Oleh: Wayan Nita
Perkembangan dunia kesehatan seiring dengan munculnya beragam penyakit. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan turut meningkatkan pelayanan kesehatan. Kecenderungan penyakit kandungan dan infertilitas yang kian banyak diderita kaum wanita dapat menyulitkan sebuah pasangan suami istri untuk mendapat keturunan. Antara lain penyakit yang menyerang organ reproduksi wanita yakni radang (infeksi), kelainan bawaaan dan tumor (tumor jinak indung telur dan tumor rahim atau myoma.
Bagi seorang wanita yang menderita penyakit ini tak perlu khawatir karena sudah ada teknologi Laparoscopy sebagai solusinya. Seperti yang diungkapkan dr IB Putra Adnyana, SpOG (K) dalam jumpa wartawan jelang HUT RSIA Puri Bunda, teknologi Laparoscopy merupakan layanan unggulan RSIA Puri Bunda. Teknologi itu dikembangkan pertama di AS.
Laparoscopi merupakan teknik pembedahan (operasi minimal invasive) yang dilakukan dengan membuat lubang di sekutar perut pasien. Saat ini laparoskopi banyak dimanfaatkan dalam bidang obgyn, --untuk mengangkat tumor (kista). Di bidang infertilitas untuk mengevaluasi status fertilitas pasien dan mengoreksi bila ada kelainan.
“Keuntungan penggunaan teknik ini adalah penyembuhan lebih cepat kareana luka sayatan kecil, masa rawat inap lebih pendek, pemulihan pasien lebih cepat sehingga pasien lebih cepat dapat beraktivitas. Resiko pendarahan kecil juga operasi bisa lebih teliti dan resiko infeksi lebih sedikit. Soal biaya memang relative lebih mahal dibanding operasi konvensional, tapi perbedaannya tidak begitu jauh dengankeuntungan yang didapatkan,’’ ujar Ketua Indonesian Gynecologic Endoscopy Society (IGES) cabang Bali ini.
Menurut jenisnya, ada dua jenis penggunaan laparoskopi yaitu diagnostic dan operatif. Untuk diagnostic, untuk menilai apakah saluran telur buntu atau tidak. Untuk operatif untuk melepas perlekatan. Dalam sebuah operasi dengan teknik laparoskopi, sebut Adnyana, hanya perlu tiga tusukan sebesar spidol. Satu dari tiga tusukan untuk kamera yang memandu pelaksanaan operasi. Kamera ini memiliki resolusi tinggi. Selama ini laparoskopi masih dimanfaatkan untuk mengangkat kista (tumor jinak indung telur), myoma (tumor rahim) dan melepas perlekatan pada organ reproduksi serta tubektomi (sterilisasi).
Sebagai wujud social RSIA Puri Bunda, maka dalam rangka HUT V RSIA Puri Bunda, bekerjasama dengan BKKBN Propinsi Bali dan IGES Cabang Bali, mengadakan operasi sterilisasi laparoskopi gratis untuk masyarakat kurang mampu. Operasi yang diberikan kepada 12 pasien ini dilakukan oleh dokter-dokter spesialis obgyn dari RSIA Puri Bunda. Diantaranya dr. Made Suyasa Jaya, SpOG(K), dr AAN Anantasika, SpOG(K), dr Putu Doster Mahayasa, SpOG (K) dan dr IB Putra Adnyana, SpOG (K).
Koran Pak Oles/Edisi 164/Desember 2008
Perkembangan dunia kesehatan seiring dengan munculnya beragam penyakit. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan turut meningkatkan pelayanan kesehatan. Kecenderungan penyakit kandungan dan infertilitas yang kian banyak diderita kaum wanita dapat menyulitkan sebuah pasangan suami istri untuk mendapat keturunan. Antara lain penyakit yang menyerang organ reproduksi wanita yakni radang (infeksi), kelainan bawaaan dan tumor (tumor jinak indung telur dan tumor rahim atau myoma.
Bagi seorang wanita yang menderita penyakit ini tak perlu khawatir karena sudah ada teknologi Laparoscopy sebagai solusinya. Seperti yang diungkapkan dr IB Putra Adnyana, SpOG (K) dalam jumpa wartawan jelang HUT RSIA Puri Bunda, teknologi Laparoscopy merupakan layanan unggulan RSIA Puri Bunda. Teknologi itu dikembangkan pertama di AS.
Laparoscopi merupakan teknik pembedahan (operasi minimal invasive) yang dilakukan dengan membuat lubang di sekutar perut pasien. Saat ini laparoskopi banyak dimanfaatkan dalam bidang obgyn, --untuk mengangkat tumor (kista). Di bidang infertilitas untuk mengevaluasi status fertilitas pasien dan mengoreksi bila ada kelainan.
“Keuntungan penggunaan teknik ini adalah penyembuhan lebih cepat kareana luka sayatan kecil, masa rawat inap lebih pendek, pemulihan pasien lebih cepat sehingga pasien lebih cepat dapat beraktivitas. Resiko pendarahan kecil juga operasi bisa lebih teliti dan resiko infeksi lebih sedikit. Soal biaya memang relative lebih mahal dibanding operasi konvensional, tapi perbedaannya tidak begitu jauh dengankeuntungan yang didapatkan,’’ ujar Ketua Indonesian Gynecologic Endoscopy Society (IGES) cabang Bali ini.
Menurut jenisnya, ada dua jenis penggunaan laparoskopi yaitu diagnostic dan operatif. Untuk diagnostic, untuk menilai apakah saluran telur buntu atau tidak. Untuk operatif untuk melepas perlekatan. Dalam sebuah operasi dengan teknik laparoskopi, sebut Adnyana, hanya perlu tiga tusukan sebesar spidol. Satu dari tiga tusukan untuk kamera yang memandu pelaksanaan operasi. Kamera ini memiliki resolusi tinggi. Selama ini laparoskopi masih dimanfaatkan untuk mengangkat kista (tumor jinak indung telur), myoma (tumor rahim) dan melepas perlekatan pada organ reproduksi serta tubektomi (sterilisasi).
Sebagai wujud social RSIA Puri Bunda, maka dalam rangka HUT V RSIA Puri Bunda, bekerjasama dengan BKKBN Propinsi Bali dan IGES Cabang Bali, mengadakan operasi sterilisasi laparoskopi gratis untuk masyarakat kurang mampu. Operasi yang diberikan kepada 12 pasien ini dilakukan oleh dokter-dokter spesialis obgyn dari RSIA Puri Bunda. Diantaranya dr. Made Suyasa Jaya, SpOG(K), dr AAN Anantasika, SpOG(K), dr Putu Doster Mahayasa, SpOG (K) dan dr IB Putra Adnyana, SpOG (K).
Koran Pak Oles/Edisi 164/Desember 2008
0 komentar:
Posting Komentar