Guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Prof Dr Kusharisupeni Djoko Suyono mengatakan, diskriminasi terhadap perempuan merupakan salah satu penyebab terjadinya kurang gizi. ‘’Perempuan banyak mengalami diskriminasi yang menyebabkan kurang gizi,’’ kata Kusharisupeni Djoko Suyono dalam pidato pengukuhan sebagai guru besar, di Balai Sidang UI, Depok, Rabu (12/11).
Selain itu, banyaknya perempuan umur 15-19 tahun yang hamil berarti meningkatnya resiko kelahiran bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Pelayanan kesehatan yang memadai harus dapat terjangkau oleh ibu hamil atau melahirkan. Kurang gizi maternal bukan saja menyangkut fetus, tetapi juga pada ibu yang berhubungan langsung dengan kondisi yang tidak benar-benar sehat dan kematian ibu.
Menurut dia, agar status gizi baik pada maternal dapat dicapai, maka upaya perbaikan gizi maternal sejogyanya mencermati perbaikan status gizi ibu pra hamil bahkan sejak remaja, aktivitas fisik meningkat dengan pola makan buruk.
Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah umumnya menderita gangguan kognitif dan neurologis di samping berisiko tinggi terhadap penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, jantung koroner, stroke dan hipertensi dibanding bayi berat lahir cukup. ‘’Status gizi ibu ditentukan jauh sebelum terjadi kehamilan yaitu selama masa kanak-kanak hingga dewasa,’’ katanya.
Kebutuhan energi dan zat gizi selama kehamilan dan menyusui yang lebih tinggi daripada kebutuhan orang dewasa hanya dapat terpenuhi bila ibu mempunyai cadangan zat gizi yang cukup sebelum hamil. Di Indonesia, perempuan yang beresiko melahirkan BBLR adalah mereka yang menderita Kurang Energi Kronis (KEK) dan anemia. Di Indonesia, BBLR masih berkisar 7-14%, dan bahkan di beberapa kabupaten mencapai 16%. Data Depkes menyebut, anak dengan gizi kurang dari 27,5% pada 2006 dan bakal menurun 20% pada tahun 2009.
Sementara itu, cacing pita yang menyerang anak-anak dapat menurunkan berat badan secara drastis dan menimbulkan gizi buruk. ‘’Bila seorang anak terjangkit cacing pita dan tidak segera diatasi dengan konsumsi obat, maka anak berpotensi menderita gizi buruk karena cacing jenis ini langsung menyerang pencernaan,’’ kata Direktur Jaringan Kesehatan Masyarakat (JKM) Medan dr Delyuzar, SpPA kepaa ANTARA di Medan.
Menurut staf pengajar Fakultas Kedokteran UNiversitas Sumatera Utara (USU) itu, selain anak-anak, cacing ini juga menyerang orang dewasa. Cacing pita masuk ke dalam tubuh bila makanan yang dikonsumsi tercampur telur cacing pita. Cacing ing biasanya langsung ke usus dan berdampak fatal bagi pencernaan. gejala pada anak-anak menyebabkan berat badan tidak bertambah dan semakin kurus. Tanda-tanda orang yang terserang cacing pita diawal perut sakit, usus terasa sakit, diare dan mencret.
Koran Pak Oles/Edisi 164/Desember 2008
Selain itu, banyaknya perempuan umur 15-19 tahun yang hamil berarti meningkatnya resiko kelahiran bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Pelayanan kesehatan yang memadai harus dapat terjangkau oleh ibu hamil atau melahirkan. Kurang gizi maternal bukan saja menyangkut fetus, tetapi juga pada ibu yang berhubungan langsung dengan kondisi yang tidak benar-benar sehat dan kematian ibu.
Menurut dia, agar status gizi baik pada maternal dapat dicapai, maka upaya perbaikan gizi maternal sejogyanya mencermati perbaikan status gizi ibu pra hamil bahkan sejak remaja, aktivitas fisik meningkat dengan pola makan buruk.
Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah umumnya menderita gangguan kognitif dan neurologis di samping berisiko tinggi terhadap penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, jantung koroner, stroke dan hipertensi dibanding bayi berat lahir cukup. ‘’Status gizi ibu ditentukan jauh sebelum terjadi kehamilan yaitu selama masa kanak-kanak hingga dewasa,’’ katanya.
Kebutuhan energi dan zat gizi selama kehamilan dan menyusui yang lebih tinggi daripada kebutuhan orang dewasa hanya dapat terpenuhi bila ibu mempunyai cadangan zat gizi yang cukup sebelum hamil. Di Indonesia, perempuan yang beresiko melahirkan BBLR adalah mereka yang menderita Kurang Energi Kronis (KEK) dan anemia. Di Indonesia, BBLR masih berkisar 7-14%, dan bahkan di beberapa kabupaten mencapai 16%. Data Depkes menyebut, anak dengan gizi kurang dari 27,5% pada 2006 dan bakal menurun 20% pada tahun 2009.
Sementara itu, cacing pita yang menyerang anak-anak dapat menurunkan berat badan secara drastis dan menimbulkan gizi buruk. ‘’Bila seorang anak terjangkit cacing pita dan tidak segera diatasi dengan konsumsi obat, maka anak berpotensi menderita gizi buruk karena cacing jenis ini langsung menyerang pencernaan,’’ kata Direktur Jaringan Kesehatan Masyarakat (JKM) Medan dr Delyuzar, SpPA kepaa ANTARA di Medan.
Menurut staf pengajar Fakultas Kedokteran UNiversitas Sumatera Utara (USU) itu, selain anak-anak, cacing ini juga menyerang orang dewasa. Cacing pita masuk ke dalam tubuh bila makanan yang dikonsumsi tercampur telur cacing pita. Cacing ing biasanya langsung ke usus dan berdampak fatal bagi pencernaan. gejala pada anak-anak menyebabkan berat badan tidak bertambah dan semakin kurus. Tanda-tanda orang yang terserang cacing pita diawal perut sakit, usus terasa sakit, diare dan mencret.
Koran Pak Oles/Edisi 164/Desember 2008
0 komentar:
Posting Komentar