Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) memproyeksikan pertumbuhan industri makanan dan minuman sebesar lima persen. "Kita sih menargetkan ada pertumbuhan di 2009 sebesar lima persen. Tapi itu semua dapat tercapai jika pasar lokal tetap bergerak," kata Ketua Bidang Kerjasama dan Advokasi Gapmmi, Adhi Siswaja Lukman kepada Antara.
Saat ini pasar domestik menjadi pasar terbesar industri makanan dan minuman dengan nilai penjualan mencapai Rp350 triliun pada tahun 2008, sedangkan nilai ekspor tahun 2008 turun sebesar 20 persen sehingga hanya mencapai Rp30 triliun.
Menurut dia, produksi makanan dan minuman bulan November 2008 telah mengalami penurunan sebesar 30 persen. Berdasarkan laporan dari anggota Gapmi, penurunan produksi sendiri telah terjadi sejak krisis keuangan didengungkan.
Penyebab penurunan produksi, menurut dia, akibat penetrasi produk makanan dan minuman di pasar global mulai melambat. Selain itu, masalah produk Cina membuat permintaan menurun. "Ekspor ke Amerika yang biasanya sampai enam triliun rupiah diperkirakan sampai Desember nanti turun 20 persen. Belum lagi dari negara lain," ujar Adhi Siswaja Lukman.
Lebih lanjut, dia mengatakan, penurunan permintaan drastis terjadi pada produk makanan "secondary" seperti makanan ringan, sedangkan penurunan permintaan pada produk makanan utama tidak terlalu besar.
Selama ini, dia mengatakan, produsen produk makanan dan minuman mencoba mensiasati kenaikan harga bahan baku makanan dengan mengurangi ukuran, sehingga konsumen dapat tetap membeli produk yang disukainya dengan harga yang sama hanya saja ukuran lebih kecil.
KPO/EDISI 164/DESEMBER 2008
Saat ini pasar domestik menjadi pasar terbesar industri makanan dan minuman dengan nilai penjualan mencapai Rp350 triliun pada tahun 2008, sedangkan nilai ekspor tahun 2008 turun sebesar 20 persen sehingga hanya mencapai Rp30 triliun.
Menurut dia, produksi makanan dan minuman bulan November 2008 telah mengalami penurunan sebesar 30 persen. Berdasarkan laporan dari anggota Gapmi, penurunan produksi sendiri telah terjadi sejak krisis keuangan didengungkan.
Penyebab penurunan produksi, menurut dia, akibat penetrasi produk makanan dan minuman di pasar global mulai melambat. Selain itu, masalah produk Cina membuat permintaan menurun. "Ekspor ke Amerika yang biasanya sampai enam triliun rupiah diperkirakan sampai Desember nanti turun 20 persen. Belum lagi dari negara lain," ujar Adhi Siswaja Lukman.
Lebih lanjut, dia mengatakan, penurunan permintaan drastis terjadi pada produk makanan "secondary" seperti makanan ringan, sedangkan penurunan permintaan pada produk makanan utama tidak terlalu besar.
Selama ini, dia mengatakan, produsen produk makanan dan minuman mencoba mensiasati kenaikan harga bahan baku makanan dengan mengurangi ukuran, sehingga konsumen dapat tetap membeli produk yang disukainya dengan harga yang sama hanya saja ukuran lebih kecil.
KPO/EDISI 164/DESEMBER 2008
0 komentar:
Posting Komentar