Home » » Bedah Buku: Musik Kerakyatan Tak Lagi Bergaung

Bedah Buku: Musik Kerakyatan Tak Lagi Bergaung

Judul: Rebel Music: 25 Musik Pemberontak
Tim Riset : Aep S dan Jube’ Tanta Gode
Penerbit : Bio Pustaka, Yogyakarta
Cetakan : I, Mei 2008
Tebal : 170 halaman
Di manakah lidah Iwan Fals yang dulu lantang meneriakkan tangisan rakyat yang terluka? Adakah John Lennon- John Lennon baru dalam jiwa musisi saat ini? Masih adakah saat ini musik-musik yang menyerukan tentang kelaparan, kepapaan, dan kelaliman penguasa? Semua tragedi kemanusian seolah terlewatkan begitu saja. Kenaikan harga BBM, korupsi dan kemiskinan yang terjadi saat ini tak lagi menjadi inspirasi seperti yang dilakukan John Lenon dan Iwan Fals pada masanya. Para musisi saat ini lebih cenderung pada lagu-lagu picisan yang jauh dari penyadaran sosial. Padahal musik adalah medium yang paling efektif untuk melawan kekuasaan yang tiran, medium yang mampu menghipnotis ribuan massa, jauh lebih efektif dari pidato seorang presiden di podium. Buku ini hadir untuk mengembalikan ingatan dengan menyuguhkan beberapa musisi pemberontak, khususnya bagi para musisi yang imajinasi sosialnya belum terasah.Buku ini merupakan sebentuk pelacakan terhadap jejak-jejak para musisi pemberontak antaranya Bob Marley yang lagu-lagunya banyak terinspirasi dari lingkungan di mana ia dilahirkan dan dibesarkan, yaitu di lingkungan yang masyarakatnya mayoritas miskin di Trenchtown, Jamaika. Hingga Marley dikenal sebagai peletak batu pertama musik reggae, musik kaum pinggiran. Marley lebih muda empat tahun dari Bob Daylan yang dilahirkan di Minnesota, Amerika, pada 1941. Marley memulai karir profesionalnya ketika dia masih berusia 16 tahun. Sedang Daylan memulai karernya sejak lulus SMA pada 1959. Lirik-lirik lagunya bermuatan filosofis dan sosial-politik. Semisal lagu-lagu Blowin’ in the Wind dan The Times They Are A-Changin menjadi lagu wajib anti perang dan pergerakan hak-hak sipil. Ia bukan sekedar musisi, melainkan juga penyair yang tulisannya terkumpul dalam tajuk Tarantula (1971). Sementara pada era 80-an lahir Bono a.k.a Paul David Hewson, vokalis band rock asal Iralandia, U2. Keseluruhan lagunya mengungkapkan tentang kebaikan versus kejahatan dan semangat untuk melawan penindasan dalam konteks kekerasan bersenjata. Pada waktu bersamaan muncul band hip-hop yang paling berpengaruh di dunia, yaitu Public Enemy yang dipimpin Chuck D. Lagu-lagunya kritis atas media massa dan membahas permasalahan masyarakat Afro-Amerika.Lebih menghentak lagi, Frank Zappa seorang komposer musik klasik avant-gerde yang mampu menciptakan teror atas kultur pop, dan membuat heboh dunia politik. Pada 1940 di Baltimore, AS, Zappa dilahirkan. Karena bau tubuh yang dekil, oleh penggemarnya Zappa dianggap musisi yang gila. Hal yang sama juga dilakukan Jello Biafra yang dilahirkan di Boulder, Colorado, AS. Sejak kecil Biafra diperkenalkan dengan masalah politik internasional oleh kedua orangtuanya. Dia terkenal sebagai pimpinan band anti-kapitalisme. Secara politis ia adalah anggota Green Party dan aktif mendukung isu-isu politik kiri. Lagunya yang paling populer California Uber Alles, lagu yang mengkritik Gubernur California Jerry Brown.Setahun sebelum Dylan keluar dari rahim ibunya, lahirlah John Lennon, seseorag yang kelak namanya akan melegenda di seluruh penjuru dunia. Ia lahir di Liverpool, Inggris, dari keluarga yang biasa, bahkan tergolong berpenghasilan rendah. Ia terkenal sebagai aktivis anti-perang, seperti dalam lagu Give Peace a Chance pada 1969, puncaknya perang Vietnam, dan mengental hingga tahun 1972. Itulah sebabnya pemerintah Nixon bermaksud membungkamnya dengan memerintah agar John dideportasi dari Amerika. Salah satu dokumen mutakhir yang diungkap FBI adalah sepucuk surat kepada John T. Minnich di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Inggris, yang mengabarkan bahwa Komite Internasional untuk John dan Yoko telah dibentuk untuk menghimpun dukungan guna mendeportasi pasangan itu. Komite tersebut bukan rahasia lagi, tapi kepala surat dan penandatanganannya masih dirahasiakan FBI.Pada era 90-an, saat dunia dihantam kultur Grunge, dan kultur Grunge beralih dari subkultur menjadi pop-kultur. Muncullah Kurt Cobain yang telah mampu mengubah wajah dunia dan membuat para anak muda memujanya karena dipicu oleh lagu Smells Like Teen Spirit, anthem khas semangat anak muda untuk mendobrak segala bentuk frustasi. Pengaruh musik keras, distorsi alat musik, kemarahan khas metal, dan pemberontakan punk itulah yang kemudian hari mengental dalam lagu-lagu Nirvana.Hadir pula Henry Rollins (Black Flag) dijuluki sebagai penjaga api resistensi. Ian Curtis (Joy Division) terkenal dengan tipikal pemberontak pasca-punk. Ian MacKaye (Joy Division) dikenal sebagai penyeru filosofi. Janis Joplin, kental dengan sebutan dewi dari generasi bunga. John Sinclair dikenal sebagai provokator sayap kiri. Lou Reed, tokoh musik rock “avant-garde” anti-perang.Sementara musisi Indonesia yang pernah melakukan berbagai perlawanan terhadap kekuasaan menindas di antaranya, Iwan Fals yang dikenal sebagai pembela kaum pinggiran, Harri Roesly dengan sebutan kentalnya si bengal yang lugas, Leo Kristi yang dijuluki sang bohemian penggagas konser rakyat, dan Slank yang menjadi hero anak muda dan tidak sedikit pula lagunya juga bersinggungan dengan kekuasaan.Sederetan musisi di atas sangat representatif untuk dijadikan contoh para musisi saat ini yang mengalami kedangkalan sosial. Tidak melulu terjebak pada lagu-lagu picisan yang selalu berorientasi pasar. Buku ini mengingatkan para musisi --sebagai figure—agar memiliki tanggung jawab besar terhadap kehidupan sosialnya.
(Peresensi: Fathor Rasyid, penggiat musik tradisional di Yogayakarta)
Thanks for reading Bedah Buku: Musik Kerakyatan Tak Lagi Bergaung

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar