Judul : Parlemen Undercover
Penulis : Abu Semar
Cetakan : Agustus 2008
Tebal Buku : xvii, 252 halaman
Penerbit : Ufuk Publishing House
Peresensi : Erik Purnama Putra*
Jika kita mengikuti perkembangan tentang sepak terjang anggota dewan di Indonesia, pastinya kita bakal geleng-geleng kepala melihat perilaku penghuni Senayan. Pasalnya, hampir semua berita yang ada di media massa isinya menyoroti beragam tindak tanduk keburukan anggota dewan perwakilan rakyat (DPR).
Namun ternyata, kondisi itu juga terjadi di negeri Indosiasat. Sebagai negeri penganut demokrasi terbesar di dunia, negara Indosiasat juga mengalami permasalahan yang sama dengan Indonesia. Masalahnya adalah penghuni gedung parlemen di negeri Indosiasat memiliki tabiat yang sangat buruk dan citranya di mata masyarakat berada pada titik nadir.
Kasak kusuk negatif yang berkembang di masyarakat menyebutkan jika kebobrokan anggota dewan sudah sangat parah dan perilakunya tidak mencerminkan sebagai anggota dewan yang dipilih rakyat. Karena itu, masyarakat negeri Indosiasat menganggap bahwa sebagian besar moral anggota dewan sudah tidak benar.
Menyikapi keadaan tersebut, seorang anggota dewan negeri Indosiasat dari partai yang cukup besar, Abu Semar, tergerak hatinya untuk menuliskan seluruh pengalaman yang terjadi dari dalam gedung parlemen. Tujuannya hanya satu, agar masyarakat negeri Indosiasat bisa mengetahui secara langsung tabiat buruk legislatornya yang selama ini tidak diketahui masyarakat.
Dari hasil penulisan Abu Semar, didapatkan 33 cerita tentang sisi gelap perilaku anggota dewan yang belum pernah terekspose ke media massa. Sungguh mengejutkan, skandal yang terjadi di negeri Indosiasat sangat beragam, mulai kasus seks, korupsi, hingga abuse of power (penyalahgunaan kekuasaan) terus berlangsung tanpa pernah disadari oknum anggota dewan bersangkutan.
Selain mendapatkan berbagai fasilitas dan pelayanan kelas satu, setiap anggota dewan juga berhak memiliki satu sekretaris pribadi yang ditugaskan untuk membantu pekerjaannya. Banyak anggota dewan yang mengangkat sekretaris dengan lebih mempertimbangkan aspek fisik (kecantikan) daripada skill yang sesuai dengan pekerjaan sekretaris.
Banyaknya penghuni parlemen yang lebih memiliki sekretaris cantik memunculkan kabar burung bahwa ada beberapa anggota dewan yang menjalin hubungan affair dengan sekretarisnya. Kabar itu menjadi kenyataan suatu pagi ketika cleaning service menemukan kondom bekas di salah satu ruang anggota dewan.
Kasus ditemukannya video adegan mesum milik Ambura Duliman, dari Fraksi Pohon Kuning yang ketahuan selingkuh dengan Putri Gina juga ramai dan menjadi topik utama perbincangan anggota dewan. Padahal di lingkungan teman-temannya, Ambura Duliman adalah sosok dengan religiusitas tinggi, memiliki pergaulan luas, dan berpenampilan kalem. Sayangnya, dia tidak mampu menjaga diri hingga kebablasan menjalin hubungan dengan penyanyi dangdut langganan Partai Pohon Kuning. Tentu saja setelah rekaman adegan mesumnya tersebar luas ke masyarakat, dia dicopot oleh partainya dan harus meninggalkan statusnya sebagai anggota dewan negeri Indosiasat.
Menurut Abu Semar, penghuni gedung parlemen adalah orang yang paling tidak konsisten. Pasalnya, banyak anggota dewan, terutama laki-laki yang suka sekali melanggar peraturan meskipun sepele. Contohnya adalah merokok dalam ruangan rapat. Padahal sudah jelas tertempel peraturan bahwa dalam ruang sidang setiap peserta dewan dilarang merokok. Namun, karena tidak tahan dengan ’Tuhan 9 sentimeter’ –sebutan rokok di kalangan dewan—banyak yang tidak menghiraukan larangan merokok dan tetap mengepulkan asap ketika rapat.
Ada lagi kasus menarik, namun sungguh memalukan yang dilakukan anggota parlemen dari negeri Indosiasat. Kasus itu terjadi ketika delapan anggota parlemen Indosiasat mendapat undangan gratis melakukan kunjungan ke negeri Matahari Terbit. Di negara Jepang, mereka diundang untuk lebih mengenal sistem politik, ekonomi, dan budaya masyarakat negeri Sakura.
Selama di sana, kedelapan wakil rakyat dari negeri Indosiasat diajak mengunjungi kawasan industri dan berkeliling melihat gedung istana kekaisaran guna lebih memperdalam wawasan tentang negara Jepang. Selama kunjungan tersebut, peserta dari negeri Indosiasat dibebaskan dari segala biaya apa pun.
Namun, banyak yang kaget ketika di luar dugaan mereka dimintai tagihan untuk membayar kegiatan yang baru dilakukannya. Tak dinyana, ternyata setelah diberi penjelasan oleh guide resmi pemerintah, dijabarkan jika untuk paket kegiatan menonton film porno harus bayar sendiri sendiri, karena pemerintahan Jepang tidak menanggung biaya untuk kegiatan yang ternyata digemari anggota parlemen negeri Indosiasat tersebut. Karena itu, ketika diminta membayar mereka membayar tagihan dengan sikap kikuk (hal.56). Menggelikan, namun sangat memalukan karena mereka telah mencoreng nama baik negeri Indosiasat.
Tulisan Parlemen Undercover karya Abu Semar, menggunakan tipologi jurnalisme sketsa, bertutur dari deskripsi dan paparan yang episodik, tidak mendalam, yang berbalut dengan sentuhan gonzo (humor) dengan tambahan elemen satire (sindiran) yang merupakan manifestasi perilaku anggota parlemen.
Buku ini mencoba menguak tabiat buruk anggota dewan beserta modus penyelewengan jabatannya, yang secara tidak langsung semakin memperjelas kemunafikan anggota dewan dalam aktivitasnya sehari-hari. Segala borok anggota dewan terungkap dengan jelas, dan semakin memperlihatkan bagaimana tabiat buruknya.
*) Mahasiswa Psikologi dan Aktivis Pers Bestari UMM
Koran Pak Oles/Edisi 164/Desember 2008
Penulis : Abu Semar
Cetakan : Agustus 2008
Tebal Buku : xvii, 252 halaman
Penerbit : Ufuk Publishing House
Peresensi : Erik Purnama Putra*
Jika kita mengikuti perkembangan tentang sepak terjang anggota dewan di Indonesia, pastinya kita bakal geleng-geleng kepala melihat perilaku penghuni Senayan. Pasalnya, hampir semua berita yang ada di media massa isinya menyoroti beragam tindak tanduk keburukan anggota dewan perwakilan rakyat (DPR).
Namun ternyata, kondisi itu juga terjadi di negeri Indosiasat. Sebagai negeri penganut demokrasi terbesar di dunia, negara Indosiasat juga mengalami permasalahan yang sama dengan Indonesia. Masalahnya adalah penghuni gedung parlemen di negeri Indosiasat memiliki tabiat yang sangat buruk dan citranya di mata masyarakat berada pada titik nadir.
Kasak kusuk negatif yang berkembang di masyarakat menyebutkan jika kebobrokan anggota dewan sudah sangat parah dan perilakunya tidak mencerminkan sebagai anggota dewan yang dipilih rakyat. Karena itu, masyarakat negeri Indosiasat menganggap bahwa sebagian besar moral anggota dewan sudah tidak benar.
Menyikapi keadaan tersebut, seorang anggota dewan negeri Indosiasat dari partai yang cukup besar, Abu Semar, tergerak hatinya untuk menuliskan seluruh pengalaman yang terjadi dari dalam gedung parlemen. Tujuannya hanya satu, agar masyarakat negeri Indosiasat bisa mengetahui secara langsung tabiat buruk legislatornya yang selama ini tidak diketahui masyarakat.
Dari hasil penulisan Abu Semar, didapatkan 33 cerita tentang sisi gelap perilaku anggota dewan yang belum pernah terekspose ke media massa. Sungguh mengejutkan, skandal yang terjadi di negeri Indosiasat sangat beragam, mulai kasus seks, korupsi, hingga abuse of power (penyalahgunaan kekuasaan) terus berlangsung tanpa pernah disadari oknum anggota dewan bersangkutan.
Selain mendapatkan berbagai fasilitas dan pelayanan kelas satu, setiap anggota dewan juga berhak memiliki satu sekretaris pribadi yang ditugaskan untuk membantu pekerjaannya. Banyak anggota dewan yang mengangkat sekretaris dengan lebih mempertimbangkan aspek fisik (kecantikan) daripada skill yang sesuai dengan pekerjaan sekretaris.
Banyaknya penghuni parlemen yang lebih memiliki sekretaris cantik memunculkan kabar burung bahwa ada beberapa anggota dewan yang menjalin hubungan affair dengan sekretarisnya. Kabar itu menjadi kenyataan suatu pagi ketika cleaning service menemukan kondom bekas di salah satu ruang anggota dewan.
Kasus ditemukannya video adegan mesum milik Ambura Duliman, dari Fraksi Pohon Kuning yang ketahuan selingkuh dengan Putri Gina juga ramai dan menjadi topik utama perbincangan anggota dewan. Padahal di lingkungan teman-temannya, Ambura Duliman adalah sosok dengan religiusitas tinggi, memiliki pergaulan luas, dan berpenampilan kalem. Sayangnya, dia tidak mampu menjaga diri hingga kebablasan menjalin hubungan dengan penyanyi dangdut langganan Partai Pohon Kuning. Tentu saja setelah rekaman adegan mesumnya tersebar luas ke masyarakat, dia dicopot oleh partainya dan harus meninggalkan statusnya sebagai anggota dewan negeri Indosiasat.
Menurut Abu Semar, penghuni gedung parlemen adalah orang yang paling tidak konsisten. Pasalnya, banyak anggota dewan, terutama laki-laki yang suka sekali melanggar peraturan meskipun sepele. Contohnya adalah merokok dalam ruangan rapat. Padahal sudah jelas tertempel peraturan bahwa dalam ruang sidang setiap peserta dewan dilarang merokok. Namun, karena tidak tahan dengan ’Tuhan 9 sentimeter’ –sebutan rokok di kalangan dewan—banyak yang tidak menghiraukan larangan merokok dan tetap mengepulkan asap ketika rapat.
Ada lagi kasus menarik, namun sungguh memalukan yang dilakukan anggota parlemen dari negeri Indosiasat. Kasus itu terjadi ketika delapan anggota parlemen Indosiasat mendapat undangan gratis melakukan kunjungan ke negeri Matahari Terbit. Di negara Jepang, mereka diundang untuk lebih mengenal sistem politik, ekonomi, dan budaya masyarakat negeri Sakura.
Selama di sana, kedelapan wakil rakyat dari negeri Indosiasat diajak mengunjungi kawasan industri dan berkeliling melihat gedung istana kekaisaran guna lebih memperdalam wawasan tentang negara Jepang. Selama kunjungan tersebut, peserta dari negeri Indosiasat dibebaskan dari segala biaya apa pun.
Namun, banyak yang kaget ketika di luar dugaan mereka dimintai tagihan untuk membayar kegiatan yang baru dilakukannya. Tak dinyana, ternyata setelah diberi penjelasan oleh guide resmi pemerintah, dijabarkan jika untuk paket kegiatan menonton film porno harus bayar sendiri sendiri, karena pemerintahan Jepang tidak menanggung biaya untuk kegiatan yang ternyata digemari anggota parlemen negeri Indosiasat tersebut. Karena itu, ketika diminta membayar mereka membayar tagihan dengan sikap kikuk (hal.56). Menggelikan, namun sangat memalukan karena mereka telah mencoreng nama baik negeri Indosiasat.
Tulisan Parlemen Undercover karya Abu Semar, menggunakan tipologi jurnalisme sketsa, bertutur dari deskripsi dan paparan yang episodik, tidak mendalam, yang berbalut dengan sentuhan gonzo (humor) dengan tambahan elemen satire (sindiran) yang merupakan manifestasi perilaku anggota parlemen.
Buku ini mencoba menguak tabiat buruk anggota dewan beserta modus penyelewengan jabatannya, yang secara tidak langsung semakin memperjelas kemunafikan anggota dewan dalam aktivitasnya sehari-hari. Segala borok anggota dewan terungkap dengan jelas, dan semakin memperlihatkan bagaimana tabiat buruknya.
*) Mahasiswa Psikologi dan Aktivis Pers Bestari UMM
Koran Pak Oles/Edisi 164/Desember 2008
0 komentar:
Posting Komentar