Aneka bibit tanaman obat dan tanaman buah khususnya yang ditanam pada pot, kini menjadi trend bagi penggemar tanaman hias, sehingga banyak `diburu` terutama setelah bisnis tanaman hias mulai lesu. ‘’Permintaan berbagai jenis bibit tanaman obat dan tanaman buah cenderung meningkat. Bahkan tidak saja dari kalangan penggemar tanaman hias di Yogyakarta, juga dari luar daerah ini,’’ kata M Nasir, petani dan pedagang tanaman hias asal Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Kamis (7/5).
Menghadapi trend tersebut, umumnya pedagang tanaman hias menambah stoknya dengan bibit tanaman obat dan tanaman buah yang diperkirakan menjadi unggulan. ‘’Bibit tanaman buah dan tanaman obat itu kami datangkan langsung dari berbagai daerah asalnya,’’ katanya.
Selain diserbu pedagang tanaman hias dari luar daerah, pembeli tanaman hias juga datang dari berbagai kota di luar DIY. Nasir mengatakan, menghadapi trend tersebut umumnya para pedagang tanaman hias menambah stoknya dengan bibit tanaman buah dan tanaman obat yang dianggap menjadi unggulan yang didatangkan langsung dari berbagai daerah asalnya.
Bibit tanaman buah unggulan terutama yang berkhasiat obat sehingga banyak diburu para penggemar tanaman hias. Pertimbangan mereka, bibit tanaman buah mengandung obat, disamping memiliki nilai lebih sebagai tanaman hias. ‘’Jenis tanaman itu memang harus didatangkan dari pelosok desa di berbagai daerah di luar Yogyakarta, sebab di wilayah kota sudah jarang ditemui tanaman buah berkhasiat obat,’’ katanya.
Soal prospek bisnis tanaman hias di Provinsi DIY, ia mengatakan saat ini makin merebak karena banyak `pemain` baru, baik dari dalam maupun luar daerah yang terjun ke bisnis itu. Setiap hari selalu ada penyelenggaraan pameran dan bursa tanaman hias, bahkan tidak hanya di satu tempat, namun di beberapa tempat secara bersamaan.
Bahkan, tempat itu menjadi pasar tanaman hias yang permanen. Nasir yang memiliki kios tanaman hias yang cukup banyak di Yogyakarta ini mengatakan, dampak makin merebaknya bisnis tanaman hias menyebabkan perdagangan cenderung lesu karena pasar menjadi sepi pembeli. Kondisinya memang pasang surut, dan sulit diprediksi, tergantung situasi. Yang pasti, pelaku bisnis tanaman hias di Yogyakarta kini banyak mengeluh akibat sepi pembeli.
Pedagang tanaman hias asal Kabupaten Bantul mengatakan hingga kini, Bantul masih jadi pasar potensial untuk bisnis tanaman hias dan menjadi tujuan utama para pedagang tanaman dari berbagai daerah untuk memasarkan dagangan. Sebagai pasar potensial, Yogyakarta belum tertandingi dibanding provinsi lain di Indonesia. Sebab, hampir setiap hari ada pameran dan bursa tanaman hias dan tidak hanya di satu tempat tetapi di banyak tempat.
Selain diserbu pedagang tanaman hias dari luar daerah, pembeli tanaman hias juga datang dari berbagai kota di luar DIY. Produk tanaman hias yang dipasarkan selain dari hasil budidaya petani daerah ini, juga dari petani di berbagai daerah lain seperti Wonosobo, Kopeng dan Tawangmangu (Jawa Tengah) maupun Tulungangung dan Blitar (Jawa Timur). Saat ini pasar tanaman hias di Yogyakarta tampak lesu, dan bibit tanaman buah berkhasiat obat justru cenderung menjadi alternatif untuk mendongkrak bisnis tanaman hias.
KORAN PAK OLES/EDISI 175/16-31 MEI 2009
Menghadapi trend tersebut, umumnya pedagang tanaman hias menambah stoknya dengan bibit tanaman obat dan tanaman buah yang diperkirakan menjadi unggulan. ‘’Bibit tanaman buah dan tanaman obat itu kami datangkan langsung dari berbagai daerah asalnya,’’ katanya.
Selain diserbu pedagang tanaman hias dari luar daerah, pembeli tanaman hias juga datang dari berbagai kota di luar DIY. Nasir mengatakan, menghadapi trend tersebut umumnya para pedagang tanaman hias menambah stoknya dengan bibit tanaman buah dan tanaman obat yang dianggap menjadi unggulan yang didatangkan langsung dari berbagai daerah asalnya.
Bibit tanaman buah unggulan terutama yang berkhasiat obat sehingga banyak diburu para penggemar tanaman hias. Pertimbangan mereka, bibit tanaman buah mengandung obat, disamping memiliki nilai lebih sebagai tanaman hias. ‘’Jenis tanaman itu memang harus didatangkan dari pelosok desa di berbagai daerah di luar Yogyakarta, sebab di wilayah kota sudah jarang ditemui tanaman buah berkhasiat obat,’’ katanya.
Soal prospek bisnis tanaman hias di Provinsi DIY, ia mengatakan saat ini makin merebak karena banyak `pemain` baru, baik dari dalam maupun luar daerah yang terjun ke bisnis itu. Setiap hari selalu ada penyelenggaraan pameran dan bursa tanaman hias, bahkan tidak hanya di satu tempat, namun di beberapa tempat secara bersamaan.
Bahkan, tempat itu menjadi pasar tanaman hias yang permanen. Nasir yang memiliki kios tanaman hias yang cukup banyak di Yogyakarta ini mengatakan, dampak makin merebaknya bisnis tanaman hias menyebabkan perdagangan cenderung lesu karena pasar menjadi sepi pembeli. Kondisinya memang pasang surut, dan sulit diprediksi, tergantung situasi. Yang pasti, pelaku bisnis tanaman hias di Yogyakarta kini banyak mengeluh akibat sepi pembeli.
Pedagang tanaman hias asal Kabupaten Bantul mengatakan hingga kini, Bantul masih jadi pasar potensial untuk bisnis tanaman hias dan menjadi tujuan utama para pedagang tanaman dari berbagai daerah untuk memasarkan dagangan. Sebagai pasar potensial, Yogyakarta belum tertandingi dibanding provinsi lain di Indonesia. Sebab, hampir setiap hari ada pameran dan bursa tanaman hias dan tidak hanya di satu tempat tetapi di banyak tempat.
Selain diserbu pedagang tanaman hias dari luar daerah, pembeli tanaman hias juga datang dari berbagai kota di luar DIY. Produk tanaman hias yang dipasarkan selain dari hasil budidaya petani daerah ini, juga dari petani di berbagai daerah lain seperti Wonosobo, Kopeng dan Tawangmangu (Jawa Tengah) maupun Tulungangung dan Blitar (Jawa Timur). Saat ini pasar tanaman hias di Yogyakarta tampak lesu, dan bibit tanaman buah berkhasiat obat justru cenderung menjadi alternatif untuk mendongkrak bisnis tanaman hias.
KORAN PAK OLES/EDISI 175/16-31 MEI 2009
0 komentar:
Posting Komentar