Home » » Menanti Visi Kebangsaan Capres

Menanti Visi Kebangsaan Capres

Suhu politik di negeri ini memanas. Elite-elite politik mulai memproklamirkan kesiapan diri mereka untuk menjadi calon presiden. Dalam ruang demokrasi, setiap individu memiliki hak untuk memilih dan dipilih. Siapa saja yang saat ini telah menyatakan diri siap bertarung dalam pilpres 2009 patut diapresiasi dengan rasa hormat yang tinggi.
Presiden incumbent Susilo Bambang Yudhoyono kembali ingin memimpin bangsa ini untuk periode kedua. Sebelumnya, beberapa aktivis dan tokoh muda secara terang-terangan mengungkapkan hasrat menjadi calon presiden alternatif dari jalur independen. Dari “markas aktivis” ada nama Fajroel Rahman. Seniman panggung Ratna Sarumpaet pun mengaku siap menjadi presiden. Ada juga kaum muda yang terkesan “mendadak” menyapa publik lewat kampanye iklan bertubi-tubi seperti Rizal Mallarangeng yang tampil dengan visi alternatif. Tak ketinggalan elite politik sekelas Soetrisno Bachir, Ketua Umum PAN yang gencar mengiklan diri dengan slogan “Hidup adalah Perbuatan”.
Sementara beberapa mantan jenderal dengan terbuka menyatakan diri siap membidik kursi RI 1. Ada nama Wiranto, Sutiyoso, atau Prabowo Subianto. Nama terakhir ini paling sering beriklan di televisi setiap hari. Sedangkan partai besar dengan segudang pengalaman sekelas Golkar piawai menyembunyikan calon presiden mereka. Namun langkah mereka amat sistematis untuk mengulangi kesuksesan sebagai pemenang pemilu legislatif seperti pemilu 2004. Dan, bila nanti Golkar mayoritas menguasai parlemen, tentunya mereka amat mudah mendudukkan capres dan cawapres, termasuk juga punya “power” dalam berkoalisi kelak.
Meski Golkar belum terbuka menyatakan siapa capres dan cawapres yang akan diusung pada pilpres 2009 mendatang, beberapa tokoh Golkar sudah mengaku siap menjadi calon alternatif selain Ketua Umum Muhammad Yusuf Kalla. Ada nama Sri Sultan Hamengkubuwono X yang sudah mengumumkan kesiapannya menjadi presiden. Dari kalangan muda ada figur Fadel Muhammad dan Yuddy Chrisnandi.
Dari parade nama calon presiden masa depan Indonesia, kita melihat fenomena baru bahwa pendeklarasian diri menjadi calon presiden ataupun wakil presiden bukan lagi menjadi hal yang tabu di ruang publik. Yang pasti, negeri ini tengah menjalani masa transisi dari periode otoriter menuju era demokratisasi. Karena itu, kita mengapresiasi denga rasa hormat figur-figur tua dan muda yang telah menyatakan diri siap menjadi presiden.
Namun saat ini, Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang bersikap tegas untuk berdiri di atas semua kelompok agama. Sebab konflik agama ataupun pemaksaan pandangan hidup privat di ruang publik sudah begitu akut di negeri ini. Parahnya lagi, negara menjadi perpanjangan tangan yang digunakan kelompok tertentu untuk mengekspresikan pandangan hidup mereka.
Karena itu, saatnya rakyat harus meminta pemaparan setiap calon presiden tentang visi kebangsaan, konsep multikulturalisme dan implementasi eksistensi kebhinekaan suku, agama, ras, golongan di panggung demokrasi. Hal ini amat penting karena negeri ini dihuni oleh beragam penduduk dari Sabang sampai Merauke dengan berbagai agama yang dianut. Perpecahan dan konflik di masyarakat kerap dipicu oleh hegemoni mayoritas terhadap minoritas. Pemimpin yang sejati tidak membiarkan dirinya searus dengan kepongahan mayoritas yang kerap memangkas hak-hak dasar kemanusiaan. Bangsa ini pernah dipimpin Soekarno dan Gus Dur yang meninggalkan jejak nan kuat arti kebangsaan dalam kebhinekaan.
KPO/EDISI 162/NOVEMBER 2008
Thanks for reading Menanti Visi Kebangsaan Capres

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar