Home » » Bahasa Indonesia, Bahasa Paling Asing?

Bahasa Indonesia, Bahasa Paling Asing?

Oleh: Maria D Andriana
‘’Saya memilih belajar bahasa Indonesia karena menurut saya itu bahasa paling asing yang diajarkan di kampus,’’ tulis Mariko Hatta, alumnus Fakultas Hubungan Internasional pada Universitas Nihon, Mishima, di Jepang dalam wawancara melalui surat elektronik, pertengahan Oktober.
Mariko yang kini bermukim di kota Fukuoka, Jepang, mengaku sejak kecil selalu tertarik pada hal-hal yang asing, negara, bahasa dan budaya asing. Ketika kuliah pada pertengahan 1990, Mariko harus memilih pelajaran bahasa asing kedua setelah Inggris dan pilihan yang tersedia adalah bahasa Cina, Spanyol, Perancis, Jerman, Korea, Rusia dan Indonesia. ‘’Banyak teman memilih bahasa Eropa atau bahasa Tionghoa tetapi saya mau pilih yang paling asing menurut saya karena sejak kecil saya tertarik pada negara-negara asing,’’ tulisnya.
Sebelum mempelajari bahasa Indonesia, Mariko mengaku tidak tahu sama sekali mengenai hubungan sejarah negaranya dengan Indonesia, tetapi ketika harus memutuskan pilihan untuk mempelajari bahasa asing kedua itu, ia pun mencari tahu tentang negara-negara yang bahasanya diajarkan di kampusnya. "Ternyata hubungan Indonesia dan Jepang kuat, maka hal itu mendorong saya untuk belajar bahasa Indonesia," kata perempuan muda yang pernah bekerja sebagai tenaga ahli junior bagi Badan Kerja Sama Internasional Jepang (Japan International Cooperation Agency--JICA) untuk program pendidikan lingkungan di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun, tahun 2000 lalu.
Pengetahuan dan kemampuannya berbahasa Indonesia membuat Mariko mempunyai kesempatan untuk kerap berkunjung ke Indonesia. Mula-mula hanya berwisata ke Sumatra, Jawa, Bali dan Sulawesi, tetapi kemudian bekerja bagi JICA dan lembaga-lembaga lain sebagai penerjemah bagi kepolisian dan program pemerintah di bidang lingkungan dalam skema kerjasama pemerintah kota Kita Kyusu dan Semarang. ‘’Tahun ini saya memang sedang beristirahat, mungkin tidak akan ke Indonesia,’’ katanya.
Minat orang Jepang khususnya kaum muda untuk belajar bahasa Indonesia memang terutama adalah sebagai sarana komunikasi untuk berwisata ke pulau Bali. ‘’Akibatnya, sejak peristiwa Bom Bali peminatnya berkurang,’’ kata Ajiek Koeshajatie Stoneman, seorang dosen bahasa Indonesia di Tokyo.
Ajiek yang telah puluhan tahun bermukim di Tokyo mengajar Bahasa Indonesia di sejumlah universitas antara lain Universitas Sophia, Keisen dan di Pusat Kebudayaan NHK di kawasan Shibuya. Meski jumlah peminat berkurang, Ajiek tetap gigih mengajarkan bahasa Indonesia bukan sekedar sebagai pelajaran bahasa melainkan juga melengkapinya dengan pengenalan budaya Indonesia.
Ia sering mengundang mahasiswa untuk belajar memasak dan menikmati masakan Indonesia, membaca buku dan majalah Indonesia. Selain kaum muda yang belajar bahasa untuk bekal berwisata, pelajaran bahasa Indonesia di Jepang juga diminati oleh para diplomat, birokrat dan karyawan swasta yang akan ditugaskan ke Indonesia atau mempunyai hubungan kerja dengan Indonesia. Kelas-kelas percakapan bisnis bahasa Indonesia juga banyak dibuka di Tokyo dan kota-kota besar lainnya di Jepang.
Guru Indonesia
Mengenai pelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) ini, keberadaan guru bahasa Indonesia "native speaker" sangat mendesak diperlukan, ujar Prof Kyoko Funada, guru besar bahasa Indonesia di Jepang. Masyarakat Jepang, lanjut Prof Funada, belum banyak mempunyai kesempatan berkomunikasi dengan orang Indonesia sehingga keberadaan guru-guru yang native speaker sangat diharapkan karena jumlahnya sangat sedikit.
‘’Biarpun ada guru orang Indonesia, kebanyakan bukan ahli bahasa Indonesia, maka kadang-kadang pelajarannya tidak sesuai. Kami memerlukan guru orang Indonesia yang keahliannya bahasa Indonesia atau orang yang memperhatikan dan dapat mengajarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar,’’ ujar Prof Funada.
Disebutkan, buku tata bahasa Indonesia sekarang sudah banyak beredar di Jepang dan bahan kuliah biasanya dapat diambil dari surat kabar, majalah dan internet. Namun, penulis sejumlah buku pelajaran bahasa Indonesia, antara lain buku laris Yasashi Indonesia Go ini memandang masih ada celah yang harus diisi untuk materi pelajaran bahasa Indonesia. ‘’Belum ada buku yang menerangkan tentang Indonesia secara umum, yaitu selain menyangkut pelajaran bahasa juga berisi informasi mengenai budaya, adat istiadat, sosial, ekonomi, politik dan kehidupan sehari-hari,’’ katanya.
Buku seperti itu sangat diperlukan oleh orang-orang Jepang yang sudah pandai berbahasa Indonesia dan ingin mengenal lebih banyak tentang Indonesia.
Bahasa Indonesia yang serumpun dengan Bahasa Malaysia, membuat Funada Sensei (begitu ia disapa oleh para muridnya), kadang-kadang menghubungi dosen bahasa Melayu untuk melengkapi materi ajarnya.
Kepala Balai Bahasa Dr Dendy Sugono mengemukakan, minat warga asing untuk mempelajari bahasa Indonesia diakui memang cukup tinggi terutama di Australia dan Jepang. Pusat Bahasa pun berusaha memberikan perhatian untuk menyambut pembelajar asing ini antara lain dengan mendukung pengadaan materi ajar dan menyediakan tenaga pengajar.
Kreatif
Bahasa Indonesia memang mudah dipahami dan dipelajari untuk percakapan, kata Andrew Dodd, wartawan asal Australia yang dalam empat tahun terakhir banyak memberikan pelatihan bagi wartawan di Indonesia. ‘’Saya memakai buku pelajaran bagi anak-anak Indonesia dan kamus-kamus untuk memudahkan belajar. Bergaul dengan orang Indonesia juga membantu saya untuk lebih cepat belajar,’’ kata Andrew yang pernah merasa berhasil berkomunikasi dengan pedagang peralatan becak di Surabaya.
Andrew Dodd memiliki becak yang dibelinya di Jogja beberapa tahun yang lalu dan ia memerlukan ban serta atap becak untuk mengganti perlengkapan becaknya yang sudah aus, sehingga ia berbelanja di Pasar Kupang, Surabaya, seorang diri. ‘’Wah ternyata saya bisa berbicara dan menawar," kata pakar jurnalistik yang memakai becaknya sebagai sarana bermain bagi kedua putra-putrinya di Melbourne. (Anspek)
KPO/EDISI 162/NOVEMBER 2008
Thanks for reading Bahasa Indonesia, Bahasa Paling Asing?

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar