Oleh: Wayan Nita
Bagi pecinta tanaman hias, keberhasilan dan keindahan tanaman menjadi kebanggan. Mengatasi masalah tersebut, tepat jika kini para pecinta tanaman hias mulai kembali menggunakan pupuk organik. Salah satu produsen pupuk organik, PT. Songgolangit Persada, menciptakan formula pupuk dan pestisida organik. Tentu, pupuk dan pestisida ini menggunakan Teknologi EM4 sebagai bahan fermentasi. Masalah yang sering muncul pada tanaman adalah dengan menyediakan media tanam dan pestisidanya. Seperti yang diungkapkan Ir. Nyoman Darma, staf ahli Teknologi EM, pertumbuhan tanaman akan lebih baik dengan bahan organik.
Penyediaan media tanam menjadi penting karena merupakan pondasi pertumbuhan dari tanaman itu kelak. Untuk mengatasi masalah tersebut, larutan EM4 dan pupuk Bokashi Kotaku menjadi solusi. Dalam membuat media tanam, sebut Nyoman Darma, lebih bagus jika menggunakan arang sekam. Keunggulannya adalah dapat mengatasi munculnya jamur/fusarium/busuk batang, dan juga dapat menjaga porositas air. Sebelum digunakan, arang sekam terlebih dulu disiram dengan larutan EM aktif. Setelah disiram baru dicampur dengan pupuk Bokashi Kotaku. “Dengan perbandingan satu bagian pupuk Bokashi Kotaku dengan setengah bagian arang sekam,”terang Nyoman Darma, yang juga sebagai instruktur pelatihan IPSA (Institut Pelatihan Sumberdaya Alam) di Buleleng.
Media tanam yang telah tersedia bisa langsung digunakan untuk menanam tanaman hias. Sebagai penyempurna pertumbuhan tanaman hias, perlu dilakukan penyemprotan dengan EM cair. Karena, selain merawat bagian bawah tanaman, bagian atas juga harus dirawat. Penyiraman dan penyemprotan diberikan untuk semua bagian tumbuhan. Dalam penyiraman tersebut harus memperhatikan cara dan dosis yang diberikan. Agar tidak terjadi kesalahan fatal, misalnya kematian tanaman.
Penyiraman yang benar, menurut Nyoman Darma, adalah dengan mengaktifkan dulu larutan EM4 yang baru dibeli (botol kuning). Karena larutan EM4 yang terdapat dalam botol itu masih dalam keadaan dorman. Untuk mengaktifkannya perlu penambahan media seperti gula merah (boleh juga Molase/tetes tebu) dan air. Perbandingannya, satu (1) liter EM asli + satu (1) liter gula merah + 18 liter air. Larutan tersebut dicampurkan dalam jerigen dan didiamkan selama minimal lima hari. Setelah lima hari tutup jerigen dibuka, jika terdapat miselium diatas permukaan larutan maka proses fermentasinya berhasil. Jika lima hari belum muncul miselium tunggu hingga hari ke tujuh. Larutan EM aktif yang mengandung miselium itulah yang paling bagus disiramkan pada tanaman.
Larutan EM4 yang sudah aktif langsung bisa diaplikasikan pada tanaman hias. Tapi dalam pengaplikasian larutan EM aktif pada tanaman hanya perlu ditambahkan air saja, tidak perlu ditambahkan gula lagi. EM aktif sebanyak lima (5) cc cukup ditambah dengan satu (1) liter air. Yang perlu diingat dalam mengaktifkan EM ini adalah disesuaikan dengan keperluan. Jika tanaman sedikit maka EM yang diaktifkan juga tidak sedikit. “Hal ini karena masa simpan EM aktif tidak boleh lebih dari 3 bulan. Dalam arti larutan EM aktif harus habis dalam waktu tiga bulan,” tegas Asmara.
