Dari 220 penyandang cacat tuna netra di Kota Denpasar, 40 orang di antaranya kembali diberikan pelatihan memijat teknik akupungtur (tusuk jarum) guna mampu mengantisipasi persaingan era global. "Kita terus berupaya memberikan tambahan keterampilan kepada penyandang cacat agar mampu bersaing di era global. Agar tetap memperoleh penghasilan yang layak," kata Ketua Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial (K3S) Kota Denpasar, Ny Selly Dharmawijaya Mantra di Denpasar, Rabu (12/11).
Meski para penyandang cacat khususnya tuna netra telah memiliki keterampilan memijat, namun mereka dituntut meningkatkan pengetahuan dan keterampilan memijat dengan teknik akupungtur. ‘’Kami berharap pemberian pelatihan teknik akupungtur akan dapat membantu mereka dalam meningkatkan pelayanan kepada peminat pijat, termasuk kalangan wisatawan asing,’’ ujarnya.
Para pemijat dari kalangan tuna netra itu selain memberikan pelayanan kepada peminat yang datang ke rumah, juga biasa dipanggil ke hotel-hotel, termasuk melayani wisatawan asing.
Ny Selly Dharmawijaya yang adalah istri Walikota Rai Mantra Dharmawijaya itu mengajak para pengusaha untuk menampung atau membantu para penyandang cacat sesuai keterampilan dan pekerjaan. Masalah penyandang cacat, katanya, bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi kewajiban bersama untuk memberikan peluang kerja dan usaha.
Plt Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Kota Denpasar, Muzayin mengatakan, dari 220 tuna netra yang terdata di wilayahnya sebagai pemijat, terus diberi pelatihan secara bertahap. Khusus teknik akupuntur, dengan kesertaan 40 orang ini yang sudah mengikuti pelatihan tersebut sudah sekitar 60 persennya. Sisanya akan diikutkan dalam program pelatihan berikutnya.
Penyandang cacat di Denpasar paling aktif melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan seperti pembentukan kelompok usaha bersama (Kube). Ketut Nasir, salah seorang penyandang cacat, menyampaikan terimakasihnya diikutkan program pelatihan, yang diharapkan nantinya bisa diikuti oleh semua rekannya. (Ant)
KPO/EDISI 163/NOVEMBER 2008
Meski para penyandang cacat khususnya tuna netra telah memiliki keterampilan memijat, namun mereka dituntut meningkatkan pengetahuan dan keterampilan memijat dengan teknik akupungtur. ‘’Kami berharap pemberian pelatihan teknik akupungtur akan dapat membantu mereka dalam meningkatkan pelayanan kepada peminat pijat, termasuk kalangan wisatawan asing,’’ ujarnya.
Para pemijat dari kalangan tuna netra itu selain memberikan pelayanan kepada peminat yang datang ke rumah, juga biasa dipanggil ke hotel-hotel, termasuk melayani wisatawan asing.
Ny Selly Dharmawijaya yang adalah istri Walikota Rai Mantra Dharmawijaya itu mengajak para pengusaha untuk menampung atau membantu para penyandang cacat sesuai keterampilan dan pekerjaan. Masalah penyandang cacat, katanya, bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi kewajiban bersama untuk memberikan peluang kerja dan usaha.
Plt Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Kota Denpasar, Muzayin mengatakan, dari 220 tuna netra yang terdata di wilayahnya sebagai pemijat, terus diberi pelatihan secara bertahap. Khusus teknik akupuntur, dengan kesertaan 40 orang ini yang sudah mengikuti pelatihan tersebut sudah sekitar 60 persennya. Sisanya akan diikutkan dalam program pelatihan berikutnya.
Penyandang cacat di Denpasar paling aktif melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan seperti pembentukan kelompok usaha bersama (Kube). Ketut Nasir, salah seorang penyandang cacat, menyampaikan terimakasihnya diikutkan program pelatihan, yang diharapkan nantinya bisa diikuti oleh semua rekannya. (Ant)
KPO/EDISI 163/NOVEMBER 2008
0 komentar:
Posting Komentar