Oleh: Wayan Nita
Bagi mayoritas kaum muda, sektor pertanian kurang dilirik dan bahkan sudah mulai ditinggalkan. Ketertarikan generasi muda lebih pada dunia bisnis yang menjanjikan keuntungan. Untuk Bali, banyak lahan pertanian yang sudah beralih fungsi jadi lahan bangunan. Selain karena tidak ada pengelola, penghargaan untuk hasil produksi pertanian sangat kurang. Faktor itu pula yang kian memicu enggannya petani bertahan hidup dengan menggarap lahan pertanian.
Program perencanaan untuk mengembalikan pertanian di Bali terus digalakkan. Seperti yang dilakukan semua dosen dan mahasiswa fakultas pertanian Unud (Universitas Udayana). Menyambut HUT Fakultas Pertanian ke-41, diadakan bulan bakti untuk petani dengan pelatihan petani, kulaih umum dari praktisi pertanian untuk mahasiswa pertanian, pameran dan bursa tani.
Menurut Dr GN Alit Susanta Wirya, M.Agr, Ketua Panitia HUT Fakultas Pertanian, pelatihan untuk petani dalam rangka bulan bakti petani terus dilaksanakan setiap bulan. Pelatihan untuk petani diikuti kelompok tani dari seluruh kabupaten di Bali, dengan pusat pelatihan di kebun pertanian Unud, Jl Raya Sesetan.
Kebun pertanian itu, lanjut Susanta, digunakan menjadi pusat pengembangan dan pelatihan pertanian (UPT/Unit Pelayanan Terpadu) bagi mahasiswa Fakultas Pertanian. Materi pelatihan tentang pembuatan kompos dari pemanfaatan limbah, pertanian hidroponik, pembuatan kultur jaringan anggrek dan biopestisida.
“Penyampaian materi pelatihan diberikan langsung oleh dosen dari fakultas pertanian yang berkompeten di bidangnya. Seperti Ir Wayan Sudarta, Msi yang memberikan materi tentang kompos, Ir Dewa Nyana, Msi tentang kultur jaringan, Ir Komang Artawalila, Msi., tentang hidroponik dan Prof Dr Ir DN Suprapta, Msc tentang biopestisida,” ungkap Susanta yang juga Ketua Laboratorium Biopestisida Fakultas Pertanian itu.
Pelatihan untuk petani sangat penting karena adanya trend kian berkurangnya SDM dan SDA di bidang pertanian serta sempitnya lahan pertanian. Dengan latihan itu, harap Susanta, banyak petani yang tetap bertahan menggeluti bidang pertanian. Pelatihan pada Oktober ini merupakan start dan dijadikan program tetap Fakultas Pertanian. “Pelatihan ini sudah menerima respon positif dari petani di Tabanan. Mereka minta dilatih khusus dalam pembuatan kompos secara intensif,” tambah Susanta.
KPO/EDISI 161/OKTOBER 2008
Bagi mayoritas kaum muda, sektor pertanian kurang dilirik dan bahkan sudah mulai ditinggalkan. Ketertarikan generasi muda lebih pada dunia bisnis yang menjanjikan keuntungan. Untuk Bali, banyak lahan pertanian yang sudah beralih fungsi jadi lahan bangunan. Selain karena tidak ada pengelola, penghargaan untuk hasil produksi pertanian sangat kurang. Faktor itu pula yang kian memicu enggannya petani bertahan hidup dengan menggarap lahan pertanian.
Program perencanaan untuk mengembalikan pertanian di Bali terus digalakkan. Seperti yang dilakukan semua dosen dan mahasiswa fakultas pertanian Unud (Universitas Udayana). Menyambut HUT Fakultas Pertanian ke-41, diadakan bulan bakti untuk petani dengan pelatihan petani, kulaih umum dari praktisi pertanian untuk mahasiswa pertanian, pameran dan bursa tani.
Menurut Dr GN Alit Susanta Wirya, M.Agr, Ketua Panitia HUT Fakultas Pertanian, pelatihan untuk petani dalam rangka bulan bakti petani terus dilaksanakan setiap bulan. Pelatihan untuk petani diikuti kelompok tani dari seluruh kabupaten di Bali, dengan pusat pelatihan di kebun pertanian Unud, Jl Raya Sesetan.
Kebun pertanian itu, lanjut Susanta, digunakan menjadi pusat pengembangan dan pelatihan pertanian (UPT/Unit Pelayanan Terpadu) bagi mahasiswa Fakultas Pertanian. Materi pelatihan tentang pembuatan kompos dari pemanfaatan limbah, pertanian hidroponik, pembuatan kultur jaringan anggrek dan biopestisida.
“Penyampaian materi pelatihan diberikan langsung oleh dosen dari fakultas pertanian yang berkompeten di bidangnya. Seperti Ir Wayan Sudarta, Msi yang memberikan materi tentang kompos, Ir Dewa Nyana, Msi tentang kultur jaringan, Ir Komang Artawalila, Msi., tentang hidroponik dan Prof Dr Ir DN Suprapta, Msc tentang biopestisida,” ungkap Susanta yang juga Ketua Laboratorium Biopestisida Fakultas Pertanian itu.
Pelatihan untuk petani sangat penting karena adanya trend kian berkurangnya SDM dan SDA di bidang pertanian serta sempitnya lahan pertanian. Dengan latihan itu, harap Susanta, banyak petani yang tetap bertahan menggeluti bidang pertanian. Pelatihan pada Oktober ini merupakan start dan dijadikan program tetap Fakultas Pertanian. “Pelatihan ini sudah menerima respon positif dari petani di Tabanan. Mereka minta dilatih khusus dalam pembuatan kompos secara intensif,” tambah Susanta.
KPO/EDISI 161/OKTOBER 2008
0 komentar:
Posting Komentar