Oleh: Pak Oles
Keberhasilan atau kegagalan suatu individu, keluarga, organisasi, bahkan negara sekalipun sangatlah ditentukan oleh kepemimpinan pemimpinnya. Kepemimpinan yang baik akan menghasilkan keberhasilan, sedangkan kepemimpinan yang buruk akan menghasilkan kegagalan.
Kejadian itu sudah sangat jelas kita amati. Jatuh bangun setiap kehidupan individu, keluarga, organisasi atau negara ditentukan oleh kualitas kepemimpinan pemimpinnya
Seorang individu yang berhasil dalam menjalani hidup, menjadi seorang yang sukses dalam bidangnya. Di dalam dirinya telah berkembang nilai-nilai juang kepemimpinan, yang dalam bahasa Inggris disebut leadership. Nilai kepemimpinan inilah yang memotivasi dirinya untuk terus berjuang, gigih, tabah, sabar dan tekun, sehingga dia bisa menjadi manusia yang memiliki keunggulan. Kepemimpinan ibarat pedang, dia akan terus bertambah tajam dan semakin bermanfaat jika rajin diasah. Baja yang terkandung di dalam pedang itu sangatlah menentukan kualitas ketajaman pedangnya. Walaupun pedang hanya terbuat dari besi, jika kita rajin mengasahnya, pastilah akan tajam juga hasilnya. Kesimpulannya adalah, bahwa kepemimpinan itu adalah masalah bakat dan kemauan untuk mengembangkan bakat. Orang yang memiliki bakat tanpa kemauan akan gagal. Sedangkan orang yang memiliki kemauan tanpa bakat, harus memerlukan kerja yang lebih keras untuk menumbuhkan bakat.
Kenapa seseorang tidak memiliki bakat kepemimpinan? Apakah karena masalah keturunan, trah, genetik, budaya, pendidikan, atau karena faktor lain? Untuk kasus orang idiot, atau kelainan mental, pastilah mereka tidak mungkin menjadi pemimpin. Tetapi untuk orang normal, di dalam dirinya sudah memiliki bakat kepemimpinan yang terpendam, yang harus digali, ditemukan dan diasah agar bisa bersinar terang. Ibarat intan, dia harus digali, ditemukan dan diasah dengan baik, sehingga memiliki nilai sebagai batu mulia.
Krisis yang dialami oleh individu, keluarga, organisasi atau negara berawal dari krisis kepemimpinan pemimpinnya. Kebangkrutan akan menunggu jika krisis kepemimpinan tidak dikelola dengan baik. Jadi kepemimpinan itu sangatlah penting, karena tanpa kepemimpinan yang baik, maka kehidupan pengikutnya pasti melarat. Kepemimpinan yang dimaksud adalah masalah sikap mental yang harus dimiliki oleh seseorang, yaitu: disiplin, kerja keras, jujur dan mampu bekerja sama. Tanpa salah satu dari keempat hal itu, pastilah individu, keluarga, organisasi, atau negara yang dipimpinnya akan tidak bisa berkembang maksimal.
Disiplin berarti tegas terhadap pengaturan waktu, uang dan orang untuk kemajuan yang ingin dicapai. Kerja keras berarti bekerja lebih, bekerja cerdas dan bekerja ikhlas. Jujur berarti bekerja sesuai dengan nuraninya. Mampu bekerja sama berarti bisa memotivasi, menggerakkan, membentuk jaringan untuk mencapai tujuan.
Krisis kepemimpinan yang kita alami terlihat dari semakin susahnya masyarakat mencari pemimpin untuk kelompoknya sendiri. Semakin banyak organisasi yang mengeluhkan kelangkaan menejer, direktur, kepala dan pemimpin, Walaupun banyak orang yang menginginkan jabatan tersebut, tetapi keinginannya bukan berdasarkan kemampuannya. Jabatan tersebut dilirik karena gaji dan fasilitas yang ingin dinikmatinya. Di lain pihak, banyak juga pemimpin yang suka memaksakan dirinya sendiri untuk memimpin, tanpa mau banyak belajar dan melayani, yang pada akhirnya banyak menimbulkan konflik dan kegagalan pencapaian tujuan organisasi.
Bagi pemimpin, belajar kepemimpinan tidak akan pernah selesai, dia ibarat pelajaran kehidupan sampai ke liang kubur. Banyak ilmu kepemimpinan dijual di toko buku dan diseminarkan serta dilatih oleh pelatih ternama. Mungkin semuanya itu baru sampai tahapan pengetahuan, belum dipraktekkan oleh pembaca, peserta seminar dan peserta pelatihan. Yang pada akhirnya, segala ilmu yang didapat dari buku dan lisan dikembalikan lagi pada diri kita sendiri, untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pemimpin yang melayani pengikutnya.
Di manakah letak kepemimpinan itu? Dia ada di dalam hati. Ilmu kepemimpinan yang dipelajari di buku dan di sekolah menejemen hanya sampai di otak, sehingga pengetahuannya baru sampai pada tahap logika yang mengetahui baik-buruk, benar-salah, dan untung rugi. Kalau ilmu kepemimpinan hanya sampai di otak, maka sering kali muncul keragu-raguan, kebimbangan dan ketakutan. Karena seorang yang ragu dan bimbang tidak mungkin menjadi pemimpin. Bukan juga berarti pemimpin tidak memiliki rasa takut, tetapi rasa takutnya itu dikalahkan dengan tanggung jawabnya. Sehingga karena rasa tanggung jawabnya sebagai pemegang amanah pemimpin, maka rasa ketakutan itu menjadi sangat kecil untuk dirasakan. Jika ilmu kepemimpinan seseorang sudah tertanam di dalam hatinya, maka yang muncul adalah ketetapan hati untuk memimpin, untuk berbuat dan berkorban, memberikan pelayanan. Keraguan, kebimbangan dan ketakutannya menjadi hilang. Bagi pemimpin, memberikan pelayanan itu adalah sebuah kegembiraan. Jika hal itu sudah dirasakan, anda berarti sudah menjadi pemimpin yang memiliki kerendahan hati dan kelapangan jiwa.
Bagaimana caranya agar kepemimpinan itu ada di dalam hati? Merenunglah tentang siapa diri kita sebenarnya. Banyak pemimpin yang tidak mengetahui siapa dirinya sendiri, apa keahliannya, apa pekerjaan yang disenanginya, mengapa dan untuk apa dia menyenangi atau tidak menyenangi pekerjaan itu. Perenungan harus terus menerus dilakukan tentang segala hal yang berkaitan dengan diri kita sendiri, sampai kita mendapatkan jawaban tentang siapa diri kita sendiri. Mungkin jawaban yang didapat bervariasi tergantung dari perenungan kita. Dari perenungan itulah kita mengetahui keunikan dari keahlian yang kita miliki, yang pasti tidak dimiliki oleh orang lain. Karena Tuhan menciptakan masing-masing keunikan individu yang berbeda-beda. Dengan cara demikian kita telah memiliki jati diri, yang mencakup tentang pemahaman terhadap diri sendiri dan kemampuan diri sendiri. Pada saat itulah seorang pemimpin sudah memiliki kemampuan memimpin yang memancar dari dalam. Jika kepemimpinan itu terus menerus digunakan untuk memberikan pelayanan untuk masyarakat, maka nilai kepemimpinan seorang pemimpin akan terus meningkat. Seorang pemimpin adalah seorang samurai, yang berarti dia yang melayani. Dengan kekuatan dan kemampuannya, dia memberikan pelayanan. Karena belum banyak pemimpin yang mau memberikan pelayanan, maka krisis kepemimpinan terjadi di mana-mana. Jadi, harap maklum!
KPO/EDISI 163/NOVEMBER 2008
Keberhasilan atau kegagalan suatu individu, keluarga, organisasi, bahkan negara sekalipun sangatlah ditentukan oleh kepemimpinan pemimpinnya. Kepemimpinan yang baik akan menghasilkan keberhasilan, sedangkan kepemimpinan yang buruk akan menghasilkan kegagalan.
Kejadian itu sudah sangat jelas kita amati. Jatuh bangun setiap kehidupan individu, keluarga, organisasi atau negara ditentukan oleh kualitas kepemimpinan pemimpinnya
Seorang individu yang berhasil dalam menjalani hidup, menjadi seorang yang sukses dalam bidangnya. Di dalam dirinya telah berkembang nilai-nilai juang kepemimpinan, yang dalam bahasa Inggris disebut leadership. Nilai kepemimpinan inilah yang memotivasi dirinya untuk terus berjuang, gigih, tabah, sabar dan tekun, sehingga dia bisa menjadi manusia yang memiliki keunggulan. Kepemimpinan ibarat pedang, dia akan terus bertambah tajam dan semakin bermanfaat jika rajin diasah. Baja yang terkandung di dalam pedang itu sangatlah menentukan kualitas ketajaman pedangnya. Walaupun pedang hanya terbuat dari besi, jika kita rajin mengasahnya, pastilah akan tajam juga hasilnya. Kesimpulannya adalah, bahwa kepemimpinan itu adalah masalah bakat dan kemauan untuk mengembangkan bakat. Orang yang memiliki bakat tanpa kemauan akan gagal. Sedangkan orang yang memiliki kemauan tanpa bakat, harus memerlukan kerja yang lebih keras untuk menumbuhkan bakat.
Kenapa seseorang tidak memiliki bakat kepemimpinan? Apakah karena masalah keturunan, trah, genetik, budaya, pendidikan, atau karena faktor lain? Untuk kasus orang idiot, atau kelainan mental, pastilah mereka tidak mungkin menjadi pemimpin. Tetapi untuk orang normal, di dalam dirinya sudah memiliki bakat kepemimpinan yang terpendam, yang harus digali, ditemukan dan diasah agar bisa bersinar terang. Ibarat intan, dia harus digali, ditemukan dan diasah dengan baik, sehingga memiliki nilai sebagai batu mulia.
Krisis yang dialami oleh individu, keluarga, organisasi atau negara berawal dari krisis kepemimpinan pemimpinnya. Kebangkrutan akan menunggu jika krisis kepemimpinan tidak dikelola dengan baik. Jadi kepemimpinan itu sangatlah penting, karena tanpa kepemimpinan yang baik, maka kehidupan pengikutnya pasti melarat. Kepemimpinan yang dimaksud adalah masalah sikap mental yang harus dimiliki oleh seseorang, yaitu: disiplin, kerja keras, jujur dan mampu bekerja sama. Tanpa salah satu dari keempat hal itu, pastilah individu, keluarga, organisasi, atau negara yang dipimpinnya akan tidak bisa berkembang maksimal.
Disiplin berarti tegas terhadap pengaturan waktu, uang dan orang untuk kemajuan yang ingin dicapai. Kerja keras berarti bekerja lebih, bekerja cerdas dan bekerja ikhlas. Jujur berarti bekerja sesuai dengan nuraninya. Mampu bekerja sama berarti bisa memotivasi, menggerakkan, membentuk jaringan untuk mencapai tujuan.
Krisis kepemimpinan yang kita alami terlihat dari semakin susahnya masyarakat mencari pemimpin untuk kelompoknya sendiri. Semakin banyak organisasi yang mengeluhkan kelangkaan menejer, direktur, kepala dan pemimpin, Walaupun banyak orang yang menginginkan jabatan tersebut, tetapi keinginannya bukan berdasarkan kemampuannya. Jabatan tersebut dilirik karena gaji dan fasilitas yang ingin dinikmatinya. Di lain pihak, banyak juga pemimpin yang suka memaksakan dirinya sendiri untuk memimpin, tanpa mau banyak belajar dan melayani, yang pada akhirnya banyak menimbulkan konflik dan kegagalan pencapaian tujuan organisasi.
Bagi pemimpin, belajar kepemimpinan tidak akan pernah selesai, dia ibarat pelajaran kehidupan sampai ke liang kubur. Banyak ilmu kepemimpinan dijual di toko buku dan diseminarkan serta dilatih oleh pelatih ternama. Mungkin semuanya itu baru sampai tahapan pengetahuan, belum dipraktekkan oleh pembaca, peserta seminar dan peserta pelatihan. Yang pada akhirnya, segala ilmu yang didapat dari buku dan lisan dikembalikan lagi pada diri kita sendiri, untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pemimpin yang melayani pengikutnya.
Di manakah letak kepemimpinan itu? Dia ada di dalam hati. Ilmu kepemimpinan yang dipelajari di buku dan di sekolah menejemen hanya sampai di otak, sehingga pengetahuannya baru sampai pada tahap logika yang mengetahui baik-buruk, benar-salah, dan untung rugi. Kalau ilmu kepemimpinan hanya sampai di otak, maka sering kali muncul keragu-raguan, kebimbangan dan ketakutan. Karena seorang yang ragu dan bimbang tidak mungkin menjadi pemimpin. Bukan juga berarti pemimpin tidak memiliki rasa takut, tetapi rasa takutnya itu dikalahkan dengan tanggung jawabnya. Sehingga karena rasa tanggung jawabnya sebagai pemegang amanah pemimpin, maka rasa ketakutan itu menjadi sangat kecil untuk dirasakan. Jika ilmu kepemimpinan seseorang sudah tertanam di dalam hatinya, maka yang muncul adalah ketetapan hati untuk memimpin, untuk berbuat dan berkorban, memberikan pelayanan. Keraguan, kebimbangan dan ketakutannya menjadi hilang. Bagi pemimpin, memberikan pelayanan itu adalah sebuah kegembiraan. Jika hal itu sudah dirasakan, anda berarti sudah menjadi pemimpin yang memiliki kerendahan hati dan kelapangan jiwa.
Bagaimana caranya agar kepemimpinan itu ada di dalam hati? Merenunglah tentang siapa diri kita sebenarnya. Banyak pemimpin yang tidak mengetahui siapa dirinya sendiri, apa keahliannya, apa pekerjaan yang disenanginya, mengapa dan untuk apa dia menyenangi atau tidak menyenangi pekerjaan itu. Perenungan harus terus menerus dilakukan tentang segala hal yang berkaitan dengan diri kita sendiri, sampai kita mendapatkan jawaban tentang siapa diri kita sendiri. Mungkin jawaban yang didapat bervariasi tergantung dari perenungan kita. Dari perenungan itulah kita mengetahui keunikan dari keahlian yang kita miliki, yang pasti tidak dimiliki oleh orang lain. Karena Tuhan menciptakan masing-masing keunikan individu yang berbeda-beda. Dengan cara demikian kita telah memiliki jati diri, yang mencakup tentang pemahaman terhadap diri sendiri dan kemampuan diri sendiri. Pada saat itulah seorang pemimpin sudah memiliki kemampuan memimpin yang memancar dari dalam. Jika kepemimpinan itu terus menerus digunakan untuk memberikan pelayanan untuk masyarakat, maka nilai kepemimpinan seorang pemimpin akan terus meningkat. Seorang pemimpin adalah seorang samurai, yang berarti dia yang melayani. Dengan kekuatan dan kemampuannya, dia memberikan pelayanan. Karena belum banyak pemimpin yang mau memberikan pelayanan, maka krisis kepemimpinan terjadi di mana-mana. Jadi, harap maklum!
KPO/EDISI 163/NOVEMBER 2008
0 komentar:
Posting Komentar