Oleh: Wayan Nita
Maraknya wacana tentang pemanasan global mendorong berbagai komponen masyarakat berlomba-lomba menggalakkan penghijauan. Tidak ketinggalan band lokal Bali Navicula. Band yang digawangi Robi (vokalis), Made (bassis), Dankie (gitaris) dan gembul (drumer) tak hanya bisa main musik. Mereka juga ikut turun langsung memberikan penyuluhan dan ikut terjun dalam menjaga lingkungan.
Menurut Robi, pembuat lirik lagu Navicula, sejak awal berdiri lirik lagu band Navicula memang sudah bertemakan lingkungan. Meskipun warna musik yang diusung adalah grunge tapi masalah sosial dan lingkungan hidup selalu menjadi temannya. “Ini lebih pada mengajak anak muda terutama penggemar Navicula untuk mulai memperhatikan lingkungan. Karena dengan musik kita bisa lebih mengena dalam menyampaiakn sebuah pesan,”ungkap pria yang juga sebagai aktivis di IDEP Foundation.
Kepedulian band lokal ini pada lingkungan hidup, membuat mereka diajak dalam penggarapan sebuah album kompilasi. Team dari LIPI yang merekrut band Navicula untuk mengisi proyek album peduli lingkungan. Album yang terdiri dari 12 grup band ini, sebut Robi, dinamakan album Siaga Bencana. Dikeluarkannya album kompilasi ini adalah sebagai media penyuluhan tanggap bencana.
Tak hanya band Navicula, di antaranya ada band Naif dan penyanyi Franky Sihalatua. Tema yang diangkat semuanya tentang lingkungan, yang mengajak pendengarnya peduli pada sekitarnya. Proyek album ini, lanjutnya, tidak hanya berakhir pada konser saja. Tapi dari kunjungan ke semua daerah juga akan dilakukan penyuluhan kesiapan dalam menghadapi bencana alam.
Kunjungan penyuluhan ke daerah-daerah juga menjadi tugas utama Robi sebagai aktivis juga sebagai juru bicara dari proyek album Siaga Bencana.
Kampanye tersebut, ungkap pria lulusan salah satu sekolah tinggi pariwisata di Denpasar ini, mengikuti lempeng erupsi dari Bali hingga ke Papua. Bersama team dari LIPI mengunjungi sekolah-sekolah (SD, SMP hingga SMA) untuk memberikan penyuluhan tentang waspada bencana. Karena semua belahan bumi Indonesia sangat berpotensi besar terjadi bencana alam, baik gempa bumi maupun tsunami. Meskipun kita tidak bisa menghentikan bencana, tapi perlu kesadaran dalam menjaga alam dan mempersiapkan diri saat terjadi bencana. Hal ini bertujuan untuk mengurangi korban bencana alam, baik nyawa maupun materi. “Tanggapan sebagian besar siswa sangat bagus, termasuk juga guru-guru dalam menerima kami,” tegasnya.
Koran Pak Oles/EDISI 164/DESEMBER 2008
Maraknya wacana tentang pemanasan global mendorong berbagai komponen masyarakat berlomba-lomba menggalakkan penghijauan. Tidak ketinggalan band lokal Bali Navicula. Band yang digawangi Robi (vokalis), Made (bassis), Dankie (gitaris) dan gembul (drumer) tak hanya bisa main musik. Mereka juga ikut turun langsung memberikan penyuluhan dan ikut terjun dalam menjaga lingkungan.
Menurut Robi, pembuat lirik lagu Navicula, sejak awal berdiri lirik lagu band Navicula memang sudah bertemakan lingkungan. Meskipun warna musik yang diusung adalah grunge tapi masalah sosial dan lingkungan hidup selalu menjadi temannya. “Ini lebih pada mengajak anak muda terutama penggemar Navicula untuk mulai memperhatikan lingkungan. Karena dengan musik kita bisa lebih mengena dalam menyampaiakn sebuah pesan,”ungkap pria yang juga sebagai aktivis di IDEP Foundation.
Kepedulian band lokal ini pada lingkungan hidup, membuat mereka diajak dalam penggarapan sebuah album kompilasi. Team dari LIPI yang merekrut band Navicula untuk mengisi proyek album peduli lingkungan. Album yang terdiri dari 12 grup band ini, sebut Robi, dinamakan album Siaga Bencana. Dikeluarkannya album kompilasi ini adalah sebagai media penyuluhan tanggap bencana.
Tak hanya band Navicula, di antaranya ada band Naif dan penyanyi Franky Sihalatua. Tema yang diangkat semuanya tentang lingkungan, yang mengajak pendengarnya peduli pada sekitarnya. Proyek album ini, lanjutnya, tidak hanya berakhir pada konser saja. Tapi dari kunjungan ke semua daerah juga akan dilakukan penyuluhan kesiapan dalam menghadapi bencana alam.
Kunjungan penyuluhan ke daerah-daerah juga menjadi tugas utama Robi sebagai aktivis juga sebagai juru bicara dari proyek album Siaga Bencana.
Kampanye tersebut, ungkap pria lulusan salah satu sekolah tinggi pariwisata di Denpasar ini, mengikuti lempeng erupsi dari Bali hingga ke Papua. Bersama team dari LIPI mengunjungi sekolah-sekolah (SD, SMP hingga SMA) untuk memberikan penyuluhan tentang waspada bencana. Karena semua belahan bumi Indonesia sangat berpotensi besar terjadi bencana alam, baik gempa bumi maupun tsunami. Meskipun kita tidak bisa menghentikan bencana, tapi perlu kesadaran dalam menjaga alam dan mempersiapkan diri saat terjadi bencana. Hal ini bertujuan untuk mengurangi korban bencana alam, baik nyawa maupun materi. “Tanggapan sebagian besar siswa sangat bagus, termasuk juga guru-guru dalam menerima kami,” tegasnya.
Koran Pak Oles/EDISI 164/DESEMBER 2008
0 komentar:
Posting Komentar