Seniman wayang golek Betawi, Tizar Purbaya mempromosikan seni ciptaannya dengan membuat dan menjual wayang berkarakter orang "bule" di Pasar Barang Antik, jalan Surabaya, Jakarta. "Banyak turis asing yang minta dibuatkan wayang golek yang mirip dengan aslinya," kata Tizar di Jakarta.
Ia memasang tarif Rp 2 juta untuk setiap karakter wajah dan akan diselesaikan dalam waktu kurang lebih 10 hari. "Saya pernah membuat wayang berwajah George HW. Bush, mantan presiden Amerika Serikat ke-41," kata Tizar, yang mempelajari keterampilan itu di Jepang.
Wayang golek itu, kata dia, kemudian diberikan kepada Bush usai pementasan wayang saat berkunjung ke Indonesia. "Saya menggunakan kayu pule sebagai bahan pembuatan wayang golek," kata Tizar.
Kelebihan kayu tersebut, kata dia, tidak banyak serat dan mudah untuk diukir. Namun ia juga menggunakan kayu lame untuk membuat wayang untuk pementasan. "Jika gagal atau wajah tidak mirip, saya mengulang pembuatan dari awal," kata pria yang menurunkan keahlian itu kepada anaknya, Riki. "Untuk pemesanan mereka tinggal memberi foto wajah yang tampak depan dan samping," katanya kepada ANTARA.
Tizar mengakui awal mula pembuatan wayang golek "bule" itu dilakukannya secara tidak sengaja. Pertengahan tahun 1998, kata dia menerima pesanan wayang golek yang mirip wajah sepasang turis asal Eropa. Kemudian karena Jakarta dilanda kerusuhan, kedua turis itu kembali ke negara asalnya dan tidak mengambil wayang sudah dipesan dari Tizar. "Sepasang wayang golek berwajah "bule" itu sekarang menjadi media promosi bagi turis asing yang datang ke kios saya," kata Tizar sambil menunjuk wayang golek yang ada di dalam lemari kaca.
KORAN PAK OLES/EDISI 175/16-31 MEI 2009
Ia memasang tarif Rp 2 juta untuk setiap karakter wajah dan akan diselesaikan dalam waktu kurang lebih 10 hari. "Saya pernah membuat wayang berwajah George HW. Bush, mantan presiden Amerika Serikat ke-41," kata Tizar, yang mempelajari keterampilan itu di Jepang.
Wayang golek itu, kata dia, kemudian diberikan kepada Bush usai pementasan wayang saat berkunjung ke Indonesia. "Saya menggunakan kayu pule sebagai bahan pembuatan wayang golek," kata Tizar.
Kelebihan kayu tersebut, kata dia, tidak banyak serat dan mudah untuk diukir. Namun ia juga menggunakan kayu lame untuk membuat wayang untuk pementasan. "Jika gagal atau wajah tidak mirip, saya mengulang pembuatan dari awal," kata pria yang menurunkan keahlian itu kepada anaknya, Riki. "Untuk pemesanan mereka tinggal memberi foto wajah yang tampak depan dan samping," katanya kepada ANTARA.
Tizar mengakui awal mula pembuatan wayang golek "bule" itu dilakukannya secara tidak sengaja. Pertengahan tahun 1998, kata dia menerima pesanan wayang golek yang mirip wajah sepasang turis asal Eropa. Kemudian karena Jakarta dilanda kerusuhan, kedua turis itu kembali ke negara asalnya dan tidak mengambil wayang sudah dipesan dari Tizar. "Sepasang wayang golek berwajah "bule" itu sekarang menjadi media promosi bagi turis asing yang datang ke kios saya," kata Tizar sambil menunjuk wayang golek yang ada di dalam lemari kaca.
KORAN PAK OLES/EDISI 175/16-31 MEI 2009


0 komentar:
Posting Komentar