Home » » Belajar Dari Anjing

Belajar Dari Anjing

Oleh: Pak Oles
Anjing itu binatang pemakan daging. Di alam hidupnya berkelompok. Dia merupakan keturunan serigala yang jinak. Jenisnya banyak. Warnanya banyak. Kepintarannya berbeda-beda, ada yang pintar, ada juga yang bloon, sama seperti manusia. Anjing bisa diubah menu makanannya, tidak hanya daging, tapi nasi juga bisa, lebih baik jika dikasih kuah daging. Anjing orang kampung yang miskin makannya- senen kemis, karena bosnya juga sering makan nasi aking. Anjing bisa juga makan jagung mentah, singkong, pepaya, pisang atau nangka. Dia bisa mencuri di kebun orang. Nasib anjing tergantung dari pemiliknya.
Jika pemiliknya kaya dan sayang anjing, dia makannya terjamin, empat sehat lima sempurna. Bahkan kalau dia sakit bisa opname di dokter hewan, atau diajak piknik ke luar kota, atau mandi, keramas, dan potong bulu di salon anjing. Kalau nasibnya lagi miskin, makannya dijatah, kadang dilupakan oleh pemiliknya, sering ditendang dan dipukul kalau salah, bahkan disate!
Manusia adalah makhluk berpikir, memiliki kebijaksanaan dari berpikirnya. Manusia juga memiliki nurani. Manusia banyak belajar dari anjing, bahkan banyak istilah anjing dan gaya anjing digunakan dalam kehidupan manusia. Misalnya saja hotdog, adalah sejenis makanan roti gaya Amerika, yang di dalamnya ada sosis. Kata hotdog tidak ada hubungannya dengan anjing kepanasan. Makanan hotdog menjadi laris dan terkenal karena memakai nama anjing. Salah satu teknik bercinta yang paling disukai manusia adalah gaya anjing atau dogstyle. Bagi pasangan yang suka main belakang, gaya anjing sangat tepat dipraktekkan, karena gayanya bebas tapi pasti. Dalam hal ini, manusia berguru pada anjing.
Anjing juga memiliki persamaan seperti manusia, yaitu suka kawin dan ganti-ganti pasangan. Karena dalam dunia manusia ada rasa malu dan takut yang dikembangkan sesuai dengan akhlak, moral, kesehatan, peraturan dan undang-undang, maka manusia malu dan takut berganti-ganti pasangan, tapi nalurinya untuk berganti-ganti pasangan masih sering menyelinap di otaknya, yang kadang-kadang bisa disalurkan secara sembunyi-sembunyi. “Boleh gitu, asal tidak ketahuan,” pikir manusia.
Anjing memang memiliki kemerdekaan total dalam bidang seks, dia bisa ngeseks dimana saja dan dengan siapa saja kalau pasangannya sama-sama OK, tanpa takut dan malu. Tapi anjing ngeseks tahu waktu. Ada waktunya untuk kawin. Jika lagi tidak musim kawin, dikasih upahpun anjing tidak akan mau kawin. Mungkin pada saat itu nafsu dan libidonya lagi drop. Musim kawin anjing adalah bulan purnama kesembilan, sekitar bulan maret. Mungkin karena pengaruh gaya tarik bulan dan getaran alam lainnya, anjing betina dewasa serentak birahinya memuncak, ngebet kawin sampai melolong-lolong. Kelamin betina anjing menjadi basah menebar aroma seks diterbangkan angin mengundang pejantan untuk hadir.
Ibarat dunia manusia modern, Anjing betina birahi menebar SMS mengundang kawin gratis, “Hai pejantan, cepat datang, gua lagi tidak tahan nih!” kata Si betina dalam bahasa manusia. Tentu saja aroma kelamin anjing betina yang dicium oleh anjing jantan membikinnya blingsatan untuk segera bergegas beradu nasib, siapa tahu ketiban jodoh, kebagian yang basah-basah.
Ternyata anjing jantan yang datang menghampiri Si betina bukan seekor-dua ekor, tapi bisa puluhan ekor. Karena Si betina hanya bisa melayani satu ekor, atau mungkin sampai tiga ekor pada malam itu, tentu saja persaingan antara puluhan pejantan terjadi semakin sengit, sampai terjadi perkelahian hebat. Si betina berhak memilih yang paling cakep, macho, dan meyakinkan. Yang kurus, penakut dan tidak meyakinkan tidak kebagian rezeki. Seleksi alam memang demikian. Lucunya, kalau Si betina sudah menentukan pasangan untuk bercinta, pejantan lain tidak cemburu atau berusaha mencegah jalannya perkawinan, tapi mereka masih bergerombol sambil berharap dipilih menjadi aktor diputaran kedua atau putaran ketiga. Kalau waktu sudah selesai, karena keburu pagi atau Si betina kecapaian, seluruh anjing jantan yang menghadiri undangan membubarkan diri pulang ke rumah masing-masing tanpa cemburu buta.
Setelah kawin, Anjing jantan tidak bertanggung jawab atas perbuatannya. Jangankan menafkahi Si betina dan anak-anaknya, menyayangi Si betina saat hamil, menunggui kelahiran bayi, semuanya itu tidak dilakukan. Si jantan cuek saja. “Bukankah gara-gara lu yang ngundang kawin. Gua kan hanya nyemprot aja. Coba kalau kagak gua semprot, pasti lu melolong-lolong terus minta dikawini, kasihan deh lu..!” kata Si jantan melengos saat berpapasan di jalan. Si betina juga tidak mau ambil pusing dengan sikap si jantan. Si betina memang makhluk mandiri, dari hamil, melahirkan sampai merawat anaknya sampai besar dilakukannya sendiri. Tidak seperti manusia yang cengengnya minta ampun saat hamil, pakai ngidam dan ngambek segala saat hamil.
Memang manusia tidak bisa dibandingkan dengan anjing. Manusia adalah makhluk bijaksana, sedangkan anjing adalah binatang. Karena manusia adalah makhluk bijaksana, dia bisa belajar dan melakukan perenungan terhadap kelebihan anjing yang dikodratkan secara alam. Apa yang perlu kita pelajari dari anjing? Ada banyak hal, --kesetiaan dan kesabarannya, kerendah-hatian dan keramahan tentang keberanian dan kesigapannya membela tuan.
Anjing adalah binatang yang paling setia dan sabar. Manusia harus banyak belajar darinya. Jika anjing diusir seribu kali, dia tidak akan minggat dari rumah tuannya, ini adalah sifat makhluk yang setia. Kesetiaanya muncul karena kesabarannya. Manusia susah belajar setia dan sabar. Anjing selalu memiliki sifat rendah hati dan ramah terhadap tuannya. Dia selalu lebih dulu menyapa, hormat dengan goyangan ekor dan gonggongan kecil. Walaupun dicuekin tuannya dia tetap ramah dan rendah hati. Tentang keberaniannya, anjing memang hebat. Dia akan tetap menjaga pertahanan daerahnya, agar tidak dimasuki orang lain atau makhluk lain tanpa permisi, atau tanpa ijin tuannya. Anjing juga sigap menjalankan tugas, kemanapun diajak tuannya, dia pasti sigap menjalankan tugas, walau ngantuk dan lapar sekalipun.
Lantas, kalau ada teman atau saudara kita yang melepaskan emosinya dengan mengumpat kata “anjing”, kita harus berterima kasih, karena sifat-sifat sabar, setia, rendah hati, ramah dan berani sudah didoakan untuk menempel watak kita. “Anjing, Lu..!” Terima kasih kawan...! Kita adalah makhluk bijaksana yang baru belajar menjadi anjing. Mari kita belajar dan berguru pada anjing. Belajar tentang hal-hal yang positif dari makhluk hina yang bernama anjing itu.
KPO/EDISI 162/NOVEMBER 2008
Thanks for reading Belajar Dari Anjing

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar