Sekitar 39.080 anak di Nusa Tenggara Barat (NTB) masih menderita gizi buruk sehingga perlu upaya khusus untuk menangani anak-anak. ‘’Sementara jumlah anak-anak yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) tercatat 716.317 anak,’’ kata Gubernur NTB, KH M Zainul Majdi, di Mataram, Senin (24/11).
Salah satu strategi untuk mengatasi masalah gizi buruk tersebut adalah melalui program percepatan diversifikasi konsumsi pangan yang dapat mendorong terciptanya peningkatan konsumsi pangan masyarakat yang beragam, bergizi dan berimbang berbasis sumber daya lokal. Program tersebut, lanjut Zainul Majdi, khususnya untuk ibu-ibu hamil, ibu-ibu menyusui, balita dan anak-anak Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI). Ia berharap program itu juga dapat mendorong berkembangnya usaha bidang pangan di NTB.
Gubernur mengakui, pola makan masyarakat NTB masih sulit diubah diri beras ke aneka ragam makanan lainnya seperti jagung, ubi, singkong serta jenis lainnya. ‘’Bagaimana pun kenyang jika belum makan nasi, belum dikatakan sudah makan,’’ jelasnya.
Tradisi makan beras bagi masyarakat NTB didukung oleh produksi padi yang cukup berlimpah. Pada 2008 produksi padi NTB mencapai 1,7 juta ton Gabah Kering Giling atau setara 900.000 ton beras, sementara konsumsi beras bagi masyarakat hanya 555 ribu ton, sehingga terdapat kelebihan (surplus) beras sekitar 300.000 ton. Untuk itu, orang akan merasa heran jika di NTB masih terjadi gizi buruk, karena NTB kelebihan pangan.
Koran Pak Oles/Edisi 164/Desember 2008
Salah satu strategi untuk mengatasi masalah gizi buruk tersebut adalah melalui program percepatan diversifikasi konsumsi pangan yang dapat mendorong terciptanya peningkatan konsumsi pangan masyarakat yang beragam, bergizi dan berimbang berbasis sumber daya lokal. Program tersebut, lanjut Zainul Majdi, khususnya untuk ibu-ibu hamil, ibu-ibu menyusui, balita dan anak-anak Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI). Ia berharap program itu juga dapat mendorong berkembangnya usaha bidang pangan di NTB.
Gubernur mengakui, pola makan masyarakat NTB masih sulit diubah diri beras ke aneka ragam makanan lainnya seperti jagung, ubi, singkong serta jenis lainnya. ‘’Bagaimana pun kenyang jika belum makan nasi, belum dikatakan sudah makan,’’ jelasnya.
Tradisi makan beras bagi masyarakat NTB didukung oleh produksi padi yang cukup berlimpah. Pada 2008 produksi padi NTB mencapai 1,7 juta ton Gabah Kering Giling atau setara 900.000 ton beras, sementara konsumsi beras bagi masyarakat hanya 555 ribu ton, sehingga terdapat kelebihan (surplus) beras sekitar 300.000 ton. Untuk itu, orang akan merasa heran jika di NTB masih terjadi gizi buruk, karena NTB kelebihan pangan.
Koran Pak Oles/Edisi 164/Desember 2008
0 komentar:
Posting Komentar