Home » » Pneumonia Pembunuh Nomor Satu pada Balita

Pneumonia Pembunuh Nomor Satu pada Balita

Pneumonia yakni penyakit saluran nafas bagian bawah merupakan penyebab kematian utama pada bayi usia dibawah lima tahun(Balita) khususnya dinegara berkembang. ‘’Akhir-akhir ini terkesan pneumonia merupakan penyakit yang terlupakan, padahal sekitar dua juta Balita setiap tahun meninggal dunia karena penyakit itu jauh melebihi kematian yang disebabkan AIDS, maliria dan campak," kata Ketua Panitia Seminar, dr IGG Djelantik Sp A,C di Mataram, Kamis (23/10).
Di kawasan Asia-Pasifik diperkirakan 860.000 Balita meninggal setiap tahun atau sekitar 98 anak setiap jam. Secara nasional angka kejadian pneumonia belum diketahui secara pasti, data yang ada baru berasal dari laporan Subdit ISPA Ditjen P2M-PL Depkes RI tahun 2007.
Dalam laporan tersebut disebutkan dari 31 provinsi ditemukan 477.429 anak Balita dengan pneumonia atau 21,52 persen dari jumlah seluruh Balita di Indonesia. Proporsinya 35,02 pesen pada usia dibawah satu tahun dan 64,97 persen pada usia satu hingga empat tahun.
Di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang merupakan provinsi dengan angka kematian Balita tertinggi (102/1.000 kelahiran hidup) di Indonesia, angka kejadian pneumonia berat 21 per-100 anak yang diobservasi selama satu tahun. Pneumonia yang dirawat dirawat dirumah sakit 83 per-100 anak dan pneumonia yang secara radiologik menunjukkan 18 per-100 anak yang diobesrvasi selama satu tahun.
Tidak mengherankan kalau di NTB, pneumonia juga merupakan penyebab kesakitan dan kematian terbanyak pada Balita. Lebih lanjut dikatakan, dengan mengutip data-data WHO dan Unicef, 50 persen dari pneumonia disebabkan kuman `Streptokokus pneumoniaen (IPD) dan 30 persen oleh Haemophylus Influenza type B (Hib) sisanya oleh virus dan penyebab lain.
Secara global, sekitar 1,6 juta kematian setiap tahun disebabkan oleh penyakit yang disebabkan oleh streptokokus pneumoiae (pneumococcal disease), didalamnya 700.000 hingga satu juta Balita terutama berasal dari negara berkembang. Dalam tuntutan menurunkan angka kematian Balita menjadi duapertiga pada tahun 2015, maka sudah seharusnya semua negara khsusunya negara-negara berkembang kembali memberikan perhatian terhadap pneumonia. "Pencegahan kematian akibat pneumonia akan mempunyai daya ungkit yang besar terhadap penurunan angka kematian Balita, baik secara global, nasional maupun lokal," katanya.
Mengenai upaya yang dilakukan, Djelantik menyatakan, perlu dilakukan beberapa upaya untuk menekan kematian Balita akibat pneumonia, antara lain penerapan Managemen Terpadu Balita Sehat (MTBS) dalam menangani Balita sakit serta pemberian nutrisi dan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif. Pun perlu dilakukan perbaikan lingkungan dan pemberian imunisasi Hib dan IPD, imuniasai Hib dan streptokokus penumonia (IPD) diharapkan mampu melindungi anak Balita dari ancaman kematian oleh pneumonia, radang selaput otak (meningitis) dan baktermia yang disebabkan oleh kedua kuman tersebut.
Khusus IPD, katanya, telah banyak dilaporkan kebal (resisten) terhadap berbagai antibiotika yang ada, sehingga imunisasi merupakan pilihan utama untuk mencegah kejadian dan kematian akibat penyakit yang ditimbulkan pneumonia. Program imunisasi telah diyakini mempunyai kontribusi dalam menekan angka kematian Balita, permasalahannya adalah bagaimana memasukkan vaksin Hib dan IPD dalam program pengembangan immunisasi.
Kedua vaksin tersebut telah terbukti memberikan perlindungan hhingga 98 pesen pada bayi yang telah memperoleh immunisasi, untuk itu diperlukan dukungan berbagai pihak agar upaya penekanan kematian Balita akibat pneumonia menjadi prioritas. "Kita perlu mensosialisasikan masalah pneumonia kepada semua pihak yang sehari-hari terlibat dalam penanganan kasus, baik secara langsung maupun melalui program-program yang ada," katanya. Seminar yang berkaitan dengan Penumonia itu akan dilaksanakan Sabtu (25/10) di Aula RSUD Mataram.
KPO/EDISI 162/NOVEMBER 2008
Thanks for reading Pneumonia Pembunuh Nomor Satu pada Balita

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar