Aktivitas perambahan hutan yang terus terjadi di Kalimantan Tengah (Kalteng) semakin mengancam keberadaan sejumlah tanaman obat tradisional masyarakat suku Dayak. ‘’Keberadaan tanaman tradisional yang kerap dijadikan obat alami bagi masyarakat Dayak makin terancam dengan banyaknya perambahan wilayah hutan,’’ kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng, Mega Hariyanto di Palangka Raya, Rabu (5/11).
Menurut Mega, sejumlah tanaman obat yang sering digunakan masyarakat untuk pengobatan tradisional adalah bunga kantung semar, buah ulin dan sarang semut. Di beberapa daerah, ketiga jenis tanaman ini semakin jarang dijumpai. Padahal selama ini tanaman tersebut dikenal memiliki khasiat untuk mengobati penyakit. Misalnya air dalam kantong semar yang masih tertutup dapat menjadi obat batuk kronis. Buah ulin untuk menghitamkan rambut dan sarang semut biasa dimasak masyarakat Dayak untuk menyembuhkan penyakit diabetes dan sejumlah penyakit lain.
Perambahan hutan yang mengancam tanaman tradisional itu, kata Mega, disebabkan oleh konversi hutan untuk perkebunan kelapa sawit dan penebangan kayu di dalam hutan baik legal maupun ilegal. ‘’Nilai kayu terhadap fungsi hutan berdasarkan sejumlah penelitian tidak lebih dari lima persen karena sebagian besar lagi fungsi hutan berasal dari non kayu seperti lingkungan hidup, oksigen termasuk obat-obatan tradisionnal," jelasnya.
Seperti yang dilansir ANTARA, kehancuran ekosistem hutan berdampak pula pada hilangnya tanaman-tanaman obat tradisional, dan minat masyarakat untuk budidaya tanaman obat tradisional masih sangat rendah. BKSDA Kalteng pada tahun 2002 sempat menginventarisir sejumlah tanaman obat tradisional yang tumbuh di hutan Kalteng. Sejumlah peneliti Universitas Gajah Mada (UGM) dalam tahun ini juga sempat melakukan riset terhadap potensi hutan non kayu yang berkaitan dengan obat-obatan.
KPO/EDISI 163/NOVEMBER 2008
Menurut Mega, sejumlah tanaman obat yang sering digunakan masyarakat untuk pengobatan tradisional adalah bunga kantung semar, buah ulin dan sarang semut. Di beberapa daerah, ketiga jenis tanaman ini semakin jarang dijumpai. Padahal selama ini tanaman tersebut dikenal memiliki khasiat untuk mengobati penyakit. Misalnya air dalam kantong semar yang masih tertutup dapat menjadi obat batuk kronis. Buah ulin untuk menghitamkan rambut dan sarang semut biasa dimasak masyarakat Dayak untuk menyembuhkan penyakit diabetes dan sejumlah penyakit lain.
Perambahan hutan yang mengancam tanaman tradisional itu, kata Mega, disebabkan oleh konversi hutan untuk perkebunan kelapa sawit dan penebangan kayu di dalam hutan baik legal maupun ilegal. ‘’Nilai kayu terhadap fungsi hutan berdasarkan sejumlah penelitian tidak lebih dari lima persen karena sebagian besar lagi fungsi hutan berasal dari non kayu seperti lingkungan hidup, oksigen termasuk obat-obatan tradisionnal," jelasnya.
Seperti yang dilansir ANTARA, kehancuran ekosistem hutan berdampak pula pada hilangnya tanaman-tanaman obat tradisional, dan minat masyarakat untuk budidaya tanaman obat tradisional masih sangat rendah. BKSDA Kalteng pada tahun 2002 sempat menginventarisir sejumlah tanaman obat tradisional yang tumbuh di hutan Kalteng. Sejumlah peneliti Universitas Gajah Mada (UGM) dalam tahun ini juga sempat melakukan riset terhadap potensi hutan non kayu yang berkaitan dengan obat-obatan.
KPO/EDISI 163/NOVEMBER 2008
0 komentar:
Posting Komentar