Home » » Bengkel Dan Lemukih: Memahat Desa Agrowisata Mandiri

Bengkel Dan Lemukih: Memahat Desa Agrowisata Mandiri

Oleh: Wayan Nita
Pesona eksotik pariwisata Bali bermuara pada wisata budaya dan alam. Wisatawan lokal maupun luar negeri berduyun-duyun mengunjungi pulau seribu pura ini untuk menikmati keindahan alamnya. Dari keelokan alam dan budayanya yang tetap terjaga, membuat pulau dewata ini tak pernah sepi. Peran masyarakat yang masih setia menjaga warisan leluhur menjadi sangat penting. Tanpa mereka, tentu Bali tidak akan menjadi ikon wisata Indonesia.
Peranan penting anak daerah juga ditunjukkan oleh pengusaha jamu tradisional Bali Dr Ir Gede Ngurah Wididana,M.Agr. Ia meretas pembangunan desa agrowisata di wilayah Bali utara. Desa dengan sumber daya alam yang alami dikembangkan menjadi tempat wisata. Salah satunya Desa Bengkel, Busungbiu, Buleleng yang ditata menjadi desa agrowisata. Menurut pria yang disapa Pak Oles ini, konsep membangun desa itu adalah bagaimana caranya memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang masih banyak tersedia sebaik mungkin. Tujuannya untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat di desa tersebut. Karena meskipun potensi tersedia tapi tidak ada penggerak, tentu akan menjadi sia-sia.
Ia juga mengembangkan kawasan agropolitan terpadu di Bukit Hexon. Siapa sangka di tempat terpencil seperti Desa Lemukih, Sawan, Buleleng, 70 km arah selatan Kota Denpasar, ada sirkuit grasstrack, medan night offroad dan sarana otomotif adventure di sebuah bukit. Secarik realitas yang coba diretas Pak Oles dengan membangun Bukit Hexon seluas 8 hektar menjadi taman otomotif yang berpeluang ditumbuh-kembangkan jadi areal wisata otomotif terpopuler di Bali Utara.
Secara reflektif, ada sebuah guratan obsesi Pak Oles untuk membangun sebuah desa dan bukit di daerah terpencil dengan masyarakatnya yang lugu, miskin dan terbelakang dalam akses informasi sebagai tantangan spesifik memahat implementasi visi Membangun Desa, Membangun Bangsa. Apalagi di berbagai desa di Bali, masih ditemukan banyak lahan produktif yang tidak diolah untuk berbagai kegiatan berbasis pertanian. Hal ini terjadi karena masyarakat masih menerapkan pola pertanian tradisional dan pemerintah daerah "kurang" memiliki visi membangun sentra pertanian menuju praksis kegiatan agribisnis, agroindustri dan agrowisata.
Perkembangan itu kini mulai tampak. Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) di Desa Bengkel yang berdiri sejak tahun 1997 menjadi tempat yang menampung para petani dari Bali dan berbagai pelosok Indonesia datang belajar aplikasi pertanian organik berbasis teknologi effective microorganisms (EM). Petani dibagikan pengetahuan cara membuat pupuk organik dengan menggunakan teknologi EM. Semua lahan perkebunan di desa Bengkel kini telah menjadi contoh pertanian berbasis organik. Kini di desa Bengkel telah berdiri Radio Hexon milik Pak Oles. Keberadaan fasilitas tersebut tentu semakin mengenalkan desa Bengkel ke semua daerah. Di sana juga berdiri industri pengolahan obat tradisional.
Secara bertahap, seiring dengan banyaknya tamu yang bertandang tentu para pelaku bisnis dan investor akan datang. Infrastruktur desa, seperti pengaliran air, penerangan, hingga perbaikan jalan menjadi lebih baik. Ke depan, Desa Bengkel akan menjadi desa agrowisata yang dicari wisatawan. “Selain menguntungkan wisatawan juga masyarakat sekitar bisa memanfaatkan kemajuan ini untuk memberdayakan diri sendiri. Dengan syarat agar keaslian dan kealamian desa tetap terjaga,” ungkap Pak Oles.
Thanks for reading Bengkel Dan Lemukih: Memahat Desa Agrowisata Mandiri

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar