Provinsi Lampung sebagai salah satu sentra penghasil durian di wilayah Sumatera, tetap berupaya mengembangkan agrowisata durian di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul Rahman (WAR), yang berjarak sekitar 15 km dari kota Bandarlampung, terletak di lintas kota Bandarlampung dan Kabupaten Pesawaran.
Menurut informasi dari UPTD Wan Abdul Rahman, Senin (14/7), agrowisata buah durian itu dikembangkan di daerah Desa Sumber Agung, dengan menanami 1.030 batang pohon durian Monthong di lahas seluas 17,7 hektare. UPTD menyebutkan bahwa lahan itu akan dijadikan sebagai lokasi agrowisata Tahura WAR.
Saat mengunjungi Lampung minggu lalu, Menhut MS Kaban juga mendapatkan laporan dari UPTD WAR tentang rencana pengembangan agrowisata durian di kawasan Tahura WAR itu.
Tahura WAR memiliki potensi yang besar di bidang pariwisata, karena memiliki berbagai objek wisata alam. Lokasinya pun sangat dekat dengan kota Bandarlampung, sehingga relatif mudah terjangkau. Meski demikian, minat warga ke objek wisata itu sangat rendah, berbeda sekali dengan objek wisata pantai yang selalu ramai dikunjungi penduduk.
Menurut UPTD, kunjungan wisata ke Youth Camp di kawasan Tahura WAR hanya 3.000 orang per tahun. Berdasarkan pantauan, banyak warga yang tidak mengetahui keberadaan objek wisata itu, karena kurang dipromosikan oleh instansi terkait, sementara sarana dan prasarananya masih minim.
Untuk meningkatkan pemanfaatan wisata alam di Tahura WAR, telah dilakukan sejumlah upaya, seperti pembuatan MCK dan pelebaran jalan di sejumlah objek wisata di kawasan Tahura itu, seperti Youth Camp, air terjun Wiyono dan lain-lain. Selain itu, sejak tahun 2004 telah dibangun Pusat Penangkaran dan Penyelamatan Satwa Sumatera.
Akan tetapi, kerusakan taman hutan raya (Tahura) Wan Abdul Rahman (WAR) ternyata semakin parah dan kerusakan itu telah mencapai lebih dari 61 persen dari luas areal hutan tersebut. Lahan yang masih bervegetasi hutan sekitar 39 persen dari total luas Tahura sekitar 22.249,31 ha, sementara kebun campuran meliputi 55 persen, semak belukar 1 persen dan perladangan sekitar 5 persen. Kawasan hutan yang mengalami degradasi itu, misalnya terdapat di daerah Padang Cermin, Kedondong dan Way Lima.
Permasalahan yang dihadapi Tahura WAR, di antaranya adalah kegiatan usaha budidaya tanaman pertanian dan perkebunan oleh masyarakat sekitar kawasan hutan dengan cakupan luasnya sekitar 12.306,97 ha atau 55 persen dari total luas Tahura WAR.
Selain itu, terdapat permukiman di 47 titik, adanya klaim lahan oleh kelompok masyarakat di wilayah Padang Cermin dan Kedondong Way Lima, masih terjadi illegal logging dan terjadi penggeseran tapal batas.
Tahura WAR dikelilingi tujuh wilayah kecamatan. Hasil sensus tahun 2002 menunjukkan, terdapat sekitar 23.489 KK yang tinggal di dalam dalam dan sekitar kawasan Tahura WAR. (Antara)
Menurut informasi dari UPTD Wan Abdul Rahman, Senin (14/7), agrowisata buah durian itu dikembangkan di daerah Desa Sumber Agung, dengan menanami 1.030 batang pohon durian Monthong di lahas seluas 17,7 hektare. UPTD menyebutkan bahwa lahan itu akan dijadikan sebagai lokasi agrowisata Tahura WAR.
Saat mengunjungi Lampung minggu lalu, Menhut MS Kaban juga mendapatkan laporan dari UPTD WAR tentang rencana pengembangan agrowisata durian di kawasan Tahura WAR itu.
Tahura WAR memiliki potensi yang besar di bidang pariwisata, karena memiliki berbagai objek wisata alam. Lokasinya pun sangat dekat dengan kota Bandarlampung, sehingga relatif mudah terjangkau. Meski demikian, minat warga ke objek wisata itu sangat rendah, berbeda sekali dengan objek wisata pantai yang selalu ramai dikunjungi penduduk.
Menurut UPTD, kunjungan wisata ke Youth Camp di kawasan Tahura WAR hanya 3.000 orang per tahun. Berdasarkan pantauan, banyak warga yang tidak mengetahui keberadaan objek wisata itu, karena kurang dipromosikan oleh instansi terkait, sementara sarana dan prasarananya masih minim.
Untuk meningkatkan pemanfaatan wisata alam di Tahura WAR, telah dilakukan sejumlah upaya, seperti pembuatan MCK dan pelebaran jalan di sejumlah objek wisata di kawasan Tahura itu, seperti Youth Camp, air terjun Wiyono dan lain-lain. Selain itu, sejak tahun 2004 telah dibangun Pusat Penangkaran dan Penyelamatan Satwa Sumatera.
Akan tetapi, kerusakan taman hutan raya (Tahura) Wan Abdul Rahman (WAR) ternyata semakin parah dan kerusakan itu telah mencapai lebih dari 61 persen dari luas areal hutan tersebut. Lahan yang masih bervegetasi hutan sekitar 39 persen dari total luas Tahura sekitar 22.249,31 ha, sementara kebun campuran meliputi 55 persen, semak belukar 1 persen dan perladangan sekitar 5 persen. Kawasan hutan yang mengalami degradasi itu, misalnya terdapat di daerah Padang Cermin, Kedondong dan Way Lima.
Permasalahan yang dihadapi Tahura WAR, di antaranya adalah kegiatan usaha budidaya tanaman pertanian dan perkebunan oleh masyarakat sekitar kawasan hutan dengan cakupan luasnya sekitar 12.306,97 ha atau 55 persen dari total luas Tahura WAR.
Selain itu, terdapat permukiman di 47 titik, adanya klaim lahan oleh kelompok masyarakat di wilayah Padang Cermin dan Kedondong Way Lima, masih terjadi illegal logging dan terjadi penggeseran tapal batas.
Tahura WAR dikelilingi tujuh wilayah kecamatan. Hasil sensus tahun 2002 menunjukkan, terdapat sekitar 23.489 KK yang tinggal di dalam dalam dan sekitar kawasan Tahura WAR. (Antara)
0 komentar:
Posting Komentar