Home » » Ketika Jamu Disalahgunakan

Ketika Jamu Disalahgunakan

Obat dan jamu yang beredar bebas di pasaran, ternyata banyak yang disalahgunakan konsumen, terutama untuk mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan dengan melipatgandakan dosis. Chatarina Wahyurini dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) dalam seminar hasil studi Aspek Psikososial Subjek yang Menggunakan Obat/Jamu sebagai Upaya Mengakhiri Kehamilan di Semarang, Sabtu (22/11).
‘’Saya minum Ginecosit tiga hari, terus obat Cina tiga hari, Menses satu hari, Kiranti tujuh hari, pil Tuntas tiga hari, nanas ditambah ragi tiga hari, dan terakhir dipijat dukun,’’ kata Wahyurini mengutip keterangan seorang responden dari Yogyakarta berusia 34 tahun.
Chatarina juga mengungkapkan penuturan wanita berusia 30 tahun di Medan yang mengatakan, ‘’Saya minum pil Tuntas tiga hari, pil Kates tiga hari, jamu rumput Fatima 10 hari dan terakhir M Kapsul 10 hari’’.
Studi psikosisial tersebut dilakukan terhadap 132 subjek dengan kriteria sebelumnya sudah minum obat dan jamu peluntur, telat haid dan menggunakan cara medikal. Sebelumnya dilakukan studi terhadap 31.697 klien yang ingin melakukan pemulihan haid.
Awalnya studi kualitatif dilakukan di sembilan provinsi, namun hanya dilanjutkan di tujuh daerah yakni Jakarta, Jawa Barat, Jateng, Yogyakarta, Jatim, Sulut dan Sumut selama Juli-Desember 2007. Dengan alasan teknis, Bali dan NTB tidak diteruskan.
Konsumsi obat dan jamu itu kadang sama sekali tidak ada hubungan dengan masalah kandungan. Misalnya obat sakit kepala Paramex dan obat mag. Selain itu, untuk mengakhiri kehamilan mereka juga banyak yang konsumsi bahan yang diyakini mampu memulihkan haid seperti makan nanas muda, air tape, air kencur, air ragi dan bubuk merica sebagai bahan tambahan.
Ada sejumlah alasan untuk mengakhiri kehamilan seperti sosial, kesehatan, pekerjaan dan gagal KB. Namun alasan mayoritas adalah ekonomi.
‘’Sebenarnya saya menginginkan anak ini, tapi bagaimana lagi karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan,’’ kata seorang konsumen berusia 27 tahun dari Jakarta.
‘’Saya sudah punya tiga anak, saya tidak sanggup lagi membiayai kalau melahirkan anak lagi,’’ kata konsumen lain berusia 35 tahun asal Semarang.
Dari sebanyak 132 subjek, 84% atau 111 subjek berstatus kawin, sedangkan 15 orang (11,4%) belum kawin, dan 6 subjek berstatus janda atau hidup bersama. Sebagian besar responden memutuskan hal itu atas kehendak sendiri. ‘’Hanya sebagian kecil yang merupakan desakan dari pacar/suami, teman dan terpicu oleh informasi dari media,’’ jelas Wahyurini.
Ia juga menyoroti adanya iklan terselubung di media bertuliskan Perempuan hamil dilarang minum (jamu/obat ini, --Red), bisa mengakibatkan gugurnya kandungan. Iklan ini sebenarnya ditujukan bagi wanita yang ingin menggugurkan kandungan.
Narasumber lain, Prof Agnes Widanti mengatakan, aborsi bukan pilihan perempuan. Aborsi merupakan senjata ampuh bagi laki-laki untuk memaksakan kehendaknya pada fungsi reproduksi. Alasan aborsi bukan hanya pertimbangan medis tetapi juga ekonomi, budaya, politik, perkosaan dan KB yang gagal.
Koran Pak Oles/Edisi 164/Desember 2008
Thanks for reading Ketika Jamu Disalahgunakan

0 komentar:

Posting Komentar