Koran Pak Oles/Edisi 164/Desember 2008
Bagi pecinta tanaman hias, keberhasilan dan keindahan tanaman menjadi kebanggan. Mengatasi masalah tersebut, tepat jika kini para pecinta tanaman hias mulai kembali menggunakan pupuk organik. Salah satu produsen pupuk organik, PT. Songgolangit Persada, menciptakan formula pupuk dan pestisida organik. Tentu, pupuk dan pestisida ini menggunakan Teknologi EM4 sebagai bahan fermentasi. Masalah yang sering muncul pada tanaman adalah dengan menyediakan media tanam dan pestisidanya. Seperti yang diungkapkan Ir. Nyoman Darma, staf ahli Teknologi EM, pertumbuhan tanaman akan lebih baik dengan bahan organik.
Penyediaan media tanam menjadi penting karena merupakan pondasi pertumbuhan dari tanaman itu kelak. Untuk mengatasi masalah tersebut, larutan EM4 dan pupuk Bokashi Kotaku menjadi solusi. Dalam membuat media tanam, sebut Nyoman Darma, lebih bagus jika menggunakan arang sekam. Keunggulannya adalah dapat mengatasi munculnya jamur/fusarium/busuk batang, dan juga dapat menjaga porositas air. Sebelum digunakan, arang sekam terlebih dulu disiram dengan larutan EM aktif. Setelah disiram baru dicampur dengan pupuk Bokashi Kotaku. “Dengan perbandingan satu bagian pupuk Bokashi Kotaku dengan setengah bagian arang sekam,”terang Nyoman Darma, yang juga sebagai instruktur pelatihan IPSA (Institut Pelatihan Sumberdaya Alam) di Buleleng.
Media tanam yang telah tersedia bisa langsung digunakan untuk menanam tanaman hias. Sebagai penyempurna pertumbuhan tanaman hias, perlu dilakukan penyemprotan dengan EM cair. Karena, selain merawat bagian bawah tanaman, bagian atas juga harus dirawat. Penyiraman dan penyemprotan diberikan untuk semua bagian tumbuhan. Dalam penyiraman tersebut harus memperhatikan cara dan dosis yang diberikan. Agar tidak terjadi kesalahan fatal, misalnya kematian tanaman.
Penyiraman yang benar, menurut Nyoman Darma, adalah dengan mengaktifkan dulu larutan EM4 yang baru dibeli (botol kuning). Karena larutan EM4 yang terdapat dalam botol itu masih dalam keadaan dorman. Untuk mengaktifkannya perlu penambahan media seperti gula merah (boleh juga Molase/tetes tebu) dan air. Perbandingannya, satu (1) liter EM asli + satu (1) liter gula merah + 18 liter air. Larutan tersebut dicampurkan dalam jerigen dan didiamkan selama minimal lima hari. Setelah lima hari tutup jerigen dibuka, jika terdapat miselium diatas permukaan larutan maka proses fermentasinya berhasil. Jika lima hari belum muncul miselium tunggu hingga hari ke tujuh. Larutan EM aktif yang mengandung miselium itulah yang paling bagus disiramkan pada tanaman.
Larutan EM4 yang sudah aktif langsung bisa diaplikasikan pada tanaman hias. Tapi dalam pengaplikasian larutan EM aktif pada tanaman hanya perlu ditambahkan air saja, tidak perlu ditambahkan gula lagi. EM aktif sebanyak lima (5) cc cukup ditambah dengan satu (1) liter air. Yang perlu diingat dalam mengaktifkan EM ini adalah disesuaikan dengan keperluan. Jika tanaman sedikit maka EM yang diaktifkan juga tidak sedikit. “Hal ini karena masa simpan EM aktif tidak boleh lebih dari 3 bulan. Dalam arti larutan EM aktif harus habis dalam waktu tiga bulan,” tegas Asmara.
Koran Pak Oles/Edisi 164/Desember 2008
0 komentar:
Posting Komentar