Home » » Mendesak Jihad Harta Benda

Mendesak Jihad Harta Benda

Jihad paling relevan yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah jihad dengan harta benda, karena masih tingginya angka kemiskinan dan pengangguran. "Salah satu makna `jihad` adalah memberikan kesejahteraan terhadap semua anggota masyarakat, baik muslim maupun nonmuslim yaitu dengan cara memenuhi kebutuhan pokok," kata dosen Universitas Paramadina Jakarta, Dr. Abdul Moqsith Ghazali, di Surabaya, Minggu (9/11).
Jihad dengan harta benda, kata Ghazali, seperti halnya jihad memerangi busung lapar, kekurangan gizi, keterbelakangan, dan sebagainya. Selama ini, menurut Ghazali, banyak orang yang salah mendefinisikan arti `jihad` sebagai perang suci. Namun seiring dengan berjalannya waktu, termasuk jihad terus mengalami pemaknaan baru.
Bahkan pada mulanya jihad tidak terkait dengan peperangan fisik. Secara etimologis, jihad berasal dari kata "juhd" (kemampuan) dan "jahd" (letih). Ada yang berpendapat, "juhd" dan "jahd" bermakna tunggal, yaitu kemampuan.
Untuk itu, kata dia, jihad lebih merupakan upaya untuk selalu menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah dengan sepenuh kemampuan.
Pandangan tersebut benar jika memperhatikan ayat-ayat jihad dalam Al-Quran, bahwa wahyu yang memerintahkan umat Islam untuk berjihad sudah turun ketika Nabi Muhammad SAW di berada di Mekkah.
Karena Al-Quran turun di Mekkah, perintah berjihad tidak dijalankan dengan menghunus pedang, melainkan dengan hikmah (al-hikmah), nasehat yang baik (al-maw`izhah al-hasanah) dan dialog konstruktif (wa jadilhum billati hiya ahsan).
Untuk itu, kurang tepat jika makna jihad direduksi sebagai perang suci karena jihad juga bermakna memberi bantuan harta terhadap orang yang membutuhkannya.
Jihad model ini dibutuhkan untuk membantu orang-orang miskin dan lemah ekonomi, terutama pada saat ini. Sebab itu, bukan kebetulan jika jihad dengan harta selalu disebut Al-Quran lebih awal ketimbang jihad dengan jiwa, ungkap Ghazali dikutip Antara.
Hal senada diungkapkan Direktur Eksekutif The Wahid Institute, Yenny Zannuba Wahid. Menurut Yenny, jihad yang selama ini dipersepsikan dengan kekerasan dan peperangan itu kurang tepat diterapkan dalam masyarakat modern.
Perintah berjihad tidak terkait dengan peperangan fisik, melainkan mengandung makna etis moral, yaitu taat kepada Allah, bersabar dan ajakan persuasif untuk menyembah Allah. Karenanya, perintah berjihad tidak dijalankan dengan menghunus pedang, melainkan dengan hikmah (al-hikmah), nasehat yang baik (al-maw`izhah al-hasanah) dan dialog konstruktif (wa jadilhum billati hiya ahsan).
Dalam konteks Indonesia saat ini yang angka kemiskinan dan pengangguran sangat tinggi, jihad dengan harta jauh lebih relevan. Seperti halnya jihad memerangi busung lapar, kekurangan gizi, keterbelakangan, pemberian beasiswa bagi yang tidak mampu, dan sebagainya. "Ini jihad membangun, bukan menghancurkan," kata Yenny yang juga putri mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Ia mencontohkan jihad yang dilakukan Riyanto, salah seorang anggota Banser NU yang meninggal dunia saat menjaga malam perayaan Natal di Gereja Eben Heizer Mojokerto beberapa tahun lalu. "Riyanto rela mengorbankan jiwanya demi menyelamatkan nyawa umat beragama lain," katanya.
Saat itu Riyanto menemukan bungkusan plastik berisi bom yang berada di dalam gereja. Ia pun menyerukan kepada semua yang hadir sembari berteriak "Ada bom, semuanya tiarap".
Namun yang dilakukan Riyanto itu akhirnya berakibat ia sendiri tewas dalam kejadian tersebut. "Ini adalah jihad kemanusian. Ia tidak sia-sia mengorbankan nyawanya, karena bisa menyelamatkan jiwa orang lain," kata Yenny.
KPO/EDISI 163/NOVEMBER 2008
Thanks for reading Mendesak Jihad Harta Benda

0 komentar:

Posting Komentar