Penggunaan pupuk organik oleh petani dinilai masih sangat sedikit dibanding pupuk kimia pabrikan. Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Yogyakarta, Bambang Wibowo di Yogyakarta, Kamis (6/11) mengatakan, meski pemerintah sudah menganjurkan agar menggunakan pupuk organik, namun realisasinya belum menyolok. ‘’Jumlah petani yang menggunakan pupuk organik baru lima persen, padahal penggunaan yang dominan seharusnya mencapai 60 persen,’’ katanya.
Menurut Wibowo, selama ini petani lebih menyukai hal praktis yaitu dengan membawa satu zak pupuk Urea, mereka bisa langsung menaburkan pupuk dengan mudah. Jika harus memakai pupuk organik dari kotoran ternak, mereka harus mengolah dulu dan minimal membutuhkan satu unit truk pupuk organik untuk lahan seluas 1000 meter. "Cara itu dinilai para petani tidak praktis dan cukup repot. Karena itu, mereka memilih cara yang praktis dan mudah dengan menggunakan pupuk kimia pabrikan seperti Urea," katanya.
Menyinggung respons petani di wilayah DIY, ia mengatakan petani di daerah ini cukup menanggapi positif anjuran pemerintah agar menggunakan pupuk organik. Selain direspons para petani, pemerintah daerah (pemda) setempat juga memberikan dukungan penuh kepada petani yang menggunakan pupuk organik. ‘’Dukungan pemda itu dalam bentuk bantuan pupuk organik secara hibah atau bantuan bergulir yang berasal dari dana APBD. Penggunaan pupuk organik tujuannya bukan semata-mata mengganti pupuk kimia pabrikan, tetapi juga untuk memperbaiki unsur tanah,’’ katanya.
Dalam sosialisasi penggunaan pupuk organik, KTNA DIY memberi bantuan 50 liter pupuk organik cair kepada petani di setiap kecamatan. Tiap empat liter pupuk organik cair bisa untuk tanaman di lahan pekarangan atau sawah seluas 1 hektar. ‘’Sosialisasi kepada petani dinilai penting untuk memberikan pengetahuan tentang manfaat pupuk organik dalam mengembalikan kesuburan tanah dan tanaman,’’ katanya.
KPO/EDISI 163/NOVEMBER 2008
Menurut Wibowo, selama ini petani lebih menyukai hal praktis yaitu dengan membawa satu zak pupuk Urea, mereka bisa langsung menaburkan pupuk dengan mudah. Jika harus memakai pupuk organik dari kotoran ternak, mereka harus mengolah dulu dan minimal membutuhkan satu unit truk pupuk organik untuk lahan seluas 1000 meter. "Cara itu dinilai para petani tidak praktis dan cukup repot. Karena itu, mereka memilih cara yang praktis dan mudah dengan menggunakan pupuk kimia pabrikan seperti Urea," katanya.
Menyinggung respons petani di wilayah DIY, ia mengatakan petani di daerah ini cukup menanggapi positif anjuran pemerintah agar menggunakan pupuk organik. Selain direspons para petani, pemerintah daerah (pemda) setempat juga memberikan dukungan penuh kepada petani yang menggunakan pupuk organik. ‘’Dukungan pemda itu dalam bentuk bantuan pupuk organik secara hibah atau bantuan bergulir yang berasal dari dana APBD. Penggunaan pupuk organik tujuannya bukan semata-mata mengganti pupuk kimia pabrikan, tetapi juga untuk memperbaiki unsur tanah,’’ katanya.
Dalam sosialisasi penggunaan pupuk organik, KTNA DIY memberi bantuan 50 liter pupuk organik cair kepada petani di setiap kecamatan. Tiap empat liter pupuk organik cair bisa untuk tanaman di lahan pekarangan atau sawah seluas 1 hektar. ‘’Sosialisasi kepada petani dinilai penting untuk memberikan pengetahuan tentang manfaat pupuk organik dalam mengembalikan kesuburan tanah dan tanaman,’’ katanya.
KPO/EDISI 163/NOVEMBER 2008
0 komentar:
Posting Komentar