Home » » Tanam Jagung Bisa Naik Haji

Tanam Jagung Bisa Naik Haji

Daerah Kuat, Negara Maju
OLEH: BENY ULEANDER

Geger jagung melanda Bali. Itulah yang terjadi saat lawatan Gubernur Jagung dari Gorontalo Dr Ir Fadel Muhammad selama dua hari, 26-27 Juni lalu. Dalam sehari, ia menggelar dialog dan diskusi di Desa Budaya Kertalangu Kesiman, Denpasar dan stasiun TVRI Bali yang disiarkan langsung Bali TV dan TVRI pada siang dan malam hari. Ia juga menyempatkan diri berdialog dengan para jurnalis, akademisi kampus, pengusaha agribisnis, kelompok petani dan masyarakat umum di Kantor Redaksi Radar Bali (Jawa Pos Group), Sabtu (27/7).
Uniknya saat dialog berlangsung Fadel Muhammad dengan santai makan jagung rebus. Bahkan peserta turut menikmati jagung rebus. Itulah gaya komunikasi khas Fadel Muhamad dalam lawatannya ke berbagai daerah membagi pengalaman pengembangan konsep agribisnis dan agropolitan yang sukses di Gorontalo dengan jagung sebagai komoditi andalan.
Fadel Muhammad bangga dengan julukan Gubernur Jagung. Sebab berkat budidaya jagung, penghasilan rakyat di daerahnya meningkat. Fadel terkejut mendapat laporan bahwa jemaah haji asal Gorontalo meningkat. Bahkan untuk tahun depan ada seribu calon jemaah haji yang sudah lunas biaya perjalanan. “Itu karena mereka sudah ada uang dari penjualan jagung,” ujarnya.
Sebelumnya, produksi jagung di Gorontalo pada awal pemerintahannya berkisar 50 ribu ton per tahun, lalu berkat sentuhan visionernya, produksi jagung meningkat menjadi 300 ratus ribu ton. Sekarang telah mencapai kurang lebih 750 ribu ton per tahun. Jagung Gorontalo diekspor ke Malaysia, Filipina dan Korea Selatan. Di tingkat lokal, jagung Gorontalo dijual ke Surabaya. Ia memilih ekspor karena harga jagung di pasar luar negeri lebih mahal daripada harga jagung dalam negeri yang ditetapkan bulog. Saat ini harga jagung mencapai 350 U$ per ton. Bahkan Fadel memprediksi harga jagung akan terus meroket karena jagung produksi Amerika tidak lagi diekspor karena diutamakan untuk kebutuhan dalam negeri. Selain itu, jagung menjadi bahan baku pakan ternak maupun produksi bioethanol sebagai bahan bakar alternatif.
Dalam sharing kepemimpinan, Fadel mengaku gelisah melihat sektor pertanian di Indonesia salah kelola. Para pemimpin mulai tingkat nasional sampai daerah tidak memiliki “blue print” pengembangan pertanian. Akibatnya sektor pertanian di daerah terbengkelai, upah petani dan nelayan jauh di bawah upah minimum regional (UMR). Padahal bila daerah kuat, maka Negara akan kuat pula. “Kita terlalu jakartasentris, melihat daerah sebatas Jakarta saja,” kritiknya.
Lanjut Fadel, ada tiga variabel kepemimpinan progresif yaitu melakukan inovasi, terobosan baru dan membangunan jaringan. Hal pertama yang dilakukan Fadel pada awal pemerintahannya adalah mereformasi birokrat dengan penekanan pada kontrak kinerja hasil dan meraih kepercayaan rakyat. Ia sukses menyuntikan energi baru ke jajaran birokrat sebagai pelayan admistrasi yang tangguh. Padahal sebelumnya Fadel melihat jajaran birokrat di daerah amat lambat dan mengerjakan pekerjaan untuk satu tahun tapi terus diulang selama 25 tahun. Di bidang pemasaran ia melakukan terobosan yang disebutnya campur tangan atau intervensi terbatas (limited-government intervention) guna mendongkrak pendapatan petani dan nelayan.
Saat ditanya seorang peserta bukankah langkah campur tangan pemerintah itu tidak sesuai dengan tren pasar bebas, Fadel dengan tangkas menyodorkan visi manajemen baru. Menurutnya, rakyat akan bekerja optimal jika mereka tahu pendapatannya akan meningkat. Untuk itu, ia menetapkan harga dasar jagung Rp 700,00 dari harga semula yang hanya Rp 400,00. Bahkan harga ikan tuna dinaikkan dari semula hanya Rp 7.200, 00 per kilo menjadi Rp 19.000,00. “Sebab saya lihat harga ikan tuna di pasaran per kilo Rp 40 ribu. Memang awalnya ada tengkulak yang protes, lalu mereka coba tawarkan bagaimana harga ikan tuna Rp 15 ribu saja per kilo. Jadi sebenarnya mereka sudah untung besar,” ujarnya.
Thanks for reading Tanam Jagung Bisa Naik Haji

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar