Home » » Sumpah Pemuda Warisan Rakyat Bukan Dekrit Raja

Sumpah Pemuda Warisan Rakyat Bukan Dekrit Raja

WS Rendra
OLEH: AGUS SALAM
Sumpah Pemuda yang lahir 28 Oktober 1928, bukan berkat dekrit raja atau dekrit penguasa tetapi oleh orang-orang muda dan sebagai kekuatan rakyat. ‘’Kekuatan pemuda yang berhimpun dan melahirkan Sumpah Pemuda secara kontan ternyata memicu parpol-parpol, yayasan-yaysan sekolah mengidentifikasikan diri dalam keindonesiaan.
‘’Jadi sebetulnya bukan imajinasi, tetapi ada sesuatu yang aktual. Ada fakta sosial, atau fakta antropologis yang begitu diucapkan satu bangsa, satu Tanah Air dan bahasa Indonesia, parpol-parpol dan ormas-ormas mengidentifikasikan dirinya dengan Indonesia . Demikian juga dengan sekolah-sekolah dan yayasan-yayasan yang mengidentifikasikan diri dengan Indonesia,’’ kata Rendra saat berdiskusi di sanggarnya tentang sumpah pemuda beberapa waktu lalu.
Menurut Rendra, bandingkan dengan pengalaman betapa sulitnya negara-negara Eropa menegakkan bahasa nasional mereka, dan pengalaman India dengan bahasa nasional Hindi yang tidak melahirkan sastra Hindi. Salah satu faktanya, ialah dimanfaatkannya bahasa Melayu, bahasa Jawa Kuna, dan Melayu Baru, sebagai lingua franca.
’Ini keajaiban. Semua terjadi tidak karena dekrit raja, atau kekuasaan politik. Jadi sebetulnya Sumpah Pemuda merupakan warisan rakyat, karena itu jangan diremehkan begitu saja. Karya budaya yang lebih besar dari Borobudur karena diciptakan tanpa modal kekuatan, tetapi merupakan kenyataan kehidupan bersama rakyat Indonesia ,’’ katanya
Penyair WS. Rendra mengatakan, sejak Sumpah Pemuda dikumandangkan pada budayawan Indonesia membuat karyanya dengan bahasa Indonesia . Karena begitu kuatnya pengaruh Sumpah Pemuda yang dikumandangkan para pemuda saat itu. ‘’Tulisan sastra para seniman dari berbagai daerah menggunakan bahasa Indonesia setelah dikumandangkan Sumpah Pemuda,’’ tandasnya.
Sumpah Pemuda 1928 tidak dicetuskan tokoh politik atau tokoh masyarakat, namun berdampak sangat luas dan seakan-akan bisa berlaku serentak. Semua kelompok, golongan dan masyarakat serentak mempergunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasinya.
Sukses Sumpah Pemuda terjadi, karena didukung kenyataan budaya kepulauan yang dipadamkan penjajah Belanda masih membara. Seharusnya penguasa politik sesudah Indonesia merdeka menghidupkan bara itu menjadi api unggun dan mematangkan naluri berbangsa. Sayang, elite penguasa menempuh jalan lain.
Menurut Rendra, sebelum kedatangan penjajah dari Eropa, Bangsa Indonesia sudah mengenal berbagai kebudayaan yang menciptakan kohesi sosial yang organik. Unsur kohesi dalam kehidupan berbangsa di Nusantara ini, adalah kebudayaan kepulauan dan kebudayaan desa. Sedangkan inti kegiatan yang menghubungkan pulau dan desa itu, adalah perdagangan antardesa.
KPO/EDISI 162/NOVEMBER 2008
Thanks for reading Sumpah Pemuda Warisan Rakyat Bukan Dekrit Raja

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar