Home » » Diet Pupuk Kimia, Aksi Petani Sikapi Kenaikan BBM

Diet Pupuk Kimia, Aksi Petani Sikapi Kenaikan BBM

Oleh: Ir Kadek Suiartana
Kebijakan pemerintah menaikan harga BBM akhir bulan Mei lalu memicu melonjaknya harga berbagai sarana produksi pertanian. Dampaknya langsung dirasakan petani terutama bagi yang mengusahakan tanaman yang memerlukan pemeliharaan intensif. Seperti dialami oleh petani strawbery di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Buleleng-Bali.
Pasca kenaikan harga BBM, harga pupuk, obat-obatan, dan sarana produksi lainnya di kios-kios pertanian di Pancasari mulai melonjak. Misalnya saja pupuk KNO3, yang semula harganya Rp. 14 ribu kini menjadi Rp. 28 ribu per kantong. Kenaikan yang mencapai 100% cukup membuat pening petani. Pupuk dengan bahan aktif kalium ini memang sangat dibutuhkan agar tanaman bisa berproduksi sesuai dengan yang diharapkan. Disamping KNO3 strawbery juga memerlukan pupuk yang mengandung nitrogen dan phosphor. Kenaikan harga-harga saprodi ternyata belum diikuti oleh kenaikan harga strawbery. Di tingkat petani harga strawbery masih tetap di kisaran Rp. 12 ribu per kilogram. Melihat perbandingan biaya produksi dan harga buah strawbery tersebut maka jelas-jelas keuntungan petani berkurang.
Agar bisa tetap bertahan, petani berupaya mengambil langkah-langkah penghematan. Kadek Suastika salah seorang petani strawbery memilih mengurangi pemakaian pupuk kimia. Kebutuhan hara tanaman diharapkan dari pupuk organik Bokashi Kotaku. Menurut Suastika, pelanggan militan pupuk Bokashi Kotaku sejak tiga tahun silam, pemberian pupuk Bokashi Kotaku mampu meningkatkan kesuburan lahan, menstabilkan produksi, dan yang mengejutkannya serangan penyakit berkurang.
Petani lain yang juga sempat dihubungi Koran Pak Oles, Rabu 11 Juni 2008 lalu, Wayang Srie mengambil langkah yang hampir sama dengan Suastika. Srie menyikapi kenaikan harga pupuk dan obat-obatan dengan jalan menerapkan prinsip-prinsip pemupukan secara lebih ketat. “Aplikasi pupuk kimia dilakukan pada saat yang tepat disesuaikan dengan fase-fase pertumbuhan tanaman sehingga pupuk bisa dimanfaatkan secara optimal, tidak banyak yang hilang” jelas pria kelahiran Buleleng ini. “Hanya saja untuk menerapkannya dibutuhkan kejelian dan ketelitian membaca tanda-tanda yang ditunjukan tanaman”, tambah Srie.
Pengurangan pupuk kimia, kata Srie, tidak akan menurunkan produksi karena sudah sering memakai organik. Petani dengan gelar sarjana akuntansi ini memang salah satu pelanggan pupuk Bokashi Kotaku yang sangat loyal. Dia sudah tiga tahun menggunakan pupuk yang diracik Pak Oles.
Soal hama dan penyakit, Srie menerapkan prinsip pencegahan dengan cara rutin menyemprotkan pestisida alami merek Saferto yang juga diproduksi oleh Pak Oles. Dia yakin, aksinya dapat menekan biaya obat-obatan. Sebab, Saferto (Sari Fermentasi Tanaman Obat) harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan obat-obatan kimia.
Petani seharusnya mengambil hikmah dari kenaikan harga BBM ini dan menjadikannya momentum untuk lebih banyak menggunakan sarana produksi yang bersifat alami. Soal tingginya dosis pupuk kimia disebabkan merosotnya kesuburan kimia, fisik dan biologi tanah. Langkah awal penerapan pertanian organik dapat dimulai dari pengurangan pemakaian bahan-bahan kimia dan secara bertahap diganti pupuk organik.
Thanks for reading Diet Pupuk Kimia, Aksi Petani Sikapi Kenaikan BBM

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar