Home » » Siapa Bilang Era Komik Berakhir

Siapa Bilang Era Komik Berakhir

Oleh: Roro Sawita
Siapa bilang era komik telah berakhir? Nyatanya jenis buku itu tetap ada dan diburu anak-anak. Dunianya tidak pernah redup dimakan waktu. Hanya saja bentuk dan variasinya makin beragam. Tak heran, bila taman-taman bacaan masih dipadati pengunjung saat jam-jam pulang sekolah.
Lewat gambar-gambar menarik, para pembaca dibawa ke alam khayal yang lebih sistematis. Hanya butuh dua jam untuk menghabiskan satu bacaan. Menurut Kadek Erni Widiantari, siswi SMP 4 Denpasar, ia bisa membaca hingga lima buah komik per hari. Jumlah yang cukup banyak jika dibandingkan dengan bacaan sekolah. Adakalanya komik ini tidak terbatas pada anak-anak. Beberapa komik menawarkan tema beragam seperti horor, roman, detektif, kolosal, dan lain-lain. Tiap harinya ada saja satu jenis komik yang diterbitkan. Pasalnya para pembaca masih sangat besar di Indonesia. Komik-komik itu kebanyakan disewakan di area taman bacaan atau dibeli di toko-toko buku.
Gede Bagiartha, pemilik taman bacaan Kuya Maya di Jalan Gunung Agung, Denpasar mampu menyewakan 100 buah komik per hari. Jumlah itu akan makin membengkak saat-saat liburan sekolah. Eksistensi komik dipandang Bagiartha berkat inovasinya yang terus membaik. Para komikus termasuk profesional handal sehingga menghasilkan cerita dan gambar yang menarik. Komik juga salah satu tawaran hiburan murah. Dengan lima ratus rupiah seseorang dapat menyewa sebuah komik yang membawanya pada dunia berbeda ditumbuhi rasa penasaran. Jenis yang banyak digandrungi pembaca adalah komik-komik yang berasal dari Jepang dan Korea yang telah dialihbahasakan. Namun jangan harap mudah menemukan penyewaan komik di pinggir jalan besar. Mereka telah terpojok masuk kedalam gang-gang. “Kalau di pinggir jalan sewa tempatnya mahal,” ungkap Bagiartha.
Berbeda halnya dengan komik, cerita rakyat hanya diminati siswa saat tugas sekolah. Guru biasanya meminta siswa untuk bercerita mengenai daerahnya masing-masing. Mau tidak mau mereka menongkrongi taman bacaan. Tapi saat tugas selesai tamat pulalah masa cerita rakyat. Komik tidak pernah mengenal waktu. Bahkan, kehadirannya mampu menyedot perhatian siswa hingga melupakan waktu belajar. Buku yang dipegang anaknya tidak lagi buku pelajaran melainkan komik. Karena itu banyak orang tua yang mengajukan keberatan pada taman bacaan yang buka saat ujian sekolah. “Kita terpaksa tutup saat ujian sekolah karena banyak orang tua yang keberatan melihat anaknya tetap baca komik,” ujar kakek kelahiran tahun 1933 itu.
Thanks for reading Siapa Bilang Era Komik Berakhir

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar