Home » » Lestarikan Budaya Dengan Komik Wayang

Lestarikan Budaya Dengan Komik Wayang

LENTERA
OLEH:WURI WIGUNANINGSIH

Pasar komik di Indonesia saat ini, tidak dipungkiri dikuasai oleh komik luar negeri. Hal ini sangat berbeda sekali dengan pasar komik tahun 70-an. Saat itu komik dengan tokoh-tokoh dalam negeri merajai pasar. Sebut saja RA Kosasi dengan beberapa cerita pendekarnya atau cerita-cerita pewayangan lainnya. Seiring dengan perkembangan teknologi dan era keterbukaan, komik milik bangsa sendiri mulai ditinggalkan oleh anak-anak muda sebagai generasi penerus bangsa.
“Saya sih merasa prihatin aja dengan kondisi komik akhir-akhir ini. Masyarakat lebih suka menonton tv dibandingkan dengan membaca. Karena banyak komik-komik itu yang telah divisualkan. Yang lebih memprihatinkan lagi, komik-komik yang ada sekarang menggambarkan tokoh luar negeri. Padahal tokoh dalam negeri banyak yang bisa dibuat panutan. Satu lagi, kepedulian baik pemerintah maupun swasta dalam dunia komik sangat kurang sekali. Tidak ada perkumpulan komikus, seminar atau pameran komik di Surabaya,” kata salah satu komikus Surabaya Aripurno.
Seiring tidak lakunya komik Indonesia dalam bentuk buku di pasaran, umumnya para komikus melirik lahan baru untuk menyalurkan kreatifitasnya. Di antaranya membuat cergam atau komik strip di beberapa majalah, membuat ilustrasi di majalah, koran atau buku. Seperti yang dilakukan Aripurno. Menurutnya, ia masuk dalam aliran realis dan sangat terpengaruh dengan budaya Indonesia asli. Yaitu pewayangan atau tokoh-tokoh Indonesia lainnya.
Ari beranggapan, dengan membuat gambar bernuansa Indonesia, tentunya akan melestarikan budaya warisan leluhur bangsa kita. Karena nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah cerita itu sangat luhur. Ia paling bersemangat kalau ada yang meminta mengisi gambar di majalah atau buku yang berhubungan dengan budaya nasional. Selama ini, laki-laki yang sehari-hari bekerja sebagai desain interior ini beberapa kali mengisi ilustrasi di buku kumpulan cerita rakyat untuk anak-anak. Ia juga sering mengisi ilustrasi maupun komik strip di majalah-majalah berbahasa Jawa atau anak-anak. Tapi bukan berarti ia menolak jika ada pesanan membuat ilustrasi atau komik di luar tokoh-tokoh Indonesia.
“Di satu sisi kita memang harus mengikuti perkembangan zaman. Kalau memang pasar sedang menyukai satu hal, tidak mungkin kita melawan arus itu. Kita mencoba mengikuti saja dan berusaha bertahan dengan keyakinan atau idealisme kita. Itulah yang dilakukan komikus di Surabaya. Dulu pernah ada komunitas komik di Surabaya. Tapi lama-lama juga tidak lagi terdengar gaungnya. Umumnya para komikus saat ini menjadi ilustrasi. Karena dengan gambar kita bisa memotret apa yang ada di sekeliling kita. Mulai kondisi sosial, politik, ekonomi maupaun budaya,” jelasnya.
Thanks for reading Lestarikan Budaya Dengan Komik Wayang

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar