti bidang penyiaran.
Di samping itu, sebut Santi, kursus ini dibuka tidak hanya untuk orang yang bergerak di bidang penyiaran dan MC saja. "Tapi pelatihan ini juga bisa dijadikan sebagai modal untuk bisa membawa diri dengan baik dan menyenangkan di depan banyak orang," ungkap pendiri Radio Duta FM Denpasar.
Dalam pelatihan ini, peserta diberikan tips dan teknik olah vokal agar lebih percaya diri di depan publik, mengatasi rasa grogi, dan juga diberikan teknik penyiaran yang baik. Paling tidak, peserta tahu bagaimana cara ngomong yang baik di depan umum dan membentuk orang berkepribadian tinggi dan menyenangkan. Karena itu, pesertanya tidak saja yang ingin jadi penyiar, tapi juga terdiri dari karyawan suatu perusahaan dan instansi. Pelatihan yang dilaksanakan selama empat hari ini, telah melahirkan 750 lulusan dan sebagian besar dari mereka terjun di bidang penyiaran. Peserta datang tidak dari masyarakat umum, tapi juga ada kalangan remaja dan pelajar tertarik belajar di Santi Sastra Production. Materi yang diberikan terdiri dari 30% teori dan 70% praktek. Peserta dalam prakteknya langsung diajak siaran di Radio Duta FM dan juga menjadi MC dalam berbagai event di hotel Nikki, Denpasar.
Lulusan terbaik dan berprestasi bisa langsung ditraining kerja di Radio Duta FM. Selain itu, banyak juga perusahaan baik yang bergerak di bidang entertainment maupun tidak, yang mengambil beberapa lulusan Santi Sastra Production. Meskipun tidak ada jaminan untuk bisa langsung disalurkan, tapi sudah banyak yang mecari lulusan Santi Sastra Production. Dengan banyaknya relasi dan lulusan yang berkualitas, tak sulit bagi Santi mengarahkan lulusannya memilih tempat kerja. Ia melihat lapangan pekerjaan bidang penyiaran masih terbuka lebar, tetapi SDM berkualitas amat terbatas. "Banyak perusahaan, terlebih yang berkaitan dengan dunia penyiaran lebih memilih orang yang sudah punya pengalaman. Setidaknya yang mengetahui dasar dari dunia penyiaran dan bersertifikasi," sebut istri dari I Wayan Susastra ini.
0 komentar:
Posting Komentar