Judul : 100 Karya Sastra Yang Patut Dibaca Sebelum Dikuburkan
Penulis : Minan Nuri Rahman dkk
Penerbit : I, Boekoe, Yogyakarta
Cetakan : Mei 2009
Tebal : 1000 halaman
Peresensi : Miftahul A’la*
Dalam jagad dunia kesusastraan Indonesia, sastra merupakan dunia yang banyak diminati oleh masyarakat. Kenyataan ini terbukti dari begitu banyaknya karya-karya sastra yang lahir dan berkembang secara drastis. Baik sebelum maupun pasca kemerdekaan. Sastra telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari peradaban kehidupan masyarakat Indonesia. Bahkan pasca kemerdekaan, banyak sastrawan Indonesia yang mulai bermunculan dengan karya-karya terbaiknya di Indonesia bak jamur yang tumbuh di musim hujan. Sastra turut serta dalam memperkenalkan serta membesarkan Indonesia pada kancah dunia internasional.
Sudah tak terhitung begitu banyak karya sastra hingga sampai abad ini yang telah dilahirkan oleh putra-putra Indonesia. Mulai dari sastra yang berbentuk prosa, cerpen, esai, pusi dan drama maupun yang lain sebagainya. Semua karya sastra tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Ada sebagain karya sastra Indonesia yang mampu mengemparkan dan mengundang kritkan dari sastwan lainnya. Bahkan tidak sedikit karya sastra Indonesia yang menjadi referensi oleh sastrawan dunia.
Namun demikian, mungkin karya “100 Karya Sastra Yang Patut Dibaca Sebelum Dikuburkan” ini merupakan karya sastra yang bisa dikatakan paling “monumental” sepanjang serajah kesusastraan Indonesia. Meskipun karya ini masih terbilang baru, namun kitab sastra ini mempunyai banyak kelebihan yang tidak dimiliki oleh karya-karya sastra yang lainnya. Tentunya sastra ini juga akan mampu mengguncang dunia kesusastraan Indonesia yang selama ini mengalami pasang surut dalam perjalannya. Di dalamnya dibedah dan disajikan secara lebih terperinci tentang karya-karya sastra Indonesia yang dikira telah mampu mewakili dan banyak menjadi referensi oleh dunia sastra. Dari karya sastra klasik sebelum kemerdekaan hingga karya sastra modern pasca kemerdekaan semuanya menjadi fokus dalam pembahasan kitab ini.
Karya ensiklopedi sastra ini terdiri dari pusi, esai, novel, ciklit serta darama. Namun tujuan dari karya ini bukan bermaksud mengajukan suatu daftar ”buku-buku terbaik” ataupun ”buku-buku terpenting”. Tujuan pertama dari karya ini adalah untuk menemui buku-buku karya sastra yang menjadi penopang utama Pax Literaria Indonesia.
Namun demikian tidak menutup kemungkinan terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Sebab dari sekian banyak sastra yang dilahirkan sastrawan Indonesia, ternyata hanya sebanyak 100 karya sastra saja yang masuk dalam kategori dan dipilih dalam daftar. Tentunya jumlah yang sangat sedikit jika melihat begitu lamanya sastrawan Indonesia dan begitu produktifnya mereka dalam berkarya. Pengerucutan inilah yang menyebabkan tidak semua karya sastra “terbaik Indonesia” yang tidak tercaver di dalamnya, karena terbatasnya tempat yang disediakan.
Selain itu, kekurangan yang sangat menonjol adalah penilaian yang dipakai dalam klarifikasi bisa dikatakan sangat subyektif. Sebab dalam penilaian yang dipakai dalam klarifikasinya, hanya dirumuskan oleh 4 orang saja. Sehingga menurut hemat penulis tentunya subjektifitas yang dikemukakan oleh mereka tentunya secara garis besar belum mampu mewakili. Sedangkan dalam pemilihan dalam buku ini secara garis besar hanya menggunakan 3 tolok ukur.
Pertama, karya terseut merupakan karya sastra murni Indonesia, dalam artian luas mencakup buku sajak, esai, drama, fikis, cerita silat komik, novel dan sebagainya. Dengan atribut ”Indonesia” diaksudkan bahwa buku ini pada mulanya ditulis dalam bahasan Indonesia, melayu tinggi dan atau melayu rendah/pasar/melayu lingua franca. Kedua, karya itu harus mampu ”menggoncang’ jagad kesusastraan Indonesia. Goncangan ini timbul akibat dari dayabesar yang dimilikinya sebagai karya sastra. Ini diasumsikan sebuah karya memiliki strukturnya sendiri yang komplet dan self-sufficient, sehingga karya tersebut mampu berdiri secara independen ketika menemui pembacanya. Selain juga harus mampu memancing pembicaraan dan perdebatan di kalangan sastrawan atau bahkan masyarakat umum. Dan yang ketiga, buku tersebut tidak akan disisihkan bila memberikan pengaruh besar terhadap situasi kemasyarakatan secara umum, baik secara langsung maupun tidak. (hal 6)
Terlepas dari kekurangan dan berbagai macam ketidakpuasan karena tidak tercavernya seluruh karya sastra terbaik Indonesia, memang kitab sastra ini patut untuk diapresiasikan dan mampu mendapatkan tempat yang lebih dalam jagat dunia kesusastraan Indonesia. Sebab bagaimanapun tidak bisa dipungkiri bahwa banyak karya sastra yang terlupakan atau sengaja dilupakan oleh sejarah. Entah karena sastra tersebut menimbulkan banyak kontroversi yang begitu dasyatnya seperti Langit Makin Mendung Karya Ki Panji Kusmin, atau karena sekian tahun lamanya karya tersebut dilahirkan, sehingga sangat sulit untuk mendapatkan atau memahami draft karya itu.
Dengan kehadiran karya sastra ini, minimal putra-putri bangsa mampu untuk kembali mengenal dan memahami karya sastra Idonesia yang selama ini sudah banyak dilupakan. Karena tidak menutup kemungkinan dari zaman ke zaman banyak sastra yang sengaja dibuang oleh penguasa karena dinilai terlalu kontroversi dan banyak mengkritik dunia pemerintahan. Semoga dengan lahirnya karya ini mampu menggugah serta membangkitkan sastrawan Indonesia untuk lebih produktif dan mampu melahirkan karya terbaiknya untuk sumbangan dan kemujuan bangsa-negara.
*)Pecinta Buku tinggal di Yogyakarta.
KORAN PAK OLES/EDISI 175/16-31 MEI 2009
Penulis : Minan Nuri Rahman dkk
Penerbit : I, Boekoe, Yogyakarta
Cetakan : Mei 2009
Tebal : 1000 halaman
Peresensi : Miftahul A’la*
Dalam jagad dunia kesusastraan Indonesia, sastra merupakan dunia yang banyak diminati oleh masyarakat. Kenyataan ini terbukti dari begitu banyaknya karya-karya sastra yang lahir dan berkembang secara drastis. Baik sebelum maupun pasca kemerdekaan. Sastra telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari peradaban kehidupan masyarakat Indonesia. Bahkan pasca kemerdekaan, banyak sastrawan Indonesia yang mulai bermunculan dengan karya-karya terbaiknya di Indonesia bak jamur yang tumbuh di musim hujan. Sastra turut serta dalam memperkenalkan serta membesarkan Indonesia pada kancah dunia internasional.
Sudah tak terhitung begitu banyak karya sastra hingga sampai abad ini yang telah dilahirkan oleh putra-putra Indonesia. Mulai dari sastra yang berbentuk prosa, cerpen, esai, pusi dan drama maupun yang lain sebagainya. Semua karya sastra tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Ada sebagain karya sastra Indonesia yang mampu mengemparkan dan mengundang kritkan dari sastwan lainnya. Bahkan tidak sedikit karya sastra Indonesia yang menjadi referensi oleh sastrawan dunia.
Namun demikian, mungkin karya “100 Karya Sastra Yang Patut Dibaca Sebelum Dikuburkan” ini merupakan karya sastra yang bisa dikatakan paling “monumental” sepanjang serajah kesusastraan Indonesia. Meskipun karya ini masih terbilang baru, namun kitab sastra ini mempunyai banyak kelebihan yang tidak dimiliki oleh karya-karya sastra yang lainnya. Tentunya sastra ini juga akan mampu mengguncang dunia kesusastraan Indonesia yang selama ini mengalami pasang surut dalam perjalannya. Di dalamnya dibedah dan disajikan secara lebih terperinci tentang karya-karya sastra Indonesia yang dikira telah mampu mewakili dan banyak menjadi referensi oleh dunia sastra. Dari karya sastra klasik sebelum kemerdekaan hingga karya sastra modern pasca kemerdekaan semuanya menjadi fokus dalam pembahasan kitab ini.
Karya ensiklopedi sastra ini terdiri dari pusi, esai, novel, ciklit serta darama. Namun tujuan dari karya ini bukan bermaksud mengajukan suatu daftar ”buku-buku terbaik” ataupun ”buku-buku terpenting”. Tujuan pertama dari karya ini adalah untuk menemui buku-buku karya sastra yang menjadi penopang utama Pax Literaria Indonesia.
Namun demikian tidak menutup kemungkinan terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Sebab dari sekian banyak sastra yang dilahirkan sastrawan Indonesia, ternyata hanya sebanyak 100 karya sastra saja yang masuk dalam kategori dan dipilih dalam daftar. Tentunya jumlah yang sangat sedikit jika melihat begitu lamanya sastrawan Indonesia dan begitu produktifnya mereka dalam berkarya. Pengerucutan inilah yang menyebabkan tidak semua karya sastra “terbaik Indonesia” yang tidak tercaver di dalamnya, karena terbatasnya tempat yang disediakan.
Selain itu, kekurangan yang sangat menonjol adalah penilaian yang dipakai dalam klarifikasi bisa dikatakan sangat subyektif. Sebab dalam penilaian yang dipakai dalam klarifikasinya, hanya dirumuskan oleh 4 orang saja. Sehingga menurut hemat penulis tentunya subjektifitas yang dikemukakan oleh mereka tentunya secara garis besar belum mampu mewakili. Sedangkan dalam pemilihan dalam buku ini secara garis besar hanya menggunakan 3 tolok ukur.
Pertama, karya terseut merupakan karya sastra murni Indonesia, dalam artian luas mencakup buku sajak, esai, drama, fikis, cerita silat komik, novel dan sebagainya. Dengan atribut ”Indonesia” diaksudkan bahwa buku ini pada mulanya ditulis dalam bahasan Indonesia, melayu tinggi dan atau melayu rendah/pasar/melayu lingua franca. Kedua, karya itu harus mampu ”menggoncang’ jagad kesusastraan Indonesia. Goncangan ini timbul akibat dari dayabesar yang dimilikinya sebagai karya sastra. Ini diasumsikan sebuah karya memiliki strukturnya sendiri yang komplet dan self-sufficient, sehingga karya tersebut mampu berdiri secara independen ketika menemui pembacanya. Selain juga harus mampu memancing pembicaraan dan perdebatan di kalangan sastrawan atau bahkan masyarakat umum. Dan yang ketiga, buku tersebut tidak akan disisihkan bila memberikan pengaruh besar terhadap situasi kemasyarakatan secara umum, baik secara langsung maupun tidak. (hal 6)
Terlepas dari kekurangan dan berbagai macam ketidakpuasan karena tidak tercavernya seluruh karya sastra terbaik Indonesia, memang kitab sastra ini patut untuk diapresiasikan dan mampu mendapatkan tempat yang lebih dalam jagat dunia kesusastraan Indonesia. Sebab bagaimanapun tidak bisa dipungkiri bahwa banyak karya sastra yang terlupakan atau sengaja dilupakan oleh sejarah. Entah karena sastra tersebut menimbulkan banyak kontroversi yang begitu dasyatnya seperti Langit Makin Mendung Karya Ki Panji Kusmin, atau karena sekian tahun lamanya karya tersebut dilahirkan, sehingga sangat sulit untuk mendapatkan atau memahami draft karya itu.
Dengan kehadiran karya sastra ini, minimal putra-putri bangsa mampu untuk kembali mengenal dan memahami karya sastra Idonesia yang selama ini sudah banyak dilupakan. Karena tidak menutup kemungkinan dari zaman ke zaman banyak sastra yang sengaja dibuang oleh penguasa karena dinilai terlalu kontroversi dan banyak mengkritik dunia pemerintahan. Semoga dengan lahirnya karya ini mampu menggugah serta membangkitkan sastrawan Indonesia untuk lebih produktif dan mampu melahirkan karya terbaiknya untuk sumbangan dan kemujuan bangsa-negara.
*)Pecinta Buku tinggal di Yogyakarta.
KORAN PAK OLES/EDISI 175/16-31 MEI 2009
0 komentar:
Posting Komentar