Home » » Integritas (Kejujuran)

Integritas (Kejujuran)

SOKSIOLOGI
Namanya keren, diadopsi dari bahasa inggris, integrity, yang bisa mengaburkan arti sebenarnya, karena berbau barat. Walaupun kita memiliki istilah dalam Bahasa Indonesia dengan arti yang sama, tapi istilah itu terdengar lugu, kampungan dan kurang keren, maka jarang digunakan, sehingga sering dilupakan, dan akhirnya, arti sebenarnya dari integritas menjadi hilang dari ingatan. Apa itu...? Kejujuran! Saya tidak tahu, sejak kapan kata integritas diadopsi menjadi Bahasa Indonesia, sehingga kita bingung sendiri mencari arti yang sebenarnya. Ataukah kita sendiri sengaja mencari kata-kata baru yang sulit dimengerti, karena kita juga belum mengerti dan menyadari arti sebuah kejujuran. Terlalu banyak buku dan seminar motivasi tentang sukses diobral dan diperdengarkan, tapi hanya sedikit sekali bagian-bagian yang membahas tentang kejujuran secara lebih dalam dan lebih serius, bahwa kesuksesan bukan hanya kumpulan dari kerja keras dan kerja cerdas, tapi juga kejujuran.
Mungkin ada yang hilang dalam sikap bangsa kita untuk menjalani hidup. Tidak perlu kita mencari kambing hitam kenapa kejujuran itu hilang. Biasanya kita persalahkan sebagai penyebabnya adalah pengaruh globalisasi, modernisasi dan liberalisasi, yang membikin kita tambah bingung sendiri, kenapa kejujuran itu telah hilang dalam sikap kita. Apakah kita kehilangan kejujuran karena pengaruh jaman edan ini? Ataukah kita yang membuangnya karena kita anggap dia sebagai penghalang? Munculnya istilah orang jujur masuk kubur, ora edan ora keduman (tidak gila tidak kebagian), menguatkan bukti bahwa kejujuran yang kita miliki telah kita gunakan sebagai tisu toilet, yang telah kita campakkan di kakus, membusuk bersatu dengan tinja.
Buktinya apa..? Mencari orang jujur di jaman gendeng ini sulitnya minta ampun. Ibarat mencari mutiara di laut lepas. Contohnya...? Wah... banyak! Kalau kita susah mencari pembantu rumah tangga, mencari SDM yang berkualitas, itu menandakan kita susah mencari orang jujur. Kalau semakin banyak ada laporan kasus penipuan di kantor polisi, kalau semakin banyak ada kasus gugat-menggugat di pengadilan, kalau semakin tidak terbuka pelayanan pemerintahan, kalau semakin kerepotan auditor mengaudit data, itu berarti semakin sedikit orang yang jujur. Kalau semakin berbelit dan mahal harga sebuah keadilan, itu berarti kejujuran sudah menguap. Terlalu banyak contoh perusahaan yang jatuh karena tidak jujur. Bahkan negara pun bisa runtuh karena ketidak-jujuran.
Maukah kita berbisnis, mempekerjakan orang, memberikan kepercayaan, memberikan rekomendasi, atau berteman dekat dengan orang yang tidak jujur? Saya yakin hampir seratus persen mengatakan tidak, kalau mau selamat. Kalau dia seorang pendeta hebat atau ahli sufi yang ilmunya sangat tinggi yang memiliki visi memberdayakan orang yang tidak jujur menjadi jujur agar hidupnya bisa menjadi subur di alam kubur, mungkin dia adalah orang spesial yang menyalahi aturan main. Ijinkan saya mengutip Badi’uz Zaman an-Nursy, yang mengatakan bahwa, “Satu butir kejujuran akan menghancurkan sekeranjang dusta.....Sesungguhnya, satu realita akan menghancurkan sekian banyak khayalan. Maka kejujuran adalah landasan utama dan mutiara yang berkilau”. Singkatnya dikatakan bahwa, kejujuran adalah sikap yang harus dilakukan oleh seseorang yang ingin sukses. Kejujuran adalah tiket pesawat kesuksesan. Kita tidak pernah bisa menaiki pesawat itu tanpa tiket kejujuran. Tiket itu sangat murah harganya, cukup dengan kejernihan hati nurani, tapi kita terbiasa membeli tiket mahal, tiket bodong yang dijual di pinggir jalan, kebohongan dan kemunafikan, yang justru mengantarkan kita ke jalan gagal.

Kejujuran adalah bahasa hati, bahasa qalbu. Kejujuran adalah bahasa yang tidak dikenal kecuali oleh orang-orang yang jujur. Kejujuran adalah bentuk energi yang bergetar dalam gelombang cahaya yang tidak nampak. Dia muncul dari dalam hati yang bersih, jujur dan penuh cinta kasih. Sebuah penelitian dalam ilmu jiwa menunjukkan bahwa gelombang pikiran bisa dideteksi, demikian juga gelombang hati. Pikiran dan hati memiliki getaran yang berbeda. Pikiran bisa mencerna tergantung logika, norma dan input ilmu yang dimasukkan ke dalam pikiran. Tetapi hati telah memiliki keputusan sendiri, sesuai dengan hati nurani manusia, yaitu kejujuran, kebenaran, ketulusan dan cinta kasih. Setiap manusia memiliki hati nurani yang sama. Jika manusia memiliki nurani yang berbeda, mungkin dia raksasa berwajah manusia.
Kenapa orang jujur di jaman sekarang menjadi manusia langka? Karena orang lebih mengutamakan kepentingannya sendiri daripada kepentingan orang lain atau kepentingan umum. Bukan saja rasa ego yang tinggi untuk mempertahankan hak dan harga dirinya, tapi lebih dari itu, dia termasuk orang serakah, selalu ingin lebih, ingin lebih berkuasa, ingin makan lebih banyak, ingin mengambil lebih banyak, yang tidak sesuai dengan hak dan kewajibannya, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Pada awalnya ketidak-jujuran dilakukan dalam sekala kecil, perlahan-lahan dan sembunyi-sembunyi. Jika ketidak-jujuran sukses dilakukan dan mungkin dia telah menjadi ahli, secara bertahap dan konsisten volume dan intensitasnya diperbesar dan menjadi kebiasaan. Dia akan menjadi rajin tidak jujur, karena untuk menutupi satu ketidak-jujuran diperlukan sepuluh ketidak-jujuran baru. Mungkin dengan wajah memelas, kata-kata halus, atau senyum manis dan tingkah laku sok alim perlu dipamerkan untuk memperlihatkan sebuah kejujuran dan ketulusan dibalik ketidak jujuran dan kelicikannya. Bagi orang yang kurang berpengalaman bisa kena perangkap dan kasihan melihat kejujuran palsunya. Tapi bagi orang yang berpengalaman benar-benar sedih dan dongkol melihat tingkah lakunya, dia bisa melihat dari matanya, karena mata orang yang tidak jujur tidak bisa berbohong. Tentu saja orang yang berpengalaman tersebut menjadi ahli karena terlalu sering dibohongi. Ilmu ini mungkin tidak ada di buku, tetapi ada di masyarakat, yang harus dipelajari dari pengalaman.
Mungkin Setan bohong yang paling pintar (Raja Bohong) ada dalam bentuk narkoba. Narkoba masuk ke dalam tubuh manusia melalui minuman, suntikan atau hirupan gas, yang dapat merusak pikiran dan hati manusia. Pada awalnya dilakukan dengan coba-coba, dicekoki, atau dilakukan untuk menjaga gengsi. Kemudian dia menjadi ketagihan karena keenakan. Pada awalnya dia diberi gratis, kemudian membeli berlangganan, selanjutnya menjadi pengedar. Pada tingkat yang lebih parah, mungkin dia sudah sering keluar masuk “Universitas Lembaga Pemasyarakatan”, dia bisa meningkat statusnya menjadi bandar kecil, bandar menengah dan bandar besar. Tidak banyak orang bisa masuk ke status bandar, karena diperlukan uji kelayakan dan uji kemampuan yang tinggi sekali. Kebanyakan orang hanya sampai pada tingkat pembeli berlangganan dan pengedar saja.
Ciri-ciri orang yang sudah dimasuki tubuhnya oleh Si Raja Bohong adalah dari kerajinannya dan kepintarannya berbohong, kerajinannya ke dunia dugem dan kerajinannya menghabiskan duit, terutama duit orang lain, dengan cara mencuri, mengutil, memalsu kartu kredit, membobol ATM, atau memalsukan data-data keuangan. Bagaimanapun keahlian Si Raja Bohong beraksi, pastilah akan ketahuan juga, karena ibarat pepatah, “tidak ada asap yang bisa ditutupi”, dia pasti keluar secara perlahan-lahan. Dunia ini memang aneh....! Aneh tapi nyata...! Antara ada dan tiada...Boleh percaya atau tidak...Itulah dunia setan...!
Thanks for reading Integritas (Kejujuran)

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar