Home » » HIV/AIDS Di Bali Kian Mengkhawatirkan

HIV/AIDS Di Bali Kian Mengkhawatirkan

Kondisi penyebaran HIV/Aids di Bali dewasa ini dinilai semakin mengkhawatirkan karena 50% pengidap justru kelompok usia 19-25 tahun. Hasil penelitian menunjukkan, sekitar 28,5% remaja di Bali melakukan hubungan seksual sebelum menikah dan 10% akhirnya menikah dan memiliki anak, kata Luh Putu Ikha Widani dari Kita Sayang Remaja (Kisara) Bali di Denpasar, Rabu (11/2). Kasus kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) di kalangan remaja Bali hingga kini masih memprihatinkan dan belum ada solusi secara tuntas. Banyak kalangan yang memojokkan remaja. Jika dicermati, KTD di kalangan remaja sebagai akumulasi serangkaian sikap dan tindak ketidakberpihakan terhadap remaja.
Widani menambahkan, hambatan dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi yang cukup dan mendalam menyebakan semakin banyak remaja yang terjebak mitos dibanding fakta. Untuk itu perlu upaya yang maksimal dalam meningkatkan akses remaja terhadap informasi yang benar. Banyak layanan yang tersedia belum mampu menjadi teman dalam meningkatkan wawasan dan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi.
Dari Banyumas, Jawa Tengah Antara melaporkan, total penderita penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) di daerah itu terus meningkat. Data KPA Banyumas (Desember 2008), 241 kasus HIV dan 70 kasus AIDS, dengan korban meninggal 36 orang. Dari jumlah itu, warga asli Banyumas yang menderita HIV 149 orang, AIDS 31 orang dan meninggal 17 orang. Jumlah kasus HIV yang terjadi Januari 2009 jadi 253 orang, 150 orang justru warga Banyumas. Terkait fenomena itu, anggota KPA Banyumas, Kristin Lestari mengatakan, KPA dan Dinkes setempat harus serius menangani kasus ini.
Untuk itu, usul Lestari, perlu ada klinik mandiri IMS (Infeksi Menular Seksual) di Gang Sadar, Baturaden yang merupakan lokalisasi terbesar di Banyumas. Meski ada klinik IMS di Baturaden dan Purwokerto Selatan, pinta Lestari, keberadaan klinik mandiri di tengah lokalisasi lebih menggugah kesadaran para pekerja seks komersial (PSK) untuk rutin periksa kesehatan.
Jumlah PSK yang bermukim di Gang Sadar Baturaden 150 orang. KPA juga berencana mewajibkan setiap hotel menyediakan kondom bagi tamu sebagai salah satu upaya sosialisasi penggunaan alat kontrasepsi. Sosialisasi penggunaan kondom terus dilakukan terhadap kelompok risiko tinggi HIV/AIDS.
Sementara Puskesmas Lawang, Malang, Jawa Timur menyediakan ruang khusus bagi penderita penyakit HIV/AIDS yang melakukan terapi pengobatan maupun konsultasi. Kadiskes Malang, dr Agus Wahyu Arifin mengatakan, upaya tersebut untuk memberikan layanan dan membantu para penderita yang berdomisili di kawasan utara Malang. ‘’Selama ini, penderita yang berkonsultasi maupun berobat terpusat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kepanjen dan terlalu jauh jaraknya bagi penderita di kawasan utara serta barat seperti di Kecamatan Pujon, Ngantang dan Kasembon,’’ katanya.
Koran Pak Oles/Edisi 169/16-28 Februari 2009
Thanks for reading HIV/AIDS Di Bali Kian Mengkhawatirkan

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar