Bisnis kuliner di tengah krisis ekonomi saat ini kian moncer. Sebagai salah satu usaha kecil dan menengah (UKM), bisnis kuliner masih menjanjikan untuk dikembangkan. "Asalkan dikerjakan dengan tekun dan sabar usaha ini cukup menjanjikan meskipun dalam kondisi krisis," kata Astuti Manikoro, salah satu peserta Festival Makanan Warisan Enak, di UKM Gallery, Smesco Indonesia, Jakarta.
Kegiatan tersebut akan berlangsung hingga 16 Mei dan diikuti 30 peserta dari berbagai pelaku kuliner. Ragam makanan khas nusantara dipamerkan dalam kegiatan itu.
Astuti dalam festival tersebut memamerkan makanan khas tradisional asal Jogyakarta `jadah manten`. Jadah manten adalah makanan khas dengan bahan baku daging, ketan, santan kental, lalu dibakar. "Usaha ini sudah turun temurun dari nenek kami. Sekarang saya bersama saudara mengembangkannya di Jakarta," kata Astuti yang mengaku mempekerjakan 10 karyawan.
Menurut dia, usaha `home industry` ini cukup menggembirakan karena selalu mendapat pesanan dari kantor maupun usaha `catering`. "Dalam satu minggu pasti ada pesanan," kata Astuti yang membuka usahanya di Jalan Wijayakusuma Raya, Cilandak, Jakarta Selatan.
Meskipun usaha ini menjanjikan, sambungnya, ia kerap terkendala oleh naiknya bahan baku di pasaran. Dia mencontohkan, daging cincang yang sebelumnya berharga hanya Rp 60 ribu per kilogram, sekarang naik menjadi Rp 67 ribu per kilogram. Demikian pula dengan harga beras ketan dari Rp 8.000 naik menjadi Rp 9.000 per kilogram. "Kenaikan harga-harga bahan baku kue sudah berlangsung dua bulan terakhir," katanya.
Akibat naiknya harga bahan baku, menurut Astuti, ia juga ikut menaikkan harga produksinya dengan tetap menjaga kualitas produksi, baik cita rasa maupun ukurannya.
"Jadah manten ini dulunya kami jual Rp 4.500 satu buah, sekarang kami naikkan harganya menjadi Rp 5.000," kata Astuti merinci.
Selain jadah manten, dia juga memproduksi kue tradisional seperti mentho, HK pisang, HK jagung dan mendut. Semua makanan khas Jogyakarta etrsebut dibandrol dengan harga Rp 2.000 per buah.
Tira, pelaku usaha kuliner lainnya yang juga ikut dalam Festival Makanan Warisan Enak, di UKM Gallery, Smesco Indonesia tersebut, mengaku bisnis makanan yang ia geluti berupa `bebek ireng Suroboyo` cukup diminati warga Jakarta. "Permintaan layanan antar belakangan ini naik. Hampir setiap hari ada pengiriman," katanya.
Tira membuka usahanya di Jalan Kapten Tendean dengan beberapa menu antara lain paket bebek super yang dihargai Rp 25 ribu per porsi. Ia juga menyediakan paket bebek Peking dengan harga per porsi Rp 30 ribu.
Kendati permintaan relatif meningkat, Tira juga diperhadapkan dengan naiknya harga bahan baku. Harga bebek misalnya, yang semula hanya Rp 32 ribu per ekor, sekarang naik menjadi Rp35 ribu per ekor. "Kami juga ikut menyesuaikan harga, sebab kalau bahan baku sudah naik, pasti sangat sulit untuk turun," katanya menambahkan.
KORAN PAK OLES/EDISI 175/16-31 MEI 2009
Kegiatan tersebut akan berlangsung hingga 16 Mei dan diikuti 30 peserta dari berbagai pelaku kuliner. Ragam makanan khas nusantara dipamerkan dalam kegiatan itu.
Astuti dalam festival tersebut memamerkan makanan khas tradisional asal Jogyakarta `jadah manten`. Jadah manten adalah makanan khas dengan bahan baku daging, ketan, santan kental, lalu dibakar. "Usaha ini sudah turun temurun dari nenek kami. Sekarang saya bersama saudara mengembangkannya di Jakarta," kata Astuti yang mengaku mempekerjakan 10 karyawan.
Menurut dia, usaha `home industry` ini cukup menggembirakan karena selalu mendapat pesanan dari kantor maupun usaha `catering`. "Dalam satu minggu pasti ada pesanan," kata Astuti yang membuka usahanya di Jalan Wijayakusuma Raya, Cilandak, Jakarta Selatan.
Meskipun usaha ini menjanjikan, sambungnya, ia kerap terkendala oleh naiknya bahan baku di pasaran. Dia mencontohkan, daging cincang yang sebelumnya berharga hanya Rp 60 ribu per kilogram, sekarang naik menjadi Rp 67 ribu per kilogram. Demikian pula dengan harga beras ketan dari Rp 8.000 naik menjadi Rp 9.000 per kilogram. "Kenaikan harga-harga bahan baku kue sudah berlangsung dua bulan terakhir," katanya.
Akibat naiknya harga bahan baku, menurut Astuti, ia juga ikut menaikkan harga produksinya dengan tetap menjaga kualitas produksi, baik cita rasa maupun ukurannya.
"Jadah manten ini dulunya kami jual Rp 4.500 satu buah, sekarang kami naikkan harganya menjadi Rp 5.000," kata Astuti merinci.
Selain jadah manten, dia juga memproduksi kue tradisional seperti mentho, HK pisang, HK jagung dan mendut. Semua makanan khas Jogyakarta etrsebut dibandrol dengan harga Rp 2.000 per buah.
Tira, pelaku usaha kuliner lainnya yang juga ikut dalam Festival Makanan Warisan Enak, di UKM Gallery, Smesco Indonesia tersebut, mengaku bisnis makanan yang ia geluti berupa `bebek ireng Suroboyo` cukup diminati warga Jakarta. "Permintaan layanan antar belakangan ini naik. Hampir setiap hari ada pengiriman," katanya.
Tira membuka usahanya di Jalan Kapten Tendean dengan beberapa menu antara lain paket bebek super yang dihargai Rp 25 ribu per porsi. Ia juga menyediakan paket bebek Peking dengan harga per porsi Rp 30 ribu.
Kendati permintaan relatif meningkat, Tira juga diperhadapkan dengan naiknya harga bahan baku. Harga bebek misalnya, yang semula hanya Rp 32 ribu per ekor, sekarang naik menjadi Rp35 ribu per ekor. "Kami juga ikut menyesuaikan harga, sebab kalau bahan baku sudah naik, pasti sangat sulit untuk turun," katanya menambahkan.
KORAN PAK OLES/EDISI 175/16-31 MEI 2009
0 komentar:
Posting Komentar