Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa berencana mengusulkan kepada pemerintah untuk menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada tokoh Tamansiswa, Ki Sarmidi Mangunsarkoro atas perjuangan dan pengabdiannya di bidang pendidikan nasional.
"Ki Sarmidi Mangunsarkoro adalah tokoh pendidikan yang layak memperoleh gelar pahlawan nasional," kata Ki Bambang Widodo, Ketua Panitia Sarasehan Menelusuri Jejak Perjuangan Tokoh Pendidikan Nasional Ki Mangunsarkoro, di Yogyakarta, Selasa (12/5).
Sarasehan tersebut diselenggarakan dalam rangkaian memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2009 yang bertujuan menanamkan nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan dan kesetiakawanan sosial bagi generasi muda.
Selain itu untuk menggali pendapat para pakar pendidikan, budayawan, sejarawan serta tokoh masyarakat tentang perjuangan Ki Sarmidi Mangunsarkoro dalam dunia pendidikan di Indonesia. "Dari hasil sarasehan ini kami akan mengusulkan kepada pemerintah agar Ki Sarmidi Mangunsarkoro memperoleh anugerah gelar pahlawan nasional," kata Ki Bambang Widodo.
Sementara itu, Ketua Umum Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Ki Tyasno Sudarto mengatakan sejak berdirinya Tamansiswa 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara dan para pendiri Tamansiswa lainnya sadar bahwa bangsa Indonesia memerlukan modal pendidikan nasional sebagai bekal menuju jembatan emas kemerdekaan.
Ki Hajar Dewantara selain menciptakan konsep dasar pendidikan nasional, juga berhasil mendidik serta membina generasi bangsa dan pejuang perintis kemerdekaan Indonesia yang berjiwa nasionalis, dan salah seorang di antaranya adalah Ki Sarmidi Mangunsarkoro. "Ki Mangunsarkoro mengawali perjuangannya sejak di bangku sekolah dengan mendirikan organisasi pemuda kemudian menjadi aktivis Jong Java di Yogyakarta," katanya.
Ki Mangunsarkoro juga aktif dalam kongres pemuda dan sempat menjabat sebagai pimpinan Partai Nasional Indonesia (PNI). Pengabdian Ki Sarmidi Mangunsarkoro di Tamansiswa dimulai sebagai pamong/guru, kemudian mendirikan dan memimpin Tamansiswa Cabang Jakarta. "Dia pernah memimpin kongres nasional pertama Tamansiswa yang kemudian terpilih sebagai ketua umum Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa," katanya.
Setelah Indonesia merdeka, Ki Sarmidi Mangunsarkoro tercatat dua kali sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) dalam dua kabinet dan mengesahkan Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran pada 1950. "Selama dua tahun menjabat Menteri P dan K, dia mendirikan Akademi Seni Rupa (ASRI) Yogyakarta, Konservatori Karawitan Surakarta dan ikut membidani lahirnya Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta," katanya.
Ki Sarmidi Mangunsarkoro bukan hanya guru atau politikus, tetapi dia benar-benar seorang negarawan besar dan berjasa bagi nusa dan bangsa Indonesia. "Sepantasnya jika pemerintah mempertimbangkan penghargaan terbaik untuk Ki Mangunsarkoro," kata Ki Tyasno Sudarto.
KORAN PAK OLES/EDISI 175/16-31 MEI 2009
"Ki Sarmidi Mangunsarkoro adalah tokoh pendidikan yang layak memperoleh gelar pahlawan nasional," kata Ki Bambang Widodo, Ketua Panitia Sarasehan Menelusuri Jejak Perjuangan Tokoh Pendidikan Nasional Ki Mangunsarkoro, di Yogyakarta, Selasa (12/5).
Sarasehan tersebut diselenggarakan dalam rangkaian memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2009 yang bertujuan menanamkan nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan dan kesetiakawanan sosial bagi generasi muda.
Selain itu untuk menggali pendapat para pakar pendidikan, budayawan, sejarawan serta tokoh masyarakat tentang perjuangan Ki Sarmidi Mangunsarkoro dalam dunia pendidikan di Indonesia. "Dari hasil sarasehan ini kami akan mengusulkan kepada pemerintah agar Ki Sarmidi Mangunsarkoro memperoleh anugerah gelar pahlawan nasional," kata Ki Bambang Widodo.
Sementara itu, Ketua Umum Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Ki Tyasno Sudarto mengatakan sejak berdirinya Tamansiswa 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara dan para pendiri Tamansiswa lainnya sadar bahwa bangsa Indonesia memerlukan modal pendidikan nasional sebagai bekal menuju jembatan emas kemerdekaan.
Ki Hajar Dewantara selain menciptakan konsep dasar pendidikan nasional, juga berhasil mendidik serta membina generasi bangsa dan pejuang perintis kemerdekaan Indonesia yang berjiwa nasionalis, dan salah seorang di antaranya adalah Ki Sarmidi Mangunsarkoro. "Ki Mangunsarkoro mengawali perjuangannya sejak di bangku sekolah dengan mendirikan organisasi pemuda kemudian menjadi aktivis Jong Java di Yogyakarta," katanya.
Ki Mangunsarkoro juga aktif dalam kongres pemuda dan sempat menjabat sebagai pimpinan Partai Nasional Indonesia (PNI). Pengabdian Ki Sarmidi Mangunsarkoro di Tamansiswa dimulai sebagai pamong/guru, kemudian mendirikan dan memimpin Tamansiswa Cabang Jakarta. "Dia pernah memimpin kongres nasional pertama Tamansiswa yang kemudian terpilih sebagai ketua umum Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa," katanya.
Setelah Indonesia merdeka, Ki Sarmidi Mangunsarkoro tercatat dua kali sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) dalam dua kabinet dan mengesahkan Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran pada 1950. "Selama dua tahun menjabat Menteri P dan K, dia mendirikan Akademi Seni Rupa (ASRI) Yogyakarta, Konservatori Karawitan Surakarta dan ikut membidani lahirnya Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta," katanya.
Ki Sarmidi Mangunsarkoro bukan hanya guru atau politikus, tetapi dia benar-benar seorang negarawan besar dan berjasa bagi nusa dan bangsa Indonesia. "Sepantasnya jika pemerintah mempertimbangkan penghargaan terbaik untuk Ki Mangunsarkoro," kata Ki Tyasno Sudarto.
KORAN PAK OLES/EDISI 175/16-31 MEI 2009


0 komentar:
Posting Komentar