OLEH: INDAH WULANDARI
90% dari sekitar 2 juta pecandu narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba) adalah generasi muda termasuk di dalamnya 25 ribu mahasiswa. Bahkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2006 lebih mencengangkan. Sekitar 83 ribu pelajar menjadi pengguna narkoba.Memperingati Hari Anti Madat KISARA, KIH FK Unud menggandeng Badan Narkotika Provinsi Bali dalam Seminar dan Talkshow Kenali Lebih Dalam dan Bangun Rasa Pedulimu (28/6). Hadir empat orang pembicara Dir Narkoba Polda Bali Kombes (Pol) Edison Panjaitan, SMF Psikiatri FK Unud RSUP Sanglah dr Nyoman Hanati, Sp.KJ (K), budayawan Warih Wisatsana, dan penggiat IKON (YAKEBA) Jordan di ruang kuliah Lt. IV FK Unud, Denpasar. Seminar kali ini pun bertujuan menginformasikan pada kaum muda, khususnya mahasiswa pada bahaya penyalahgunaan serta pemakaian narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba). Data terakhir Dit Narkoba Polda Bali terjadi peningkatan kasus narkoba kurun waktu 2007 sebesar 27,51%. Dan, terhitung Mei 2008 tercatat 273 kasus baru. Diduga ada kecenderungan kenaikan jumlah pengguna hingga akhir tahun ini. Selain menyasar usia remaja, para pengedar mengincar pula berbagai kalangan usia dan profesi. Bahkan tabel kasus menunjukkan pengguna berusia lebih dari 30 tahun mendominasi.Para pekerja swasta, wirausahawan ,dan pengangguran pun rentan menjadi pengguna. ‘’Biasanya mereka dililit persoalan ekonomi lebih tinggi, mengalami stres, dan tak mampu mengekspresikan diri serta keinginannya dengan baik,” tukas Kombes Edison. Narkoba pun menjadi pelariannya. Beberapa orang mengonsumsi barang haram tersebut atas dasar kebebasan mengekspresikan diri berlindung atas nama HAM (hak asasi manusia). Untuk itu perwira polisi ini pun berharap sistem pakraman di Bali berfungsi pula sebagai pengontrol serta bisa menyatukan warga agar saling mengingatkan.
Salah satu kelompok yang harus diperhatikan adalah pengguna narkoba dengan jarum suntik atau IDUs (Injection Drug Users). Sebab survei yang dilakukan Yayasan Hatihati pada tahun 2002-2006 ditemukan sebesar 45% pengguna jarum suntik menderita HIV. Dari 3000 ODHA (orang yang hidup dengan AIDS) di Bali, ditemukan 1100 di antaranya adalah IDUs. dr Nyoman Hanati, Sp.KJ (K) meminta semua pihak menangani lebih serius para IDUs karena mereka bisa menjadi inti gelombang penyebaran HIV pada kelompok masyarakat lain. Kebiasaan buruk memakai jarum suntik yang tidak steril, maupun tato dan tindik harus ditangani secara cepat dan praktis. Tindakan dan terapi berupa pengurangan dampak buruk atau HR (Harm Reduction) dianggap efektif mencegah penularan. Aplikasinya berupa pengobatan subsitusi dengan memberikan metadon dan buphrenorfin di RSU, RSJ, RSKO, puskesmas, klinik pribadi, dan pusat rehabilitasi.
Dari perspektif budaya, Warih Wisatsana memandang perlu suatu pola penanganan baru yang terlahir dari sebuah perspektif baru. Perlu banyak dibangun pula komunitas cerdas yang menyikapi persoalan global dengan kreatif sehingga muncul individual unggul.Jordan yang mantan pecandu telah merasakan sendiri siksa fisik dan psikis akibat narkoba. Pria yang telah 11 kali keluar masuk rehabilitasi ini berharap terjalin komunikasi dua arah antara anak dan orangtua serta sekolah agar informasi tentang narkoba didapat dari sumber yang jelas.
90% dari sekitar 2 juta pecandu narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba) adalah generasi muda termasuk di dalamnya 25 ribu mahasiswa. Bahkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2006 lebih mencengangkan. Sekitar 83 ribu pelajar menjadi pengguna narkoba.Memperingati Hari Anti Madat KISARA, KIH FK Unud menggandeng Badan Narkotika Provinsi Bali dalam Seminar dan Talkshow Kenali Lebih Dalam dan Bangun Rasa Pedulimu (28/6). Hadir empat orang pembicara Dir Narkoba Polda Bali Kombes (Pol) Edison Panjaitan, SMF Psikiatri FK Unud RSUP Sanglah dr Nyoman Hanati, Sp.KJ (K), budayawan Warih Wisatsana, dan penggiat IKON (YAKEBA) Jordan di ruang kuliah Lt. IV FK Unud, Denpasar. Seminar kali ini pun bertujuan menginformasikan pada kaum muda, khususnya mahasiswa pada bahaya penyalahgunaan serta pemakaian narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba). Data terakhir Dit Narkoba Polda Bali terjadi peningkatan kasus narkoba kurun waktu 2007 sebesar 27,51%. Dan, terhitung Mei 2008 tercatat 273 kasus baru. Diduga ada kecenderungan kenaikan jumlah pengguna hingga akhir tahun ini. Selain menyasar usia remaja, para pengedar mengincar pula berbagai kalangan usia dan profesi. Bahkan tabel kasus menunjukkan pengguna berusia lebih dari 30 tahun mendominasi.
Salah satu kelompok yang harus diperhatikan adalah pengguna narkoba dengan jarum suntik atau IDUs (Injection Drug Users). Sebab survei yang dilakukan Yayasan Hatihati pada tahun 2002-2006 ditemukan sebesar 45% pengguna jarum suntik menderita HIV. Dari 3000 ODHA (orang yang hidup dengan AIDS) di Bali, ditemukan 1100 di antaranya adalah IDUs. dr Nyoman Hanati, Sp.KJ (K) meminta semua pihak menangani lebih serius para IDUs karena mereka bisa menjadi inti gelombang penyebaran HIV pada kelompok masyarakat lain. Kebiasaan buruk memakai jarum suntik yang tidak steril, maupun tato dan tindik harus ditangani secara cepat dan praktis. Tindakan dan terapi berupa pengurangan dampak buruk atau HR (Harm Reduction) dianggap efektif mencegah penularan. Aplikasinya berupa pengobatan subsitusi dengan memberikan metadon dan buphrenorfin di RSU, RSJ, RSKO, puskesmas, klinik pribadi, dan pusat rehabilitasi.
Dari perspektif budaya, Warih Wisatsana memandang perlu suatu pola penanganan baru yang terlahir dari sebuah perspektif baru. Perlu banyak dibangun pula komunitas cerdas yang menyikapi persoalan global dengan kreatif sehingga muncul individual unggul.
0 komentar:
Posting Komentar