Home » » Membaca Gerakan Sosial Punk

Membaca Gerakan Sosial Punk

Judul : Rebel, 35 Band Punk Paling Berpengaruh
Penulis : Nando Baskara
Penerbit : Narasi, Yogyakarta
Cetakan : I, 2008
Tebal : viii+180 halaman
Peresensi : Ainur Rasyid *

Punk adalah salah satu aliran musik yang terbentuk dari sub-kebudayaan di Inggris pada tahun 70-an. Kelompok punk ini, terbentuk atas dasar fenomena sosial yang terjadi pada masa itu. Kaum muda yang mempunyai hati nurani tinggi dan belum diberi kesempatan untuk mengungkapkan kegundahannya terhadap segala kebijakan yang tidak memihak, mencoba mengeluarkan segala resahnya lewat lagu.
Para pemuda yang nota-bene sebagai kaum tertindas dan tidak pernah dihiraukan keberadaannya dan sedang gundah mencari indah, merasa perlu ikut andil menemukan keadilan yang hakiki. Kelompok Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun terkadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.
Dengan media kritik lewat lagu di Inggris, para pemuda tidak sia-sia melakukan kritik pedas pada para penguasa. Dengan musik masyarakat dapat mengetahui bahwa ada kebijakan yang tidak sehat dalam tubuh penguasa. Kemudian pada tahun 1980-an kelompok Punk di Inggris memberi inspirasi gerakan pemuda Amerika. Pada saat itu Amerika sedang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Para pemuda Amerika juga merasa perlu untuk memberikan kebenaran hakiki dan sudah mual dengan buaian para penguasa yang selalu mengobral janji, tapi menindas yang lemah. Atas dasar kepedulian terhadap nasib rakyat, di Amerika Punk menemukan pendukungnya yang signifikan.
Dari setiap perkembangan kemudian Punk menjelma menjadi ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik. Dari tingkah lakunya, Punk mencoba keluar dari kebiasaan para pengambil kebijakan yang dianggap tidak pernah mementingkan kepentingan sosial. Potongan rambut mohawk ala suku Indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk menjadi ciri khas dalam kehidupan band punk.
Punk selanjutnya berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap industri musik yang saat itu didominasi musisi rock mapan, seperti The Beatles, Rolling Stone, dan Elvis Presley. Musisi Punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu Punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu Punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat.
Akibatnya Punk dicap sebagai musik rock n’ roll aliran kiri, sehingga sering tidak mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi. Perusahaan-perusahaan rekaman pun enggan mengorbitkan mereka.
Punk dikategorikan sebagai musik underground, artinya, hadir bukan untuk kepentingan industri atau diperjualbelikan secara luas di pasaran. Punk sejatinya adalah jenis musik yang sangat idealis, begitupun para penganutnya. Mereka tidak semata-mata menuangkan tingkat kriminalitas mereka dalam bentuk lagu, yang kemudian direkam oleh salah satu industri rekaman, lalu dijual di pasaran. Melainkan, sebagai sarana untuk menyampaikan kritik atas fenomena sosial-politik tertentu, penyimpangan kekuasaan pemerintah dan kesewenangan para pengambil kebijakan.
Karena itulah, punk dalam perjalanannya selalu dikonotasikan sebagai musuh para aparat penjaga keamanan negara. Sebagaimana yang kita lihat, banyak negara menetapkan pemberlakuan hukum dan peraturan yang sering kali bersifat pemaksaan, sehingga membatasi warga negara untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Kaum anarkis berkeyakinan bila dominasi negara atas rakyat terhapuskan, hak untuk memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya manusia akan berkembang dengan sendirinya. Rakyat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa campur tangan negara.
Kelompok Punk memaknai anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik semata. Dalam keseharian hidup, anarkisme berarti tanpa aturan pengekang, baik dari masyarakat maupun perusahaan rekaman, karena mereka bisa menciptakan sendiri aturan hidup dan perusahaan rekaman sesuai keinginan mereka.
Dari sekian banyak persoalan, Nando Baskoro, penulis buku ini merasa perlu untuk mengurai sejarah dan latar belakang kenapa harus ada aliran Punk. Buku ini menjadi refleksi tersendiri bagi Indonesia , khususnya kaum muda yang suka dengan musik. Inti pokok yang dituangkan Nando Baskoro, bahwa sejatinya musik terbentuk bukan bermaksud melejitkan nama seseorang menjadi artis, melainkan sebagai sarana sosial yang menghubungkan masyarakat dan penguasa pengambil kebijakan.
Buku ini memuat 35 Band Punk yang dalam perjalanan musiknya sangat memberikan pengaruh terhadap dunia sosial politik, termasuk bagaimana perkembangan jenis musik Punk itu sendiri. Sejumlah band yang dimaksud berasal dari beragam jenis turunan musik Punk. Beberapa di antara meraka adalah band-band besar, yang sukses mengalunkan musiknya, baik secara kepentingan industrialis maupun idealis. Walau begitu, tidak sedikit juga dari meraka yang tetap berusaha menghadirkan lagu enak, memacu semangat, serta cukup membuat merah telinga pemerintah dan pihak-pihak sasaran kritik mereka.
Tujuan kehadiran buku ini bukan saja menjadi wahana informasi populer bagi masyarakat, khususnya, mereka kaum muda, tapi juga sebagai bentuk gerakan moral yang ingin menyeluruh, bahwa melalui musik, kritik sosial juga dapat disampaikan. Melalui musik kewajiban sosial-politik dari sekelompok masyarakat juga dapat dipenuhi, yang bila kritik dan masukannya didengar oleh berbagai pihak terkait, tentu akan menjadi energi bersar dalam memajukan dan merefleksikan sesuatu kehiduapan berbangsa dan bernegara.
*) Pengelola TBM ”Zainal Arifin Thoha” Yogyakarta.
KPO/EDISI 161/OKTOBER 2008
Thanks for reading Membaca Gerakan Sosial Punk

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

0 komentar:

Posting Komentar