Home » » Merekam Nilai Eksotis Kain Tenun Ikat Bali

Merekam Nilai Eksotis Kain Tenun Ikat Bali

Oleh: Wayan Nita
Kekayaan yang ada di bumi Indonesa ini tidak ada duanya. Ada ratusan pulau dan suku, budaya dan adat istiadat. Semua tersebar di berbagai daerah dan mengakar kuat di dalam lika liku kehidupan masyarakat.
Jika batik sudah menjadi ciri khas Indonesia. Maka ada pula banyak jenis kain tenun yang ada dan menjadi ciri khas suatu daerah. Salah satunya kain tenun ikat dari Bali yang juga disebut kamen endek. Ada berbagai macam kain tenun yang dihasilkan masyarakat Bali. Seperti kain songket, kain tenun sutra, kain tenun Pegringsingan asli Tenganan dan juga kain tenun ikat. Awalnya jenis kain tersebut hanya digunakan para orang tua dan kalangan bangsawan. Tetapi kini sudah hampir sebagian besar masyarakat Bali bisa mengenakan, baik untuk upacara besar maupun sembahyang ke pura.
Bahkan, sebut Parwiti, pemilik toko kain tenun Pardana, pegawai dinas pemerintah Bali sudah menggunakannya sebaga seragam. Pemerintah Bali ingin menjaga eksistensi kain tenun ikat khas Bali. Buktinya, produk itu dijadikan seragam, dan jelas mengangkat citra kain tenun ikat.
Produk kain tenun yang ada di Toko Pardana masih ada yang berupa kain meteran, kamen (kain untuk sembahyang masyarakat Bal), saput (kain yang dipakai kaum pria setelah menggunakan kamen) maupun udeng (ikat kepala kaum pria Bali). Semua produk dibuat di Sidemen, Karangasem. Menurut Parwati, kakaknya yang memproduksi dengan dibantu 10 karyawan, dan sudah dikerjakan secara turun-temurun sejak jaman dulu.
Untuk satu potong kamen, sebut Parwati, proses pembuatan bisa dua bulan. Warna dan motif tenunan dipilih sendiri oleh kakak Parwati atau tergantung pesanan. Pemakaian warna tidak boleh sembarangan karena akan mempengaruhi hasil warna kain. Jika sembarangan, sebut Parwati, kain mudah luntur dan cepat pudar. "Kain buatan kami menggunakan bahan benang katun dan pewarna nomor satu. Meskipun harga sedikit mahal tapi kualitas nomor satu," tegasnya.
Harga yang mahal pantas diberikan untuk hasil kain tenun yang berkualitas. Pembuatan yang memakan waktu lama dan butuh kesabaran, membuat kain tenun ikat jadi mahal. Setiap karyawan punya tugas sendiri, dengan teknik pengerjaan sendiri-sendiri. Ada bagian yang mengikat kain sesuai motif, ada bagian yang mencelupkan benang yang sudah diikat pada cairan pewarna. Ada yang menjemur dan menenun. Cara pembuatan memang cukup rumit. Benang lebih dulu diikat dan ikatan dicelupkan pada pewarna lalu dijemur tanpa harus membuka ikatan.
Setelah itu, ikatan dilepas dan mulai membuat ikatan lain sesuai motif. Ikatan dicelupkan lagi pada pewarna yang diinginkan dan dijemur lagi. Setelah tercipta pola dan warna yang diinginkan, benang ditenun dengan menyusun sesuai pola dari motif yang diinginkan.
Kain tenun ikat memang belum banyak yang melirik, tapi banyak tamu asing yang membeli sebagai oleh-oleh. Prospeknya tetap cerah untuk mendongkrak pasar kain tenunan Bali. Selama ini, kain tenun ikat masih digunakan sebagai pakaian sembahyang dengan motif dan harga yang tidak begitu menarik buat anak muda. Karena itulah, produk yang lebih akrab disebut kamen endek itu belum terkenal. Di Toko Pardana milik Parwati, motif dan warna kain bisa dipesan. Untuk kamen endek, satu potong dihargai Rp 175 ribu sampai Rp 500 ribu. "Dijamin kainnya awet dan tidak mudah luntur. Cara perawatan cukup dicuci dengan shampo tanpa diperas dan diangin-anginkan saja lalu disetrika," ujar Parwati yang buka toko di Jl Wr Supratman 167 X Denpasar.
Thanks for reading Merekam Nilai Eksotis Kain Tenun Ikat Bali

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar