Era New Media yang ditandai dengan gerakan konvergensi media “online” bukan genderang kematian media cetak. Sebaliknya, akumulasi pengalaman dan daya jelajah di ranah manual (media cetak konvensional) menjadi modal pengayaan portal berita. Dunia “online” adalah jembatan yang efektif menyampaikan berita dan pesan secara cepat, mudah, dan luas. Karena itu keterbukaan pada era digital ditandai dengan visi untuk meretas tali-temali informasi yang mengabadi bersama peradaban. Langkah konvergensi media bukan sekedar upaya mempertahankan kue iklan, tapi jawaban eksistensial media massa modern.
Cukup maraknya kemunculan media baru atau new media yang menggabungkan teknologi internet, audio visual dan handphone, dirasakan kian mengancam keberadaan dan pengaruh yang dimiliki media cetak.
"Pengaruh media cetak akan `tergusur` dan tergantikan oleh sepak terjang new media yang kini semakin dirasakan kemunculannya," kata Ceo Virtual Consulting (VC), Nukman Lutfie, pada seminar "New Media: Akhir Media Konvensional?", di Sanur, Bali.
Media internet mampu menyampaikan informasi jauh lebih cepat, bahkan secara langsung kepada pembacanya, sementara media cetak pada umumnya masih harus menunggu hari berikutnya. Akibatnya, berita di koran menjadi basi dan bersamaan dengan itu telah membuat para jurnalis tidak lagi merasa yang paling hebat, katanya dilansir Antara.
Dalam seminar yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia itu, Nukman mengatakan, melihat sepak terjang new media seperti itu, koran yang paling cepat terkubur adalah yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan zamannya. Paling tidak, koran yang tidak mampu bersinergi dengan kumunculan new media tersebut, katanya.
Melihat itu, lanjut Nukman, mendatang diperlukan kemampuan media cetak untuk bersinergi, sekaligus mengembangkan pola-pola dan muatan baru yang dimungkinkan untuk lebih menarik minat para pembaca.
Dengan demikian, keberadaan media cetak senantiasa akan tidak jauh tertinggal langkah dari kehadiran media baru di tengah-tengah keberadaan pembaca yang kian tidak memiliki banyak waktu.
"Waktu yang dimiliki orang untuk membaca kini semakin sedikit dan pencarian informasi lebih mengandalkan televisi atau internet," ucapnya.
Khusus di kalangan anak muda, kebiasaan membaca koran bahkan nyaris hilang. Ditambah oleh mahalnya harga kertas dan kecenderungan penghematan biaya iklan, membuat posisi media cetak akan kian terjepit. Melihat itu semua, media cetak mendatang perlu mencari terobosan baru untuk tetap bisa bertahan dan bersaing sehat dengan new media yang kian marak, katanya.
Koran Pak Oles/Edisi 164/Desember 2008
Cukup maraknya kemunculan media baru atau new media yang menggabungkan teknologi internet, audio visual dan handphone, dirasakan kian mengancam keberadaan dan pengaruh yang dimiliki media cetak.
"Pengaruh media cetak akan `tergusur` dan tergantikan oleh sepak terjang new media yang kini semakin dirasakan kemunculannya," kata Ceo Virtual Consulting (VC), Nukman Lutfie, pada seminar "New Media: Akhir Media Konvensional?", di Sanur, Bali.
Media internet mampu menyampaikan informasi jauh lebih cepat, bahkan secara langsung kepada pembacanya, sementara media cetak pada umumnya masih harus menunggu hari berikutnya. Akibatnya, berita di koran menjadi basi dan bersamaan dengan itu telah membuat para jurnalis tidak lagi merasa yang paling hebat, katanya dilansir Antara.
Dalam seminar yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia itu, Nukman mengatakan, melihat sepak terjang new media seperti itu, koran yang paling cepat terkubur adalah yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan zamannya. Paling tidak, koran yang tidak mampu bersinergi dengan kumunculan new media tersebut, katanya.
Melihat itu, lanjut Nukman, mendatang diperlukan kemampuan media cetak untuk bersinergi, sekaligus mengembangkan pola-pola dan muatan baru yang dimungkinkan untuk lebih menarik minat para pembaca.
Dengan demikian, keberadaan media cetak senantiasa akan tidak jauh tertinggal langkah dari kehadiran media baru di tengah-tengah keberadaan pembaca yang kian tidak memiliki banyak waktu.
"Waktu yang dimiliki orang untuk membaca kini semakin sedikit dan pencarian informasi lebih mengandalkan televisi atau internet," ucapnya.
Khusus di kalangan anak muda, kebiasaan membaca koran bahkan nyaris hilang. Ditambah oleh mahalnya harga kertas dan kecenderungan penghematan biaya iklan, membuat posisi media cetak akan kian terjepit. Melihat itu semua, media cetak mendatang perlu mencari terobosan baru untuk tetap bisa bertahan dan bersaing sehat dengan new media yang kian marak, katanya.
Koran Pak Oles/Edisi 164/Desember 2008
0 komentar:
Posting Komentar