Home » » Srikandi “Mengipas” Pasar Jerman

Srikandi “Mengipas” Pasar Jerman

Oleh: Wayan Nita
Kreativitas dan kejelian dalam berusaha. Itulah secercah harapan yang hidup di benak kalangan pengusaha kecil. Celah bisnis yang ada harus dimanfaatkan maksimal demi mendukung pilar-pilar pertumbuhan ekonomi nasional. Nyoman Benes SE, pemilik galeri kipas Srikandi di Denpasar, misalnya, konsisten menggarap segmen pernak-pernik Bali.
Usaha yang dirintis ayahnya sejak tahun 1979 itu memproduksi kipas dari kayu cendana sebagai souvenir khas Bali. Dipilih souvenir berupa kipas, sebut Nyoman Benes karena ingin membuat ciri khas buah tangan yang lain. Selain itu, alasannya kipas mudah dibawa dan banyak dicari wisatawan. Karena setiap orang butuh kipas saat di Bali, dengan cuaca yang panas. Dan souvenir kipas, lanjut Nyoman Benes, mencapai jaman keemasannya pada era 80-90’an.
Kini, dengan semakin banyaknya pesaing produsen kipas tak membuat kipas buatan Nyoman Benes hilang. Meskipun omzetnya jauh menurun sejak adanya bom Bali II, tapi masih ada saja order yang datang. Baik dari Bali sendiri maupun dari luar Bali. Selain itu, adanya produk kipas yang sama dari Cina jadi saingan terberat kipas produksi Nyoman Benes. Agar tetap bertahan, Nyoman Benes tidak mengurangi kualitasnya. Tapi strategi yang diterapkan dengan mencari pangsa pasar kelas atas. Dapat dilihat, kipas buatan Nyoman Benes tidak hanya polos. Karena sekarang, sebut Nyoman Benes, kami bermain pada lukisan, isi foto dan desain grafisnya. Kipas buatan Nyoman Benes banyak dipesan untuk souvenir pernikahan. Selain itu, untuk promosi, kipasnya tersebar di toko-toko oleh-oleh, di hotel maupun agen travel. Dan juga produksi kipas Srikandi tetap dicari oleh pembeli dari Surabaya, Jogjakarta, Semarang dan Aceh. Pangsa pasar luar negeri meliputi Australia, Jepang (Asia) dan Jerman (Eropa).
Yang menjadikan produk kipas Srikandi tetap bertahan adalah motif yang selalu berubah. Semua tergantung pesanan yang datang, konsumen bisa memilih sesuai selera baik warna maupun motif iasan pada kipas. Ada motif lukisan tokoh pewayangan Bali, tari Bali, lukisan burung hingga lukisan pasangan pengantin yang memesan. Selain itu, ada juga kipas yang dilapisi kain ataupun kertas. Meskipun bahannya kini berganti menggunakan kayu bengkel dan kayu eboni. Tapi kualitas hasilnya tidak kalah dengan kayu cendana. “Hanya saja, aroma cendana yang disemprotkan tidak bisa tahan lama,” ungkap Nyoman Benes yang membuka galerinya di Jl. Raya Sesetan No. 53 B, Denpasar.
Thanks for reading Srikandi “Mengipas” Pasar Jerman

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar