Home » » Warga Cokrodiningrat Kelola Sampah Secara Mandiri

Warga Cokrodiningrat Kelola Sampah Secara Mandiri

Yogyakarta
Warga Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta mengembangkan pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri, yaitu dengan menggunakan metode komposter untuk sampah organik dan mendaur ulang sampah anorganik menjadi barang kerajinan lain. ‘’Pada mulanya, sangat sulit mengubah kebiasaan masyarakat yang terbiasa menggabungkan segala jenis sampah,’’ kata Ketua RW 7 Cokrodiningratan, Mus Mudiyono, di Yogyakarta, Rabu (26/11).
Menurut Mus, pengelolaan sampah secara mandiri tersebut sudah mulai dilakukan pada 2005 yang diprakarsai oleh mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di daerah tersebut.
Usai program KKN tersebut, warga Cokrodiningratan kemudian mencoba meminta bantuan untuk pengembangan pengelolaan sampah ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, namun dana yang diharapkan baru turun pada awal 2008 sebesar Rp 15 juta. ‘’Saat ini, setiap rumah sudah memiliki satu unit komposter dan tiga karung untuk menempatkan sampah anorganik yang dibagi menjadi sampah plastik, kertas dan logam,’’ ujarnya.
Meski begitu Mus tidak menampik jika masih ada beberapa warga di lingkungannya yang enggan mengelola sampah dengan metode itu. Dengan menempatkan sampah organik dalam komposter, warga mendapatkan manfaat lain selain kebersihan lingkungan terjaga juga mendapat pupuk kompos dan pupuk cair untuk menyuburkan tanaman.
Dalam jangka waktu satu atau dua bulan, pupuk kompos dari hasil sampah organik rumah tangga sudah dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman. Di setiap rumah wajib ada minimal lima pot tanaman. Selain itu ada sedikit kebun sayuran yang juga dipupuk dengan kompos.
Sementara sampah anorganik seperti plastik bekas bungkus deterjen dapat dimanfaatkan menjadi barang kerajinan seperti tas, kotak tisu, payung atau juga pengganti busa untuk bantal sofa yang mendatangkan pendapatan tambahan bagi warga. Di setiap RT, --lima RT di RW 7—juga tersedia tiga drum besar untuk menempatkan sampah anorganik dan pada waktu tertentu sampah diambil pengepul dan uang hasil penjualan masuk dalam kas RT. Yang masih menjadi masalah adalah memanfaatkan sampah tas plastik hitam karena jika dijual tidak laku.
Kepala Bidang Kebersihan DLH Kota Yogyakarta, Suyana, menyatakan ada sekitar 25-30 kelompok pengelola sampah dengan metode komposter di Kota Yogyakarta. ‘’Belum signifikan untuk membantu mengatasi permasalahan sampah, namun diharapkan pada 2011 hasilnya kelihatan,’’ kata Suyana.
Suyana menilai, masalah sampah di Kota Yogyakarta sudah memasuki lampu kuning. Bila sampah tidak ditangani dengan serius, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan tidak akan mampu menampung sampah pada 2011 dengan rata-rata sampah yang masuk 350 ton per hari, 70% dari sampah rumah tangga.
Koran Pak Oles/Edisi 164/Desember 2008
Thanks for reading Warga Cokrodiningrat Kelola Sampah Secara Mandiri

0 komentar:

Posting Komentar