Home » » Jatidiri Masyarakat Jawa Pudar

Jatidiri Masyarakat Jawa Pudar

OLEH: WURI WIGUNANINGSIH
Perkembangan teknologi dan globalisasi sedikit demi sedikit telah menghilangkan jati diri orang Indonesia, khususnya orang Jawa. Hal ini dibicarakan dalam sarasehan Pameran Seni Budaya dan Benda Pusaka Nusantara yang diselenggarakan di Tunjungan Electronic Center, Sabtu (9/2) lalu. Hadir salah satu keturunan kasultanan Surakarta, yaitu Sinuhun Pakubuwono XII Tedjo Wulan. Selain membuka acara, Tedjo Wulan yang masih aktif di kemiliteran ini juga menjadi pembicara dalam sarasehan tersebut.
Menurutnya, saat ini jati diri masyarakat Jawa mulai hilang. Jati diri sendiri, menurut norma dan nilai Jawa, terdiri dari lima bagian. Yaitu sabdo, pandito, ratu, waskito dan wicaksono. “Kelima unsur ini saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Untuk menjadi seorang pemimpin atau ratu, harus mempunyai lima unsur ini. Ratu dalam hal ini bukan diartikan sebagai raja. Tapi ratu adalah pemimpin yang tidak membedakan antara satu dengan yang lainnya. Atau tidak diskriminatif. Baik itu memimpin diri sendiri maupun memimpin orang lain,” katanya.
Sebagai seorang ratu sudah seharusnya bersikap pandito. Artinya, mempunyai kecerdasan intelektual, spiritual dan emosional. Seseorang yang mempunyai kecerdasan intelektual, spiritual dan emosional, dia pasti akan waskito. Artinya mampu menangkap isyarat alam. Sehingga sesuatu yang terjadi dengan alam dapat diartikan sebagai tidak lagi terjadinya keseimbangan di alam semesta ini. Berarti secepatnya manusia penghuni bumi ini menyadari dan memperbaiki serta menyeimbangkan kembali alam ini.
Sedangkan wicaksono artinya bagaimana seseorang menjalankan kehidupan bermasyarakat. Sabdo artinya perintah untuk menjalankan kehidupan di dunia ini sebaik-baiknya. Tidak berprasangka buruk pada orang lain. “Untuk mengembalikan semua yang hilang itu, sesungguhnya satu yang terpenting, yaitu tekad dan niat untuk mengembalikan jati diri orang Jawa itu sendiri,” tegas Tedjo Wulan.
Ia mencontohkan Soekarno dengan tekad dan semangat merdeka atau mati, maka kemerdekaan terwujud. Padahal musuh yang dihadapi sangat berat dan terasa tidak mungkin untuk dilawan. Demikian pula Patih Gajah Mada atau raja-raja tanah Mataran jaman dahulu. Berbekal tekad dan semangat yang kuat apa yang diinginkan akan tercapai. Meskipun globalisasi menyerang nilai dan norma masyarakat Jawa, jika ada tekad untuk mengembalikan jati diri orang Jawa, dapat dipastikan itu semua akan kembali.
Thanks for reading Jatidiri Masyarakat Jawa Pudar

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar